Part 24 [Rumah Yeva]

55 11 0
                                    

Liliane melihat pesan yang dikirimkan oleh Cheryl yang menyuruhnya untuk datang terlebih dahulu sebelum dia ke rumah Yeva, karena ingin menitipkan kue untuk Yeva.

“Mbak, Liliane mau ke rumah temen,” ucapnya sambil mengambil minum di dapur. Dia menenggaknya, dan sebelum kembali bertanya dia berkata. “Liliane udah izin kok, kalo gak percaya tanya aja nanti.”

Dia melangkahkan kakinya ke depan, hari ini kedua orang tuanya sedang tidak berada di rumah. Jadi dia memberitahu orang yang bekerja dirumahnya itu agar tidak mencari dirinya lagi nanti. Dia juga sudah menghubungi sopir dan bodyguard nya itu kalau dia ingin pergi ke rumah Yeva.

“Liliane sama pak Usup aja gak apa-apa kok,” kata Liliane yang sudah masuk ke dalam mobil bersama dengan bodyguardnya juga.

“Ini udah perintah dari nyonya,” balasnya yang tidak mungkin bisa membantah ibu dari Liliane.

“Yaudah, ayo pak Usup. Sebelum ke sana mampir ke toko Cheryl dulu,” ucapnya memberitahu pada sopirnya.

“Iya, kamu sendiri aja ke rumah Yeva? Gak ajak yang lain?” pak Usup melihat anak majikannya itu yang tengah memainkan ponselnya.

“Soalnya ibunya Yeva sedikit unik. Takut Yeva malah gak boleh main lagi sama kita nanti,” balasnya.

Pak Usup yang mengerti ucapan Liliane menganggukkan kepalanya. Memang manusia itu beragam jenisnya, jadi tidak heran kalau ada manusia yang cukup unik seperti itu.

“Unik?” ulang bodyguarnya itu bergumam pelan bertanya pada sang sopir. Hanya dirinya saja yang tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu di dalam mobil ini.

Pak Usup tersenyum kecil. “Iya, unik maksudnya dari pembicaraan kita itu. Ibunya Yeva suka kalo anaknya main sama Liliane.”

“Kenapa?”

“Karena statusnya.”

Liliane mendengar percakapan antara sopir dan bodyguard nya itu hanya diam saja sambil membalas pesan dari ibunya Yeva yang tidak memperbolehkan keluar karena tengah sakit. Liliane pun dengan cepat memberitahu pada yang lainnya kalau ternyata Yeva saat ini tengah sakit, dan itu membuat grup semakin ramai karena ingin menjenguk Yeva. Tapi Liliane melarangnya, dia ingin tau dulu kondisi di sana seperti apa.

“Sudah sampai,” ucap sang sopir sambil memberhentikan mobilnya di depan toko CherCake. Tempat yang belakangan ini sering dikunjungi oleh majikannya.

“Kalian tunggu aja di sini, Liliane Cuma mau ambil kue sebentar doang.” Dia langsung berjalan keluar dan masuk ke dalam toko.

Pak Usup menoleh pada sang bodyguard yang duduk di sampingnya, tidak mengikuti Liliane untuk keluar. “Kenapa masih di sini?”

“Disuruhnya gitu.”

“Biasanya tetep ngikut ke mana pun Liliane pergi,” katanya sambil tertawa.

Bobi selaku bodyguard Liliane itu melihat keluar jendela dan menghela nafas. “Kasian aja, terus saya ganggu setiap pergi keluar, kaya gak punya kebebasan.”

“Iya, tapi semua itu demi kebaikan Liliane. Ibu sama bapak gak sekejam itu sama Liliane, mereka sayang sama anaknya,” jelas sang sopir yang sudah tau bagaimana keluarga ini, dia sudah bekerja menjadi sopir Liliane sejak dia masih kecil. Sudah cukup lama dia mengabdi hidup pada keluarga Harrison.

“Liliane,” panggil Cheryl yang melangkah dengan cepat menghampiri temannya itu dengan tangan membawa kotak kue. Terlihat sekali dengan jelas kalau dia khawatir karena diberitahu akan keadaan Yeva saat ini.

“Hai Cheryl.” Liliane menyunggingkan senyumannya, membuat matanya pun ikut tersenyum cantik. Dia juga menyapa kedua orang tua Cheryl di sana sebelum kembali pada temannya yang tengah khawatir itu.

The Tinted FatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang