Hiruk pikuk para orang dewasa, kesana dan kemari, angkat dan turunkan barang demi barang. Di sinilah aku, di sekolah SMA Islam Terpadu Amal Al'uma yang berbasis asrama.
Angin sepoi-sepoi yang semestinya menyempurnakan hari ini, justru dipadukan dengan panasnya surya meskipun masih dalam suasana pagi."Phina, Baju putihmu memang harus di masukan ke dalam rok?" tanya Mierra.
Aku merunduk melihat setelan seragam putih hitamku. Terbiasa akan peraturan sekolah SMP negeri yang dimana baju sekolah berada di dalam rok, terlupakan aturan sekolah baru dimana baju ada di luar menutupi rok.
Aku menepuk jidatku, "Lupa ra." Aku mengeluarkan baju-ku dari rok.
Mierra menggeleng, menatapku konyol.
Sepersekian menit kemudian seorang pria yang lumayan dekat dari tempatku, Beranjak dari kursi administrasi tadi memberikan intruksi pada orang tua-orang tua murid.
"Barang-barangnya di harap untuk di labeli nama agar tidak tertukar dengan barang orang lain ya. Dan mohon perhatiannya kepada siswa siswi baru, di persilahkan pergi ke asrama-nya masing masing sembari menunggu barangnya di bawa ke asrama," arahan dari pria tadi, pak Ruezman.
Tenang saja, aku bukan nepotisme (orang dalam) yang membuat aku mengenal pria yang ada di meja administrasi, melainkan karena staff-staff disini menggunakan kartu nama.
Tak bisa aku tahan, terlepaslah ia, bulir air mataku. Meski masih ada agenda pengenalan lingkungan sekolah yang di ikuti murid bersama orangtuanya, namun yang ikut agenda tersebut hanyalah ayahku. Sedang ibu juga adikku? Tidak bisa, mereka harus segera pergi ke rumah sakit karena kata dokter kandungan, hari ini bibiku akan melahirkan anak keduanya.
"Permisi, adeknya naik di mobil ini pergi ke asrama putri," panggil bapak yang mengendarai mobil Toyota Calya abu. Jangan berfikir ini tumpangan sukarela! Pada kenyataannya, ini memang difasilitasi oleh sekolah. Jarak bukanlah alasan mengapa para murid di fasilitasi kendaraan. Jalanan yang di lewati untuk ke asrama sangat menanjak, cemasnya nanti para murid sudah keburu mengesot sebelum sampai di asrama.
Sebab kursi depan dan tengah sudah di tempati orang lain, aku duduk di kursi belakang dengan 2 orang siswi lainnya.
"Bisakah kamu memegangkan papan namaku? Sebentar saja, aku ingin memperbaiki kerudung," pintaku pada orang yang ada di sebelah kiriku. Ia menangguk, menggambil papan namaku yang ku peganggi sejak masuk mobil.
Di perjalanan ke asrama..
"Kaiphina kuri..." Ia membaca nama yang tertera di papan namaku. Belum terhitung detik, gadis itu mempelototiku.
"PHINA?!" serunya. Aku menggangguk keheranan.
"Eumm, siapa?" tanyaku ragu.
"Sora. Aku soraya adiraya, teman sekamarmu" katanya.
Aku memeluknya, alih alih bersyukur bertemu dengan orang yang ku kenali.
Sebelum kalian bertanya-tanya mengapa aku dan Sora saling mengenali, jawabannya sederhana. Sebelum masuk sekolah, kami berenam membuat grup kamar.***
Aku melepaskan alas kaki-ku yang tentu saja berwarna merah muda, kesukaanku. Aku menaikki teras yang hanya ada 3 anak tangga.
Di sapalah aku oleh seorang perempuan bergamis coklat susu tak lupa dengan kerudung hitam-nya, beralih dari tugasnya mendata siswi-siswi yang sampai di asrama. Asumsiku, ia senior yang berada satu tingkat di atasku.
Senyum merekah di bibir perempuan itu. "Kamar berapa?" tanya-nya.
"L1-1 kak," jawabku bersamaan dengan sora.
Senior itu menampakkan ekspresi gembira. Ia melompat kegirangan.
