10 - Mandi tepung

7.1K 436 39
                                    





























Haechan menatap binar pada seorang maid paruh baya yang terlihat sedang menguli tepung dengan lihai untuk membuat cookies.

Tadinya, bayi beruang itu ingin mengambil setoples cookies coklat buatan bubu yang menjadi favoritnya untuk ia bawa ke kamar renjun. Niatnya mau menonton shincan sambil menyemil cookies itu.

Namun yang ia dapati malah toples cookies favoritnya itu sudah kosong, tidak menyisakan satu pun cookies di dalamnya. Mata yang pada awalnya berbinar itu seketika meredup dengan bibir yang mencebik kesal.

Lalu seorang maid paruh baya tiba-tiba menawarkan dirinya untuk membuatkan lagi cookies yang sama. Kerana taeyong memang pernah membagikan resepi cookies coklat favorit haechan padanya.

Untuk berjaga-jaga saja misalnya situasi seperti sekarang ini terjadi. Kerana taeyong sudah tau betul dengan haechan yang maniak cookies coklat buatannya itu. 

.

"Bibi, cookiesnya bikin yang banyak yaa!" Pinta haechan dengan wajah binarnya yang membuat sang maid tersenyum gemas sembari mengiyakan permintaannya.

"Baby? Kenapa lama sekali hm? Katanya cuman mau ambil cookies?" Tanya renjun sembari berjalan memasuki area dapur untuk memeriksa si bayi yang terlalu lama mengambil cookiesnya.

Haechan menoleh pada renjun yang terlihat berjalan mendekatinya. Bayi beruang itu langsung merentangkan kedua tangannya minta digendong yang tentu saja disambut dengan senang hati oleh renjun.

Happ!

"Hihi injuniee~" Bukannya menjawab pertanyaan renjun, haechan malah mendusalkan wajahnya pada bahu pemuda jung itu seraya bergumam lucu.

Plak!

"Kenapa lama hm?" Tanya renjun lagi setelah menampar pelan pantat semok haechan. Bibirnya mengulum senyum tipis ketika melihat si bayi yang seketika memasang wajah kesal.

"Ihh! Echan kan mau lihat bibi bikin cookies!" Pekik haechan kesal dengan tangannya yang menarik kencang kedua telinga renjun ke arah berlawanan membuat pemuda itu meringis pelan.

"Hehe.. sakit ya? Mian injunie~ Echan sengaja soalnya." Ucap si bayi sembari terkekeh lucu.

Tangan mungilnya mulai mengusap lembut kedua telinga renjun yang terlihat memerah lalu membubuhkan kecupan singkat di sana membuat pemuda itu gemas bukan main.

Cup!

Haechan yang bibirnya dikecup secara tiba-tiba oleh renjun hanya menatap polos pemuda itu. Semburat merah kini terlihat menghiasi pipi gembul si bayi menandakan bahawa sang empu sedang merasa malu.

Renjun terkekeh melihat itu. Ia berinisiatif untuk membawa si bayi yang berada di dalam gendongannya ini ke kamar.

Tetapi baru beberapa langkah bayi beruang itu sudah memberontak kecil membuat renjun dengan sigap meletakkan satu tangannya di punggung si bayi, menjaga tubuh kecil itu supaya tidak terjengkang ke belakang.

"Nda mauuu! Echan mau lihat bibi~ Turunn.." Rengek haechan dengan kakinya yang ia gerakkan secara acak sementara tangannya menarik pelan kerah hoodie renjun.

"Hahh.. Tidak mau nonton shinchan di kamar saja?" Haechan menggeleng.

"Turunn.." Cicitnya seraya menepuk-nepuk pelan dada renjun. Pemuda jung itu menghela nafas pasrahnya sebelum kembali berjalan memasuki area dapur.

Renjun mendudukkan haechan di atas meja bar yang berhampiran dengan posisi sang maid lalu mengukung tubuh kecil itu.

"Jangan nakal dan diam saja di sini, faham? Injun harus ke kamar sebentar buat beresin sesuatu. Setelah itu injun kembali lagi oke?"

Our PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang