chapter 23

3.9K 298 25
                                    

happy weekend, happy reading!!


*



Setelah menghadapi kegilaan ide Shani, di sinilah kedua dara itu berada. Di tanah Daerah Istimewa Yogyakarta, kota kelahiran si Nyonya besar yang sudah berhasil dibuat berulang-ulang kali tepuk jidat selama melakukan perjalanan pagi-pagi buta ke bandara. Sumpah! Awalnya Gracia tidak mengira Shani itu serius soal ini. Tidak sampai semenit setelahnya si jangkung itu tampakkan e-ticket pesawat yang sudah terdaftar boarding pass nya.

Apalagi yang bisa dilakukan Gracia selain meringis dan menganga—sambil ngurut dahi saking tidak masuk akalnya permintaan Shani? Mau nolak ya, mana mungkin? Dia juga tidak tega dan tidak mau si buah hati betulan ileran karena tidak keturutan untuk menikmati jajanan pasar bernama grontol jagung itu. Lagian tahu-tahuan aja sih, Shani ini sama grontol jagung?

"Waktu di Jogja aku kan, tiap pagi dibawain sama Bu Jum."

Terjawablah pertanyaan Gracia yang pada malam sebelum keberangkatan kemarin sempat dibuat shock ringan sama ngidamnya Shani. Dia baru ingat seberapa bestiean-nya si bojo kesayangan sama Bu Jum yang rela tiap pagi sebelum berangkat ke rumah mampir dulu ke Beringharjo cuma buat beliin jajanan berbahan dasar jagung itu.

Memang sih, atas dasar couvade syndrome itu dia jadi jarang mengalami baby blues atau morning sickness. Sepenuhnya, lebih sering Shani dan bahkan sampai urusan ngidamnya. Tapi, kan—ahh... sudahlah. Gracia pengen nangis sebenarnya. Guling-guling sampai Dubai, istirahat sebentar, teriak di menara Burj Khalifa—terus pulang sambil guling-guling lagi.

Benar-benar di luar angkasa.

Urusan ngidam Shani sudah terpenuhi. Ini sudah hari ketiga mereka di Jogja. Masalah ngidam ini pun sudah sampai ke telinga ke keluarga besar Shani yang tak kalah dibuat shock. Dan sejauh ini—aktivitas Shani sepenuhnya cuma gegeloran. Full mager.

Siang-siang, keduanya baru saja menjenguk Bu Jum yang ternyata sedang kurang sehat karena rematiknya kumat.

Entahlah, beberapa hari terakhir ini Shani cuma pengen santai tanpa diganggu masalah pekerjaan. Sedikitpun, bahkan ia menyerahkan masalah di kantor sepenuhnya pada Krisna dan si Tuan Besar Kinalio Dirgantara. Shani cuma beneran lagi mau q-time sama istrinya seorang. Titik.

10 menit lalu Shani sempat keseliut, tapi langung kembali terusik karena kepanasan. Si jangkung itu pun duduk dengan wajah bantalnya yang masih terpampang nyata. Menghela nafas sambil kukur perut—dilanjut buka kaus oversize putih polosnya lalu diserakkan sembarang ke atas sofa ruang tamu. Suhu 38 derajat. Panas sekali Jogja 3 hari ini.

Shani beranjak sekarang. Dengan kondisi tubuh semi shirtless hanya menyisakan sport bra calvinklein berwarna hitam dan short pants senada, sibuk celingukan dia mencari sang istri yang entah ke mana.

"Loh, udah bangun dari tadi?" Panjang umur. Yang dicari nongol sendiri dari arah spot laundry tepat di seberang lorong pawon.

Menggeleng, Shani menguap sambil mengucek-ngucek matanya, "Barusan. Aku nggak sadar kalau ketiduran, Yang."

Gracia terkikik menanggapi, "Pindah ke kamar aja gih, tidur lagi," titahnya.

Bersandar di pinggiran dinding, Shani masih berusaha untuk mengumpulkan segenap kesadarannya sambil memandangi sang istri yang tengah sibuk dengan aktivitas cuci baju.

Stay, and Love Me! (Greshan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang