Oleh Nayfa Matsna, 15 Oktober 2023.
Di bawah naungan awan tebal berlapis panasnya sinar matahari, masih terdengar bisingnya orang-orang di sebuah bangunan bertingkat. Manusia-manusia saat itu sedang sibuk merapikan barang-barangnya karena bel pertanda pulang sekolah telah kasat di telinga. Matahari dengan sengatannya yang melunturkan warna kulit coklat muda di tangan, digantikan kusam dan hitam, juga suara motor yang wira-wiri ingin menghantarkan pemiliknya pulang ke rumah di tengah aku yang sedang bingung akan diri sendiri. Yang tadinya ku cintai dengan sungguh kini melahirkan banyak pertanyaan yang topiknya masih sama, lagi dan lagi.
Aku, Nara, Bulan, dan Gala masih nyaman di ruangan itu. Lalu lalang manusia berakhir menjadikan ruangannya kosong melompong terkecuali kami berempat. Entah ada yang mengunjungi acara jauh ke luar rumah, ada yang rindu kasur di rumahnya, atau rindu kecupan ibu menyambut di depan pintu rumah. Mereka—Nara, Bulan, dan Gala—ialah teman-temanku yang jauh lebih baik dari Si Pimpinan, Si Pujian, Si Tinggi dan Si Pengikut semasa SMP dulu. Setelah berepot-repot membuka obrolan dengan banyak orang yang berujung asing, syukur obrolanku dengan mereka kali ini tak berujung sia-sia.
Nara ialah orang yang sangat rasional. Gadis remaja seumuranku yang berdiri tegak di atas kaki sendiri. Kalau ada satu kata yang melebihi kata keren, pasti sudah ku persembahkan untuknya dari lama. Bulan seorang yang sangat seru diajak bercanda. Dibalik kebercandaannya, ia sangat peduli dengan semua-mua manusia yang berada di samping kiri maupun samping kanan dirinya. Perihal bantu-membantu tak usah kau ragukan lagi. Ia hadir untuk dunia yang perlahan menghabiskan nyawa manusia. Gala, ia banyak guyonnya. Berkacamata hitam dengan tulang punggung yang menahan berat seribu ton demi orang yang disayangnya. Terlihat sangar dan kokoh di luar, namun nyatanya ia orang yang tak melulu harus terlihat kuat di hadapan dunia.
Di tengah gertakan barang yang masuk ke dalam tas dan langkah manusia yang bergegas ke rumahnya, ku lontarkan sebuah pertanyaan kepada Nara. Ia ialah salah satu orang yang tahu sebagian kotorku. Entah apa yang menjadikan hati kami berdua sendu di siang bolong, mungkin lelah karena tugas atau karena mendengar "Biru" oleh Banda Neira di jarak yang amat dekat dengan telinga.
Setelah berbulan-bulan tak menulis dengan hati yang penuh, tulisan kecil dariku telah berhasil rilis kemarin. Menceritakan sebuah lukisan yang maknanya masih tanda tanya. Ku perjelas sebanyak empat paragraf dengan tulisan yang tak cukup matang karena sudah lama tak terasah diksi-diksinya.
"Menurutmu, ketika kemarin aku menulis penjabaran dari lukisanku itu, para pembaca akan mengira kalau itu aku, tidak?", mengingat setiap kelahiran karyaku, aku tak pernah mengatakan bahwa 'aku ialah yang aku tulis' maupun 'yang aku tulis ialah aku'. Membiarkan sebuah karya bercerita sendiri tanpa menyebut siapa tokoh sebenarnya yang mampu memerankan kisah di dalamnya. Mata Nara mulai redup berbinar dengan kelopak mata yang sayu terlihat. Bertatap mendalam memastikan siapa yang akan jujur pada pertanyaan kali ini.
Ia menjawab. "Iya", dengan nada meyakinkan.
Sontak aku menyangkal sekeras-kerasnya.
"Tidak", sambil mengangkat kedua alis yang beriringan dengan kepalaku yang tanpa sadar menggeleng. Kedua tanganku bersedekap, layaknya kami sangat serius di percakapan kali ini.
Nara tersenyum sambil mengedipkan kedua kelopak matanya dengan menghembuskan napas panjang lalu berkata, "Lihat dari kalimat-kalimatnya, kau paham betul apa yang ingin kau tulis", dengan nada tegas meyakinkan.
"Begini, kau sekarang lihat aku sebagai orang awam yang tak mengerti siapa aku. Yang tak mengerti seberapa kotor tanganku dan apa yang ku perbuat. Hitung saja kau tak pernah tahu. Layaknya aku sekarang sedang dililit kain kafan sekujur tubuh, tidak akan berpikir seperti itu, kan?", tanpa ina-inu ku bertanya panjang lebar sambil menggerutu tanpa peduli apa yang dikatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Aku Sudah
Short StoryHalo! Kabar Senja sekarang, ia sudah menemukan jalan pulangnya ke tempat yang lebih baik. Untuk yang belum kenal siapa Senja, sini aku kenalkan sedikit tentangnya. Senja Gitarja atau biasa dipanggil Senja oleh teman-temannya, ialah salah satu tokoh...