Episode 3.

559 71 7
                                    

Berada di kediaman Uchiha tidak senyaman yang Hinata kira. Fugaku yang menjadi momok paling menakutkan bagi Hinata, lelaki parubaya itu selalu menatapnya dengan tatapan curiga. Tersirat berjuta tanda tanya yang sungkan untuk diungkapkan dengan kata kata. Sejujurnya Hinata cukup senang dengan ketersediaan Mikoto yang menerima Hinata dengan baik meskipun Hinata tau bahwa menantu idaman Mikoto adalah Sakura Haruno. Seorang perawat, sedangkan Hinata tak lebih dari hanya seorang budak korporat yang banting tulang siang dan malam hanya untuk bertahan hidup didunia kejam ini.

Seperti malam malam sebelumnya, sebelum masuk ke kamar keluarga Uchiha beserta Hinata makan malam bersama sekedar berbicara tentang apa yang terjadi hari ini atau perbincangan seputar pekerjaan antara Itachi dan Fugaku sedangkan Sasuke hanya sesekali berbicara. Dapat Hinata lihat bahwa perang dingin antara Fugaku, Itachi dan Sasuke tengah terjadi. Hinata sadar mereka tidak menerima Hinata, namun Hinata sudah terbiasa berjuang jadi biarlah dia merasakan pahitnya berjuang demi mendapatkan sebuah pengakuan.

"Bagaimana keseharianmu disini, Hinata?" tanya Mikoto tersenyum lembut. Sungguh Hinata sudah lama tidak mendapat kasih sayang seorang ibu, wujud Mikoto yang begitu baik mengingatkan Hinata pada mendiang ibunya mereka mirip dan Hinata sangat bahagia disayangi seperti ini oleh Mikoto.

"Baik, Ibu. Aku suka tinggal disini," jawab Hinata jujur. Walaupun mendapat tatapan sinis dari Fugaku tidak sedikit pun membuatnya takut, dia sudah bertekat untuk mendapat pengakuan mungkin tidak dari Sasuke tapi keluarga Uchiha.

"Aku terkesan dengan caramu beradaptasi, tidak sangka kau hanya kaum rendah," celetuk Itachi menohok dengan senyum cemooh. Hinata tau Itachi orangnya ramah dan baik, sudah terlalu banyak hal yang Hinata tau tentang Itachi dari Sasuke. Berkata seperti itu sama saja seperti menggali kuburan sendiri bagi Itachi, Hinata bisa saja membalas tapi belum saatnya dia ingin lihat sampai mana batas kesabarannya menghadapi 3 pria berhati dingin di keluarga ini.

"Kau benar, Kakak," jawab Hinata tertawa sumbang. Cukup membuat Itachi menggeram kesal.

Bulan sudah tinggi dilangit tetapi Sasuke masih enggan meninggalkan layar kotak dihadapannya. Pekerjaan membuatnya harus begadang, terlebih ini adalah suatu proyek besar yang mana apabila Sasuke memenangkan proyek ini dia akan dianggap sudah cukup mampu mempimpin perusahaan.

Hinata yang melihat itu merasa kasihan, dia bangkit ke dapur untuk membuat kopi untuk Sasuke ada rasa senang dalam hatinya setidaknya Sasuke benar benar mengikuti apa yang dia mau namun sedihnya Sasuke justru lebih banyak diam akhir akhir ini.

"Sasuke, minum dulu," ujar Hinata memberikan segelas kopi di samping Sasuke. Sang empu hanya tersenyum kecil sekilas lalu kembali bertempur dengan layar kotak dihadapannya.

"Maaf jika aku mengganggu, apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kau terlihat murung, ada banyak yang kau pikirkan, katakan padaku," ucap Hinata penasaran. Sasuke menoleh sekilas menatap mata amethyst Hinata yang setiap kali Sasuke lihat seperti ada berjuta kenyamanan disana.

"Aku takut kau tidak nyaman ada disini, maafkan aku," ucap Sasuke memeluk Hinata tiba-tiba. Hinata bersemu merah, kenapa Sasuke menjadi seperti ini? Terlalu cepat apabila Sasuke jatuh cinta padanya meski mereka telah berteman 5 tahun lamanya.

"Kau tidak usah khawatir, ini kemauan ku. Lagi pula ibumu baik, membuatku nyaman berada disini," ucap Hinata menepuk punggung Sasuke agar pria itu tenang, Hinata lalu menyuruh Sasuke untuk menyeduh kopi itu sebentar lalu lanjut berpelukan.

Entahlah Sasuke menginginkannya, dia merasa nyaman berada dalam dekapan Hinata. Rasanya hangat apalagi punya Hinata besar, menambah rasa hangat itu. Ah, maksud Sasuke, lupakan!

Hinata tersenyum senang melihat Sasuke yang meskipun Hinata tau belum mencintainya tapi seiring berjalannya waktu ketika kebersamaan mereka terus terjalin Hinata yakin bisa membuat Sasuke jatuh sedalam dalamnya.

Seminggu telah berlalu, hari ini merupakan hari sakral dimana ikatan perjanjian nikah akan dilangsungkan antara Sasuke dan Hinata. Dari pagi mereka sudah disibukkan dengan banyaknya ocehan orang orang sekitar yang meminta mereka untuk cepat, cepat dan cepat. Hinata tidak punya pilihan lain selain menurut apalagi yang turun langsung untuk mendandani nya adalah Mikoto. Wanita parubaya itu sejak pagi sudah menyiapkan apa saja yang harus Hinata pakai, lalu adakah alasan untk Hinata menolak? Tentu saja tidak.

Sedangkan Sasuke, dia jauh lebih santai karna hanya perlu memakai setelan rapi dan berhias dengan wewangian. Jujur dia pun merasa gugup, tapi tersembunyikan dengan wajah datar bak pahatan patung.

Hingga tiba waktunya mempelai wanita dan pria berjalan bersama diatas karpet merah menuju panggung perjanjian.

Sekilas Sasuke melirik Hinata, tidak bisa dipungkiri bahwa Hinata adalah gadis yang cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekilas Sasuke melirik Hinata, tidak bisa dipungkiri bahwa Hinata adalah gadis yang cantik. Hidung mancung kecil dengan bibir berwarna peach tanpa riasan berlebih menambah kesan cantik seperti dewi dalam diri Hinata. Terutama rambutnya yang tergerai indah, kenapa Sasuke baru menyadari bahwa rambut Hinata begitu cantik?

Tibalah mereka di atas panggung di hadapan banyak orang, pendeta mulai membacakan perjanjian nikah yang harus disetujui kedua mempelai.

"Saya berse-" belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya dari ujung pintu masuk terdengar suara perempuan berteriak histeris hingga menggema dalam ruangan. Perempuan itu menatap nanar ke arah Hinata, dengan penampilan yang berantakan nafasnya memburu seolah ingin menerkam sesuatu diujung sana yang justru menatap balik padanya dengan tatapan datar. Haruno Sakura.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang