Chapter • 27

153 12 0
                                    

Waktu itu, lima bulan lalu, saat segala masalah dalam hidupnya sedang bertubi-tubi menyerang Annchi—Adelio punya pacar, tahu kalau Viola anak Papa, dan Mama Papa bertengkar setelahnya—Annchi mengeluh pada Nenek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Waktu itu, lima bulan lalu, saat segala masalah dalam hidupnya sedang bertubi-tubi menyerang Annchi—Adelio punya pacar, tahu kalau Viola anak Papa, dan Mama Papa bertengkar setelahnya—Annchi mengeluh pada Nenek. Nenek yang saat itu khawatir pada keadaannya yang kata Mama kabur sampai tak pulang setelah melihat Mama dan Papa bertengkar, dengan cepat menemuinya untuk merangkulnya.

Segala keluh Annchi tumpah begitu saja setelahnya.

“Aku baru tau kalau Papa punya anak dari wanita itu, dan anak itu adalah temenku, mantan temenku yang sekarang jadi musuh. Dia bahkan rebut cowok yang aku suka, Nek, cowok yang selama ini aku jadikan tempat berlindung.” Annchi terisak, “Kenapa sih, nggak ada yang berjalan baik buat aku?” Annchi menatap Nenek dengan berkaca-kaca, “Tuhan nggak sayang sama aku, ya? Kenapa hidup aku kayak gini? Kenapa Papa dan Mama membuat aku ada?” keluhnya.

Dengan air mata yang juga sudah menggenangi pelupuk matanya, Nenek menarik Annchi ke dalam pelukan erat. Annchi tidak berteriak marah seperti yang biasa dia lakukan di depan Mama dan Papa. Annchi menceritakan itu semua sambil terisak lirih dengan suara tertahan seperti menahan sesak di dadanya, yang justru semakin membuat yang mendengar ikut merasakan sesak.

Nenek jadi ikut merasa bersalah. Menyesali keputusannya yang dulu memaksa putri satu-satunya menikahi pria yang tidak mencintainya, hingga berdampak pada cucu cantiknya yang menjadi korban keegoisannya.

Nenek yang tidak tega melihat Annchi yang selalu bersedih, berpikir untuk melakukan apapun untuk membuat cucunya memiliki kehidupan baru yang lebih bahagia.

Karenanya, tercetuslah sebuah kalimat dari Nenek, “Nenek ada kenalan. Kamu mau ke sana? Nenek bisa titipkan kamu seandainya kamu mau lanjut kuliah di sana.” Nenek pikir mungkin dengan lepas dari lingkungan di sini dan menuju lingkungan baru bisa membuat Annchi merasa lebih baik.

Annchi mengangkat kepala. Dahinya berkerut menatap Nenek, “Ke mana, Nek?” tanyanya masih dengan suara serak.

“........ Sydney.”

💕💕💕

Itu lima bulan lalu. Rencananya itu belum terwujud, sih. Annchi juga tidak tahu akan mengikuti saran Nenek atau tidak. Sampai sekarang Nenek masih menanyakan keputusannya. Tapi, Annchi belum membuat keputusan apapun.

Nenek belum tahu sekarang kehidupannya sudah lebih stabil. Sudah jauh lebih baik dari hari itu. Annchi sudah dapat kerjaan meski belum tetap. Dia juga belum menyelesaikan kuliah strata satu-nya.

Dan lagi.... sekarang ada Mada yang selalu membuat Annchi ingin berada di sampingnya terus.

Tuh kan, memikirkan Mada sedikit saja sudah membuatnya senyum-senyum sendiri.

Ya ampun, apa sekarang Annchi kena karma ya, jadi balik bucin sama laki-laki itu?

Bukan tanpa alasan sih, dia begini. Akhirnya, Annchi menemukannya. Laki-laki yang membuatnya merasa aman dan nyaman saat berada di dekatnya, yang selalu membuat hari-harinya tersenyum bahagia.

Revenge Partner • 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang