(28). Krisan Putih dan Pemiliknya

40 15 8
                                    

🌻🌻🌻

⚠️⚠️⚠️
Untuk chapter ini, tolong bacanya pelan-pelan sambil diresapi ya hehe ^^
Selamat membaca 💚
Jangan lupa tinggalkan komen dan vote 🌻

¤¤¤

Jangan memaksakan dirimu untuk selalu terlihat baik-baik saja. Menangis bukan berarti kamu lemah, tapi menandakan bahwa hatimu masih berfungsi dengan baik. 

-Krisan Putih-

¤¤¤

Sore itu, langit tampak abu-abu, anginnya cukup kencang, dari tanda-tandanya sepertinya akan turun hujan sebentar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, langit tampak abu-abu, anginnya cukup kencang, dari tanda-tandanya sepertinya akan turun hujan sebentar lagi. Jendela rumah sakit masih dibiarkan terbuka tirainya, tampak wajah Jenaka senang memandang ke luar sana.

"Kenapa kamu minta maaf ?, tanya Jenaka.

"Kalau nanti kamu buka pesan yang ku kirim, jangan terlalu diambil hati ya. Aku minta maaf"

"Selamat atas kemenanganmu, maaf aku ga bisa datang".

"Gapapa, aku minta maaf karena baru tau kamu dirawat", jawab Handaru pelan.

Satu jam sudah berlalu sejak Handaru datang dan duduk di kursi, di samping bangsal. Ia bercerita banyak hal, juga sesekali meminta Jenaka untuk berbagi cerita, sedang Narayan tertidur lelap diatas sofa, mungkin karena terlalu lelah sepulang kuliah, dan sering begadang beberapa malam kemarin.

"Na, kapan pulang ?".

"Belum tau, mungkin lusa, kalau udah semakin membaik".

"Syukurlah. Hujannya sebentar lagi reda"

Jenaka mengarahkan pandangannya ke luar jendela lagi, tampak tinggal gerimis sisa-sisa hujan yang cukup deras tadi, aromanya sedikit tercium sebab jendelanya sedikit dibuka, bercampur dengan bau obat-obatan dari dalam ruangan. Bau yang sedikit aneh, tapi kata Jenaka baunya menenangkan, sampai-sampai Handaru geleng-geleng kepala.

"Na, gue pulang ya"

"Mau pulang sekarang ?"

"Iya, mumpung hujannya udah reda"

Bertepatan dengan itu, Narayan mengucek kedua matanya, lalu duduk bersandar di sofa. Ia menatap sekeliling sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Kak, makanya jangan tidur sore, linglung kan"

"Ga sengaja tadi", jawab Narayan yang sepertinya sudah sadar.

"Bang, gue pamit pulang ya"

"Oh iya, hati-hati ya, makasih udah dateng"

"Iya Bang, salam aja buat Om sama Tante nanti kalau udah dateng"

KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang