chapter 22

3.2K 283 43
                                    

ini sabtu bukan? wkwk maap telat banyak. kerjaan saya banyak man-teman. mohon maaf atas ketidaknyamanannya huhu






Selamat membaca!





Les Philosophes.

Manusia itu bisa melihat semuanya dengan jernih jika menggunakan hati. Tapi entah kenapa, pun biasanya sesuatu yang begitu penting justru malah tak terlihat kasat mata ketika semuanya dilakukan dengan hati?

Hari ini, ada satu lagi pertanyaan yang bersarang di dalam benak Gracia. Ah, tidak. Mungkin tepatnya seribu pertanyaan. Ringkas namun nyatanya bercabang. Terus-menerus berpijar. Gracia belum bisa menjawab dengan pasti. Tapi, hari ini, siang hari di dalam sebuah caffe yang terletak tak jauh dari pusat kota Paris, ia baru saja melangsungkan pertemuan dengan Vinny. Perempuan yang katanya pernah jadi "mantan gebetan" dan sekarang jadi teman baik Shani, katanya.

Keduanya baru saja beres membicarakan kelanjutan project batik exhibition. Kalau ditanya, apakah Gracia benar-benar tertarik untuk bergabung, sebenarnya tidak juga. Resiko jadi si paling people pleasure. Mau nolak nggak enak, nggak nolak juga sebenarnya bikin makan hati.

Tapi, yasudahlah. Gracia itu cuma mau positif thingking. Tidak mau dia mikir yang terlalu jauh atau bahkan sampai bikin Shaninya jadi ikut kelimpungan. Hitung-hitung ini juga sebagai tambahan aktivitasnya yang sejauh ini memang kurang produktif. Jangan lupa; ibu hamil juga butuh gerak.

Sebenarnya ini sudah menjadi pertemuan kedua Gracia bersama Vinny. Setelah pertemuan tak sengaja di Rumah Sakit tempo lalu, keduanya sempat bertemu 3 hari setelahnya. Dan seminggu setelah itu—tepatnya hari ini, agenda pertemuan kembali dilangsungkan. Vinny sekalian ingin mempertemukan Gracia dengan designernya langsung, katanya.

"Shani, ya?" Gracia mengangguk, mematikan layar ponselnya setelah 2 menit lalu baru saja mengangkat video call dari si bojo kesayangan yang katanya sebentar lagi mau berangkat untuk meninjau perusahaan cabang di Praha.

"Nggak berubah ternyata Shani tuh ya, Gre," cetus Vinny yang membuat kening Gracia reflek bertaut. Bahasan project batik exhibition memang sudah selesai, tinggal nunggu si designer yang katanya sedang on the way ke tempat untuk menyusul. Tapi, memangnya tidak ada topic lain? Lagian, apanya yang mau berubah? Gracia yakin betul kalau Shani itu bukan Power rangers, Superman, Satria baja hitam—apalagi Tanos. Shani, ya tetap Shani. Punya Gracia!

"Apanya tuh?" Menuntut klarifikasi, Gracia balik bertanya namun masih dengan nada yang landai.

"Masih sama workaholic," Vinny tersenyum tipis, cepat menjelaskan maksud ucapannya yang tadi sudah bikin hati Gracia tersentil. Duh.. jahatnya pikiranmu, Gre. Efek terlalu banyak terpapar drakor atau malah tontonan sinetron azab—jadinya suudzon terus sama orang. Gracia menghela nafas, sedikit merutuki diri sendiri karena salah sangka.

"Oh, iya... Ini kamu promil, ya?" Terlihat tak mau berkubang dalam kesalahpahaman, Vinny cepat ganti topik yang jauh lebih aman. Di depannya, Gracia langsung mengangguk pelan dengan senyum yang merekah sopan di bibir ranumnya.

"Aman tapi kan, Gre?"

"Puji Tuhan, aman. Baby bluesnya di awal-awal aja sih. Akhir-akhir ini udah nggak terlalu ngerasain stress, takut, atau panik berlebih."

Stay, and Love Me! (Greshan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang