selamat membaca~~~•••~~~
Arsen tidak marah, tapi laki-laki itu mendiamkan istrinya. Selama perjalanan pulang, Ceseli menatap Arsen, merasa bersalah.
Ceseli ingin menjelaskan, namun ia ragu. Perempuan itu menunduk, takut menatap Arsen yang raut wajahnya berubah dingin.
Walaupun begitu, tangan Arsen tetap menggenggam tangan Ceseli erat, dengan tangan satunya lagi yang memegang tali kuda. Mereka memilih berjalan kaki, karena memang tempat mereka berada tak jauh dari istana.
Setelah sampai di istana, Arsen melepaskan genggamannya dan menyerahkan kudanya di salah satu prajurit, setelah itu ia pergi meninggalkan Ceseli yang masih terdiam.
"Tuan Putri, anda baik-baik saja kan?" Emely tergesa-gesa berlari kearah Ceseli, mengkhawatirkan majikannya itu.
Ceseli hanya mengangguk, membuat Emely menghela napas lega. "Mari tuan Putri, sebaiknya tuan Putri istirahat" kata Emely.
Ceseli menatap Emely "Emely, apa Arsen marah padaku?" tanyanya.
Emely mengangguk "setelah menyadari tuan Putri tidak ada di istana, pangeran memarahi semua orang, manyuruh semua prajurit mencari tuan Putri!" jelasnya.
Ceseli benar-benar merasa bersalah. Ia bingung apa yang harus ia lakukan setelah ini. Apakah ia harus meminta maaf pada Arsen? Tapi, kalau Arsen tambah marah padanya bagaimana?
Ceseli menghentikan pikirannya itu saat Emely menarik tangannya, "mari tuan Putri" menuntunnya masuk ke dalam istana.
"Apa yang harus aku lakukan Emely? Aku takut Arsen marah... " kata Ceseli lirih, membuat Emely menghentikan langkahnya.
"Pangeran Arsen sangat mencintai tuan Putri! Wajar kalau pangeran marah.. Sebaiknya tuan Putri minta maaf saja.. Pasti pangeran mau memaafkan!" saran Emely, Ceseli hanya diam saja. Kemudian Emely kembali menuntun Ceseli memasuki istana.
_________
Ceseli berdiri di depan pintu kamar, dengan Emely disampingnya, yang terus-menerus memaksa agar majikannya itu mau memasuki kamarnya. Walaupun Emely tau, kalau hati Ceseli sedang dilanda ketakutan.
"Kakak ipar, apa yang kau lakukan berdiri di depan kamarmu?"
Maikel datang, dengan membawa segelas minuman hangat dari dapur. Ia hanya lewat saja.
Menyadari raut Ceseli yang murung, Maikel paham. "Kakak menginap di kamarku!" katanya, membuat Ceseli mendongak, menatapnya.
"Minuman ini untuk kakak! Katanya dia pusing!"
Ceseli meneguk ludahnya kasar. Apa yang baru saja ia lakukan? Apa ia telah membuat kesalahan besar? Sehingga, satu kamar dengannya pun, Arsen tak mau?
Ceseli benar-benar kalut. Perempuan itu memutuskan untuk membuka pintu kamar, dan menutupnya kembali. Dan benar, tidak ada Arsen disana.
Ceseli merebahkan tubuhnya diranjang, memeluk bantal yang biasa Arsen pakai. "Gue salah ya? Sampai dia semarah itu? Tapi kan salah dia juga nggak ngizinin gue! Kenapa gue yang ngerasa bersalah banget? Dan kenapa hati gue sakit banget saat tiba-tiba sikap dia berubah ke gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Cassa
Teen Fiction#Transmigrasi 1 Cassandra yang tidak sengaja bertransmigrasi kedalam novel yang berjudul "The Queen Kalisa". Apalagi ia berperan sebagai adik dari si pemeran utama, yang berakhir dinikahkan dengan pangeran mahkota, yang tak lain seorang antagonis. ...