Mencintai Ten rasanya seperti tenggelam. Semakin berontak, semakin terlilit.
Semakin pasrah, maka akan semakin jatuh. Jauh, jauh ke dasar hingga tak mampu naik ke permukaan lagi.
Ten menemukan Hikaru kala dirinya tengah diganggu senior.
Ia memang lemah, dan terlihat lemah dan menjadi Target bahan pelampiasan sempurna.
Hikaru pasrah, pun tak berharap menyelamatkan pahlawan. Hidupnya sudah menyedihkan, dan ia sudah terbiasa diinjak-injak.
Tapi Ten berbeda.
Dia bukan tipe orang yang senang melihat orang lain ditindas.
Dia juga bukan orang yang ingin membantu tapi tak berani maju.
Ten selalu yakin akan keputusannya, ia berani mendekat, membawa Hikaru ke dalam daerah proteksinya, menjaganya seolah Hikaru adalah hal paling berharga di dunia.
Ten yang menemukan Hikaru.
Selama ini Hikaru tak pernah meninggalkan zona nyamannya, memilih untuk selalu bersembunyi di balik gelap. Ia tidak pandai bicara, ia juga tidak mudah memberi kepercayaan.
Tapi, sekali lagi, Ten berbeda.
Ten menarik Hikaru ke UKS dan memaksa mengobati luka-lukanya akibat hantaman senior sebagai balas budi, katanya.
Mungkin orang lain berpikir Ten membantunya dengan pamrih, namun Hikaru sudah belajar melihat apa yang tersembunyi di balik sebuah kejadian.
Ten menariknya, menggenggam tangannya, berbicara dengannya, berkontak dengannya.
Ten berkata 'ayo berteman' dengan caranya sendiri.
Mungkin, mungkin saja—saat itu Hikaru telah jatuh cinta.
***
" Oh, ada Run ternyata."
Kali kedua mereka bersitatap adalah ketika Hikaru bersantai di sudut belakang gedung kelasnya sembari membawa buku sketsa. Ia baru saja menyelesaikan gambar bunga aster yang tumbuh subur disana sebelum kemudian Ten datang tiba-tiba.
" Kau sedang apa? "
Hikaru tidak siap. Sungguh, rasa-rasanya ia ingin kabur saja.
Berada sedekat ini dengan Ten membuat sistem syarafnya lumpuh. Ia meremas kertas gambarnya, menggigit bibir bawah menahan getar di sekujur tubuh.
" Ten sedang a-apa disini? " ah, sial. Hikaru berulang kali merutuki suaranya yang bergetar.
Ten tersenyum ia selalu tersenyum.
" Aku mencari tempat tenang untuk tidur, di kelas berisik sekali. Boleh aku diam disini? "
Hikaru mengangguk cepat sembari membetulkan letak kacamatanya.
Hikaru tak berani melihat. Ia duduk membelakangi Ten yang menghempaskan dirinya penuh kelegaan.
Ten bicara macam-macam tentang kelas yang membosankan, game terbaru, kakaknya yang cerewet, sampai rasa ramen kari.