Butiran rintik hujan jatuh menghantam kota Seoul dengan keras. Tampak sosok laki-laki basah kuyup bersandar di badan mobil mengabaikan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang, ia membiarkan tetesan air hujan menusuk setiap inci kulitnya.
Suara derap langkah kaki terdengar tapi ia tidak memperdulikan apalagi mengangkat kepalanya untuk melihat sosok itu.
Tiba-tiba saja tetesan air hujan yang menghantam tubuhnya berhenti, membuat laki-laki itu mendongak dan memperlihatkan wajahnya yang sudah basah kuyup.
"Kenapa disini?"
Laki-laki itu tidak mengatakan apa-apa, iya sendiri bahkan tidak tahu kenapa ia tiba-tiba berhenti di sini tepat didepan rumah sosok itu. Pikirannya sedang kacau, ia hanya menggunakan feeling saja saat mengendarai mobil miliknya.
"Berdiri!" Titah wanita itu dengan tegas dan sontak membuat laki-laki itu menuruti perintahnya.
"Jennie..." laki-laki itu meraih tubuh wanita itu dan memeluknya sedikit paksaan.
Sontak membuat Jennie terkejut dengan tingkah laki-laki itu "Pak, lepas---" berontak Jennie.
Limario menggelengkan kepalanya "Lima menit!" Parau Limario dengan tubuh bergetar menahan Isak tangisnya.
"Kenapa,hm? Sesuatu terjadi?" Lembut Jennie melepas pelukannya.
Jennie menatap Limario dengan heran, penampilan atasannya tidak seperti biasa, ini tampak berantakan dengan lebab diujung bibirnya.
Jennie menarik paksa Limario menuju teras rumahnya.
"Mau kemana?" Tahan Limario saat melihat Jennie hendak meninggalkannya.
"Aku akan mengambil handuk, lihat baju bapak sudah basah..."
Limario mengangguk sebagai jawaban. Setelah beberapa menit membiarkan atasannya itu di luar. Ia pun keluar membawakan handuk dan coklat hangat untuk laki-laki itu.
"Terimakasih..."
Cklek!!
"Kenapa tidak masuk saja, nanti bisa masuk angin, hm!" Ucap Ji-hyun melihat atasan putrinya itu sudah basah kuyup.
"Masuk, nak..." lembut Ji-hyun menyunggingkan senyumnya, kemudian ia pun masuk terlebih dahulu meninggalkan dua orang tersebut.
⬇️⬇️⬇️
"Masih punya nyali juga untuk pulang ke rumah?"
"Ayah, itu bukan kesalahanku!" Tegas Limario membela diri.
BUGH!
"BUKAN KESALAHANMU? LALU SIAPA YANG BERSALAH? JELAS INI PROYEK KAU YANG MENGHANDLE!"
BUGH!
"KAU SANGAT TIDAK BERTANGGUNGJAWAB RIO!"
Limario hanya pasrah tanpa membalas amarah sang ayah. Ia terus membiarkan ayahnya terus memukulinya.
"AKU SUNGGUH MENYESAL MEMPERCAYAIMU! INI PROYEK BESAR LIMARIO!!"
"Cukup!!! Tidak bisakah kalian berbicara tanpa emosi!" Tegas Jane brüschweiler menghampiri putranya sembari memeriksa luka yang disebabkan oleh suaminya itu.
"Ck! Itu kesalahannya. Kau tidak perlu membelanya! Dia akan semakin keras kepala sayang!" Ucap sang suami menarik tangan istrinya untuk menjauh dari Limario.
"PERGILAH JANGAN BERANI MENGINJAKKAN KAKIMU DIRUMAH INI JIKA MASALAH YANG KAU BUAT BELUM SELESAI! BELAJAR UNTUK BERTANGGUNG JAWAB.
Limario menatap tak percaya ayahnya itu "Kau mengusirku?"
"Selesaikan masalahmu jika ingin kembali kerumah ini!"
"Baik!"
Limario pergi dari rumah itu setelah bertengkar hebat dengan ayahnya. Pertengkaran seperti ini adalah pertama kalinya.
⬇️⬇️⬇️
"Setiap orang pasti punya masalah masing-masing, tapi jangan pernah merasa kalau bapak adalah orang yang paling menderita. Belajarlah buat lebih bersyukur, banyak di luaran sana orang yang mempunyai masalah lebih dari masalah yang bapak alami" jelas Jennie setelah mendengar cerita dari Limario tersebut.
Suara lembut wanita itu sayup-sayup masuk ke dalam indra pendengarannya yang mampu membuat jantungnya berdebar seketika.
Limario mengubah posisinya duduk dibawah memeluk kaki Jennie dengan menaruh kepalanya dikedua kaki Jennie. Ditambah dengan aroma parfum khas Jennie yang membuat ia merasa seolah-olah telah menghisap nikotin yang membuatnya kecanduan.
Inilah satu kebiasaan Limario, ia selalu membutuhkan pelukan jika terkena masalah, biasanya jika masalah seperti ini ataupun lelah ia selalu dimanja oleh sang ibu. Tapi kali ini berbeda, entah dia sadar atau tidak dengan sikap manjanya kepada Jennie.
"Aku tidak suka kau memanggilku seperti itu, aku bukan bapak mu! Panggil saja Rio, aku lebih suka kau memanggilku nama!" Rengeknya membuat Jennie ingin tertawa dengan tingkah Limario seperti anak kecil yang tidak diberi permen oleh ibunya.
"Bangun! Tubuhmu akan pegal jika tidur seperti ini..." ucap Jennie yang melihat Limario memejamkan matanya.
Limario menggeleng-gelengkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya pada kaki Jennie.
Jennie menghela nafas beratnya "Ganti baju dulu, kau akan sakit jika tidur basah kuyup seperti ini,hm..." lembut Jennie memberikan baju kaos dan celana milik ayahnya itu.
Limario menuruti kemauan Jennie, ia pun beralih ke kamar mandi untuk mengganti bajunya. Kemudian kembali lagi ketempat wanita itu berada.
"Sudah!" Ucap Limario dengan wajah cemberutnya.
Jennie menggelengkan kepalanya "Kemarilah..." ucapnya menepuk pahanya sebagai bantalan kepala atasannya itu.
"Jennie..." panggil Limario.
"Hm!" Jawab Jennie tanpa melihat kearah sumber suara.
"Jennie..." panggilnya lagi.
Jennie mendengus "Kenapa? Kau menganggu ku, kau tidak lihat aku sedang menonton filmku. Jika kau ingin tidur, tidurlah!" Gerutunya tanpa sadar membuat Limario menangis.
Jennie membelalakkan matanya "Kenapa menangis?"
"Kau memarahi ku..."
Jennie menghela nafasnya "Maafkan aku, hm!" Lembutnya sembari mengusap lembut kepala Limario.
Limario mengangguk dan mengubah posisinya memeluk perut Jennie.
"Jennie... Terimakasih!"
Jennie mengangguk "Tidur,hm..."
Limario tersenyum "Welcome to Limario's world, Jennie..." batinnya
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm For You
Любовные романыKisah seorang pria yang lembut dan penuh kasih sayang. Siapa yang tidak mengenalnya? anak dari konglomerat terkaya di dunia. Fisik dan kastanya mampu menjajah hati para wanita. seseorang yang memiliki reputasi besar seperti ayahnya. Pria tersebut me...