Di jabatnya tanganku, "Sini ikut saya, saya kakak kamar kalian."
Aku menampilkan cengiranku yang paling ramah, mengikuti jejak kak Anala, kakak kamarku.
Tidak berapa lama aku sudah sampai di kamarku. Tentu saja, jika kalian ingat, kamarku L1-1. Artinya lantai 1 kamar ke-1."Kaiphina dan Soraya bisa istirahat disini kalau masih lelah. Asal tidak berlama-lama, kaliankan masih harus pergi ke auditorium." Aku dan sora menggiyakan kak Anala.
Ceklek.
Tak berapa lama kak Anala meninggalkan kami, seseorang yang sudah pasti itu murid baru juga. Ia berparas cantik, putih pucat dengan freckles yang cukup banyak di pipinya. Sora mengerutkan dahi-nya, mengekspresikan rasa penasarannya.
"Arisa Onnierta, kalian?" tanya gadis yang baru saja masuk itu.
Aku mengangguk dengan mulut membulat. "Ooh Arisa. Aku Phina, ini sora." Aku memperkenalkan diriku dan sora. Di bandingkan Sora dan Kalea, Arisa adalah satu satunya anggota kamar yang tidak masuk grup. Itu karena kami tidak berhasil menemukan nomor teleponnya ataupun akun sosial medianya.
Sora merentangkan tangan kanannya, "Salam kenal ya Arisa." Arisa mengangguk.
"Hmm.. Kamu sudah ada kenalan murid disini?" basa-basiku. Lagi lagi isyarat, ia menggeleng.
"Kalau begitu, kamu ke audit ikut sama kita aja sa," ajak Sora.
Kalau kamu menebak Arisa akan mengangguk lagi, selamat. Tebakanmu benar.
***
Di auditorium, aku dan Arissa kehilangan jejak Sora. Mungkin saja ia pergi dengan orang tuanya.
Duduknya aku bersama Arissa di kursi deretan ketiga dari depan. Di pertengahan pembahasan, di bukalah file nama-nama anggota kamar."L1-1 anggota kelas sepuluh ada Soraya Adiraya, Soraya yang mana? Acungkan tangan!" Seru Pria berjas abu di atas panggung. Nampak Sora mengangkat tangan dengan ragu di krusi deretan tepi ruangan, disitu rupanya ia. "Selanjutnya ada Kalea Luludavya, Kalea mana?" Entahlah, aku tidak menoleh kemanapun. Gugup mempersiapkan diri saat namaku di sebut. Toh tadi pagi kata Kalea di chat WhatsApp ia masih jauh dalam perjalanan.
"Berikut-nya ada Kaiphina Kuri. Kaiphina dimana?" Aku kaku. Dengan cepat mengangkat tanganku.
"WOAHHHHH! PHINA!" Seru seorang di belakang kananku. Siapa yang mengira kalau ialah Kalea. Kalea Melotot, menutup mulut dengan tangannya. Menatap ku tidak percaya. Dengan gesit ia menjabat tanganku dan memeluk-ku. Demi ikan di laut, aku tidak berpikir Kalea akan se-ekstrover ini!***
Setelah mengikuti agenda matsama (Masa Ta'aruf Siswa Madrasah), kami bertiga kembali ke kamar sekitar pukul 4 sore.
Baru juga selangkah kaki-ku memasukki kamar..."ZUYA, ZUYA... MAKANYA KALAU DI PERINGATI ITU, JANGAN DI ABAIKAN" teriakan pembina asrama dari balik pintu kamarku.
Kenapa ya pembina asrama memarahi kak Kazuya?
Nantikan lanjutannya di bab selanjutnya. Jangan lupa pantengin selalu akun Aquaraksa ya!
Aquaraksa, Mengubah frasa menjadi rasa!
See u guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Kalam
RomanceMenduduki bangku SMA, terpikirkah kamu bahwa hidupmu akan sangat berwarna di masa ini? Bagi seorang Phina, hitamnya tinta kalamlah yang dapat mewarnai hidupnya. Impiannya menjadi seorang kaligrafer, akankan terwujud kelak? Nantikan takdirnya dengan...