28. kiss

51.9K 1.8K 47
                                    

Hujan di bulan Januari membuat seluruh aktivitas di luar ruangan tampak tidak begitu menyenangkan. Namun berbeda dengan Edeline, yang nampak menikmati waktunya sambil menghirup cokelat panas. Perempuan itu menatap rintik hujan yang perlahan mulai reda.

"Dee," Edeline menoleh ketika mendapati Alexio yang sudah selesai dengan urusannya.

Ia tidak tahu urusan apa yang dilakukan pria itu, yang jelas tiba-tiba saja pria itu datang menghampirinya tanpa memberitahunya sedikit pun. Padahal ia ingin menikmati waktunya sendiri.

"Apa kau akan kembali?" tanya Edeline, melihat Alexio yang nampak sibuk di kantor.

Alexio tersenyum miring seraya duduk di hadapan Edeline. "Apa kau sedang mengusirku?"

"Tidak," jawabnya seraya menyesap cokelat panasnya.

"Lalu," Edeline tersentak ketika Alexio meraih helaian rambutnya. "Apa yang kau lakukan di sini sendirian?"

Edeline menghela napas pelan. "Apa kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?"

Alexio tertawa kecil. "Tidak, hanya saja..." Seketika itu raut wajah Alexio berubah menjadi keras. "Aku tidak suka jika kau menarik perhatian banyak orang seperti ini."

Saat itu pula Edeline melihat sekitarnya. Benar saja, beberapa orang nampak memperhatikannya atau lebih tepatnya memperhatikan Alexio. Mana mungkin mereka tidak terpesona dengan paras Alexio yang begitu menganggumkan bak dewa.

"Kau yang menarik perhatian mereka. Apa kau tidak lihat, tatapan yang mereka tunjukkan untukmu?" ucap Edeline seraya melirik sekelilingnya.

"Aku tidak peduli, yang aku pedulikan hanya dirimu." Ucapnya seraya menatap intens netra abu-abu itu.

Edeline yang jengah pun membuang pandangannya ke arah samping. Sampai beberapa saat ia menyadari jika kelas keduanya akan segera dimulai.

"Where are you going?" tanya Alexio ketika melihat Edeline berdiri dari tempatnya.

"Aku ada kelas setelah ini," jawabnya hendak berlalu dari hadapan pria itu.

Namun hal tak terduga membuat Edeline memekik kecil. Alexio menarik tangannya hingga ia jatuh dipangkuan pria itu.

"Lepaskan aku!" geram Edeline dengan kedua mata membulat penuh. Apalagi tatapan orang-orang hampir seluruhnya mengarah ke arah mereka.

"Jika kau memutuskan pergi, itu artinya aku akan terus menahanmu seperti ini." Bisik Alexio dengan senyum miringnya.

Berbagai macam umpatan Edeline tunjukkan pada pria itu dalam hati.

"So, what do you want?" desis Edeline dengan tatapan nyalangnya.

Alexio terdiam sebentar, sampai tindakannya membuat Edeline memekik tertahan. "What the fuck are you doing?!"

Edeline begitu terkejut ketika Alexio menggendong tubuhnya ala bridal style. Terlebih lagi ini dimuka umum, yang pastinya akan menjadi perbincangan hangat orang-orang.

"Watch your mounth Dee, or I'm gonna kiss you right now." Ancam Alexio dengan seringiannya.

Edeline yang mendengar itu terdiam dengan perasaan jengkel luar biasa. Andai saja ini bukan dimuka umum, ia akan meninju wajah pria itu berulang kali.

"Jangan berpikir kau akan memukulku setelah ini." Bisik Alexio yang membuat kedua mata Edeline membelalak sempurna.

Seketika itu Edeline terdiam, sampai Alexio memasukannya dalam Aventandor milik pria itu. Edeline membuang pandangannya ketika Alexio mulai menjalankan mobilnya. Dan jangan lupakan tatapan orang-orang yang masih mengarah ke arah luar.

ALEXIO [END] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang