4

711 169 7
                                    

As rainbow 4

Sakura melempar bantal sofa ke segala arah. Butuh pelampiasan untuk mengeluarkan emosinya yang belum sempat tersampaikan. Bisa saja ia menendang muka Sasuke di kantor, namun ia masih berbaik hati untuk menjaga harga diri pria bangsat itu di depan para koleganya.

Sebenarnya Sakura butuh teman untuk bercerita. Ayolah Ino cepatlah pulang:-(. Tenten belum bisa diharapkan. Memang awalnya sudah cukup akrab. Namun gadis itu sangat shock ketika mengetahui siapa Sakura sebenarnya saat mereka makan bersama siang tadi. Mungkin Tenten masih memerlukan adaptasi untuk menerima kenyataan yang Sakura sendiri sulit untuk menerimanya bahwa ia adalah istri sah Uchiha Sasuke.

Sakura memijat kepalanya yang terasa sakit. Dua tablet obat anti pusing sudah ia tenggak namun tak ada efeknya. Ditambah dering ponselnya yang tidak berhenti berbunyi sejak semalam. Pelanggan butiknya mulai menunjukan reaksi karena mengetahui kejadian kebakaran itu dari media. Rata rata menanyakan bagaimana keadaan gaun yang mereka pesan. Yang lebih merepotkan adalah mereka yang sudah membayar lunas gaun pesanannya itu.

Perlu waktu untuk mengurus segala sesuatu apalagi yang berurusan dengan uang. Sakura harus memperbaiki data dirinya untuk melaporkan kecelakaan itu ke bank agar tabungan uang miliknya bisa seutuhnya kembali untuk mengganti kerugiannya.

Sebagian sudah ia selesaikan dengan kartu keramat Sasuke. Belum semua tapi jumlahnya sudah sangat besar. Sakura masih tahu diri, dan mengerem pengeluaran. Ia tidak mau jika pria itu mengamuk dan memakinya karena hal itu.

Setidaknya masih ada beberapa pemesan yang bertahan. Yaitu mereka yang membutuhkan baju untuk acara namun tidak dalam waktu dekat. Kebakaran itu sudah menghanguskan semuanya termasuk sketsa sketsa yang sudah dibuat. Sakura tidak apa jika harus memulai semua dari awal demi pelanggan setianya.

Dinginnya air shower membasahi rambutnya. Memberi sensasi nyaman untuk kepalanya yang seharian terasa berat. Sakura juga memikirkan inspirasi apa yang bagus untuk desain desain selanjutnya, sembari membersihkan badannya.

"Bukan Sakura jika aku menyerah begitu saja."

Ia juga memikirkan penyebab kebakaran di butik. Apakah harus diselidiki penyebabnya atau murni karena kecelakaan?

"Satu persatu Sakura," gumamnya sambil meraih handuk yang ada di pojokan.

Kain lembut bewarna putih itu milik Sasuke, ia lupa membelinya sendiri. Ah mungkin besok saja. Ia sudah menarik sejumlah uang secukupnya sebelum mengembalikan black card itu ke pemiliknya.

"Andai saja Ino....Aaaaaaaaargk!" teriaknya kencang. Sakura buru buru membenarkan posisi handuk di badannya saat pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan pemilik wajah datar yang berdiri canggung hanya dengan telanjang dada dan celana pendek.

"Sasuke! Kenapa kau buka pintunya hah!"

Sasuke menolehkan pandangannya ke arah lain. Sepertinya ia juga sama kagetnya. Masih berpikir bahwa ia tinggal sendirian, melupakan bahwa kemarin ia mengajak seorang gadis untuk tinggal bersama.

"Kau tahu fungsi kunci dipintu?" ucap Sasuke tanpa menoleh pada lawan bicara.

"Apa kau tidak dengar ada suara orang di dalam?"

Sasuke tidak tahan lagi. Ia memutuskan untuk berhadapan langsung dengan gadis di hadapannya itu, "Tempat ini kedap suara. Jangan bersikap norak!" Ujarnya dengan senyum miring.

Sakura mengepalkan tangannya kuat kuat. Walaupun di depannya terpampang pemandangan yang sangat ingin dilihat oleh semua wanita, namun itu tidak berlaku padanya. Badan yang seksi itu,  Sakura sangat ingin memukul perut, bahu, kepala, kalau bisa seluruh badan pria itu agar tidak bisa bersikap sombong lagi.

As Rainbow (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang