"Kita bertemu besok jam tiga pagi"
Yoongi menoleh "Really?" Tak percaya dengan yang hyungnya ucap. Dirinya terkekeh kecil lalu menekan sandi pintu untuk masuk ke dalam studionya.
"Kau tidak boleh begadang. Karena aku tak bisa menjemputmu"
"Waeyo?"
Meletakkan tasnya dan merebahkan diri di sofa. Mengambil ponsel di saku ponsel "Aku harus ke restoran kakakku dan kemungkinan aku menginap dirumahnya. Jika aku menjemputmu, akan memakan waktu"
"Biasanya seperti itu kan?" Menghidupkan komputernya dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Sebelumnya seokjin mengajak makan siang dan berencana untuk memancing.
"Bisakah kau mendengarkanku dan katakan 'iya'?"
Yoongi tertawa "Aku tidak janji"
"Ckk, aku tak menerima penolakan" mengambil tasnya lalu berdiri. Dia memutar kursi Yoongi secara tiba-tiba "Ingat dan jangan lupa. mengerti? Aku pergi"
Yoongi hanya melongo. Menatap pintu yang baru saja tertutup "Dia selalu membuatku jantungan" mengusap dadanya kemudian lanjut bekerja.
Waktu begitu cepat berputar. Malam sudah mengambil alih. Yoongi mengambil ponselnya saat notifikasi pesan berbunyi. Pesan dari sang kakak tercinta.
Seokjinieee Hyung
🎣
👍
Tersenyum kecil lalu meletakkan ponselnya. Meminum air putih dan kembali bekerja. Ada beberapa aransemen lagu yang di kejar deadline. Pekerjaan seorang produser musik memanglah sangat berat. Tuntutannya.Mungkin karena mengantuk Yoongi tertidur pulas di kursinya. Mulutnya terbuka dan mendengkur. Bahkan ponselnya berdering berkali kali, panggilan masuk tak ia gubris.
Di lain tempat ada Seokjin dengan wajah kesalnya. Ia menatap layar ponselnya yang tak ada jawaban. Menyimpan ponsel di saku mantel dia naik ke kapal yang sudah ia sewa.
"Apa teman anda sudah datang tuan?"
Menggeleng pelan "Ayo kita berangkat saja" ucapnya pada sang nahkoda.
*******
'ngook'
Suara dengkuran membuatnya terbangun. Bukan ketukan pintu yang sedari tadi berbunyi. Antara sadar dan tidak ia bangun dan menuju pintu. Membukanya pelan "Siapa?"
"Kau tidur disini Hyung?" Jungkook masuk diikuti Yoongi.
"Kau tau sandi pintu ini, kenapa kau harus mengetuk pintu?"
"Kau merubahnya Hyung"
"Ah iya"
Menatap malas pada hyungnya yang garuk garuk tidak jelas "Aku pinjam laptopmu ya"
Tak mengindahkan Jungkook, dia mencari sesuatu "Dimana ponselku?" Mencari-cari ponselnya yang ternyata jatuh ke bawah "Jam berapa sekarang?"
Menguap lebar dan duduk di kursinya, melihat jam di ponselnya "Jam sembilan pagi. Hmmm masih jam sembilan" kesadarannya langsung penuh saat melihat panggilan dari Seokjin.
"Fuck!!!"
Dia lupa. Dia kebablasan.
"Waeyo? Kenapa wajahmu begitu panik Hyung?"
"Fuck! Fuck! Fuck! Sepuluh panggilan? Damn" Gumamnya.
Dia mencoba menghubungi Seokjin, namun nomornya tidak aktif. "Fuck! Dia memblokir nomorku!""Kenapa hyunggg?" Jungkook juga ikut panik melihat Yoongi "Apa-"
"Kenapa kau tidak membangunkan ku?!"
"Hah?"
Yoongi frustasi. Meremas rambutnya kemudian mengacak ngacak meja kerjanya. "Dimana kunci mobilku?!" Seluruh kertas berhamburan jatuh ke lantai.
"Pelan pelan hy-" ucapannya tak selesai, Yoongi sudah terbirit birit keluar studio. "Kenapa dengan orang itu?"
Di dalam mobil, dia kembali menghubungi Seokjin walau tau nomornya sudah tak aktif lagi. Melempar ponselnya ke kursi penumpang, kemudian mengusap wajahnya kasar. Mesin mobil belum ia nyalakan. Dia tidak tau harus pergi ke mana. Pasalnya dia tidak bertanya pada Seokjin akan memancing di mana. Membuka pintu mobil lalu turun.
"Lebih baik aku kembali" percuma saja, nasi sudah menjadi bubur. Sudah pasti Seokjin marah padanya.
*****
Keesokannya saat dance practice, keduanya masih belum berbaikan. Member jadi canggung dan Yoongi yang tetap berusaha mendapatkan maaf dari Seokjin. Hoseok yang biasanya melakukan berbagai cara agar suasana mencari, kini memilih sok sibuk dengan ponselnya.
"Latihan hari ini kita cukupkan saja. Besok jangan terlambat"
Para member mengucapkan terima kasih dan membereskan barang-barang. Jin yang selesai lebih dulu langsung keluar diikuti Yoongi.
"Wahhhh akhirnya aku bisa bernafas" Jimin duduk di kursi dan menarik nafas panjang. Walau terkesan lebay, tapi suasananya begitu-
"Apa kita harus ikut campur?"
Namjoon menggeleng "Jangan. Aku yakin Yoongi Hyung bisa mengatasinya " ucapan Namjoon benar. Saat marah, Seokjin memilih diam. Dia bisa bertahan tidak berbicara dengan siapapun selama berhari-hari.
Yoongi mengikuti seokjin ke apartemennya. Walau hyungnya menolak satu mobil, dia tak pantang menyerah.
"Seokjin hyung....Jin" Dirinya kesal dengan sikap Seokjin yang seperti ini "Seokjin please! Fine. It's my fault! But, can you stop and just listen to me?"
Seokjin akhirnya berhenti dan berbalik "Yes, and what?"
Menghela nafasnya "Aku minta maaf hyung" hanya kata itu yang kembali keluar dari mulutnya. Yoongi sudah menjelaskan semuanya saat kembali bertemu dengan Seokjin.
"Permintaan diterima. Ada lagi?"
Yoongi mengangguk "Jangan blokir nomorku"
"Okay. Ada lagi?"
"Hyu-"
"Ada lagi Min Yoongi?" Tanya Seokjin penuh dengan penekanan.
Menggeleng pelan "Tidak ada hyung"
Seokjin dengan wajah datarnya berbalik dan naik ke kamarnya meninggalkan Yoongi yang terdiam sendiri.
Selesai mandi, dia juga ikut merebahkan diri di samping Seokjin yang sudah terlebih dahulu merebahkan tubuhnya. Yoongi tau jika Seokjin masih belum tidur.
"Bagaimana? Kau banyak mendapatkan ikan?"
Memiringkan tubuhnya saat tak mendapat jawaban. Dia mengusap perut Seokjin. Walau dia sudah mendapatkan maaf dari hyungnya, bukan berarti Seokjin akan berbicara dengannya. Tiba tiba dia teringat sesuatu. Mengambil ponsel kemudian menghubungi ponsel Seokjin, dan tersambung.
Kembali merebahkan diri "Aku harap besok kita sudah mengobrol seperti biasa hyung. Good night hyung"
_______
Next?