41. Tersadar.

316 55 10
                                    


——————————————————
(BAHASA INDONESIA/ARAB/...)

Bahasa Jepang
_________________________________________

Tokyo. 20.00
.
.
.
Di malam yang tenang, duduklah para BPJS (Barisan Para Jomblo Sukses) di halaman rumah seseorang. Ya, mereka adalah para bujang yang bernama Fikri, Dirgantara, Sutrisno dan si pemilik rumah, Mada dan Mado.

Mereka menyalakan rokok kretek dan sebuah speaker wearless kecil yang disetel dengan volume perlahan, melantunkan lagu country berbahasa Indonesia.

''Dari jendela kelas yang tak ada kacanya...
Tembus pandang ke kantin, bertalu rindu.
Datang mengetuk, pintu hatiku~
Kau datang membawa~ sebuah cerita~
Darimu itu pasti, lagu ini tercipta.
Darimu itu pasti, lagu ini tercipta''

(Hayo~ yang tahu lagu ini coba ketik judulnya beserta penyanyinya)

Namun salah satu di antara mereka langsung menyahut ponsel yang tersambung frekuensinya dengan speaker. Dia mengganti lagunya dengan lagu pop ala era 90-an karya Ismail Marzuki. Pelakunya adalah Dirgantara. Teman - temannya berdecak kesal dan lanjut menyebat seraya mendengar lagu yang dimainkan.

''Lenggang mengorak menarik hati serentak.
Hei~ hei~ siapa dia~.
Wajah sembunyi dibalik payung fantasi~
Hei~ hei~ siapa dia~''

''Oi. Jika ingin bucin jangan disini'' celetuk Mado menghentikan Dirgantara yang bernyanyi. Sang empu langsung merengut kesal lalu menyebat rokoknya dengan perasaan kesal.

''Iya juga, ya. Kapan kau mengenalkan kekasihmu pada keluargamu?'' Tanya Fikri. ''Sampai adikku sadar'' ketus Dirgantara. ''Bro, ini sudah lewat dua bulan adikmu tidak bangun - bangun. Temukan saja pada kerabatmu atau walimu dulu'' saran Sutrisno.

''Aku ingin adikku yang pertama kenal dengan calon istriku'' ucap Dirgantara mulai egois. ''Jika adikmu tak segera bangun? Kau bisa jadi bujang lapuk nanti'' ledek Mada.

''C*ngkemmu meneng'o su. Tak suwek nko'' kecam Dirgantara menunjuk Mada dengan putung rokoknya. ''Iyo - iyo'' ucap Mada mencebik temannya.

Keheningan melanda mereka berlima. Mado mengganti lagunya menjadi lagu country lagi. Tak ada yang protes, mereka menikmati kesunyian malam.

''Jika kau disini, siapa yang menjaga adikmu?'' Celetuk Mado bertanya. ''Bibiku dan sepupuku di Tokyo. Kami bergantian berjaga sampai pukul 9 malam'' jawab Dirgantara monoton.

''Aku teringat saat kita menyambangi adikmu. Kau meninju temannya, bukan?'' Ungkit Mada membuat Dirgantara kembali kesal. ''Ck! Tentu saja. Dia tak tahu betapa berharganya dirinya di mata adikku sampai merendahkan dirinya sendiri'' kesal Dirgantara.

Flashback.

''Hontouni Gomennasai! Aku tak pantas hidup, Dirga- san. Seharusnya aku yang menderita, bukan adikmu'' Ampun Wakaba berdogeza di hadapan Dirgantara. Sang empu menggertak kesal lalu menarik kerah belakang Wakaba dan meninju wajahnya.

Duak!!

''Janc*k! Kau sangat BODOH! Adikku melindungi dirimu karena kau adalah sahabatnya! Orang yang paling dia sayang! Jangan memandang rendah dirimu seakan kau sampah yang tak berguna!'' emosi Dirgantara sampai di tahan oleh teman - temannya.

''Sudahlah, Dirga'' cegah Fikri. Dirgantara langsung melepaskan diri dari tahanan teman - temannya dan pergi dari ruang inap adiknya.

Flashback end.

Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang