Haerin menatap aneh Danielle yang tampak berbeda sejak pagi. Dirinya terus tertidur dan Haerin baru sadar, mata sahabatnya itu sangat-sangat sembab.
"Lo ngantuk? Capek?" tanyanya, "Lo beda banget hari ini, lemes gitu."
Danielle yang biasanya ceria, dan sedikit hiperaktif, kini hanya menyunggingkan senyum tipis saja hari ini.
Pikirannya sedikit bercampur aduk hari ini, ditambah kantuk yang melanda karena waktu istirahat yang kurang malam tadi.
"Jangan sedih-sedih gitu dong, ntar gue traktir deh biar lo segeran dikit," canda Haerin.
Tanpa diduga, Danielle malah mendadak antusias.
"Boleh! Makasih ya Haerin gue yang paling baik sedunia," ucap Danielle jahil.
"Eh, nggak ya. Gue cuma bercanda doang," Haerin mendadak gelagapan sendiri.
"Gak ada alesan, Haerin," senyum Danielle penuh kemenangan.
Akhirnya, percakapan pagi ini justru berakhir dengan Haerin yang sewot sendiri.
Haerin tahu betul, bagaimana Danielle selalu memberikan effort yang maksimal dalam hal menghemat uang jajan.
Katanya sih, mau ditabung buat beli sesuatu.
"Oi! Minggir!"
Tubuh Danielle menegang mendengar suara itu. Itu persis seperti suara Jeno, seratus persen.
Ia malas bertemu dengan laki-laki itu, karena pasti Jeno akan tiba-tiba menjadi bawel dan sok friendly dengannya.
Dan benar saja, tidak lama setelah suara itu terdengar, sosok laki-laki yang tak lain adalah Jeno, kini sedang jalan mendekati tempat duduk Danielle di kelas.
"Haerin, tolongin gue," setidaknya, itulah yang Haerin tangkap dari sorot mata temannya itu.
Haerin hanya menggenggam tangannya pelan, seolah menyuruhnya untuk tetap tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Tanpa diduga, Jeno datang dengan sebuah kotak bekal.
"Buat makan siang lo," ucap Jeno singkat sambil menyodorkan kotak bekal itu, lalu bersiap untuk pergi meninggalkan kelas itu.
"Tunggu!"
Jeno menaikkan sebelah alisnya, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap si pemanggil.
"Lo- eh, maksud gue- ini apa?"
Dalam hati, Danielle mengutuk dirinya sendiri. Saking gugupnya, ia sampai tidak tahu harus berbicara apa dan berujung mempermalukan dirinya sendiri di hadapan laki-laki itu.
Jeno menahan tawanya, "Lo buta?"
"Hah?" lagi-lagi Danielle mendadak blank.
Setelahnya, ia mengumpat dalam hati.
"Gue bikinin bekal buat lo sayang, jangan lupa dihabisin, kalo nggak ntar gue ngambek sama lo," ucapan Jeno berhasil menarik atensi Haerin yang sedari tadi tidak terlalu mempedulikan obrolan kedua insan itu.
Haerin menatap Jeno sedikit sinis. Agaknya, gadis itu merasa jijik dengan perkataan Jeno. Laki-laki itu benar-benar SKSD, kalau kata Haerin.
Sementara itu, Danielle hanya menatap punggung Jeno yang berjalan menjauh dan kotak bekal itu secara bergantian.
"Haerinnnnn!"
Yang dipanggil reflek menutup kedua telinganya rapat-rapat.
"Apa sih?!" teriaknya membalas teriakan Danielle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishlist || Kang Haerin
FanfictionTanpa Haerin sadari, setiap kali ia memohon kepada Sang Pencipta, segala hal yang memang sudah buruk, kini menjadi semakin buruk lagi. Hingga Haerin sadar, bahwa ini sudah saatnya bagi dia untuk memperbaiki semuanya, walaupun ia harus merelakan diri...