***
Weekend kembali menyapa, biasanya weekend adalah hari favorit bagi Gita. Karena jika weekend dia akan santai dan berleha-leha menikmati waktu sendiri tanpa diganggu oleh siapapun.
Berbeda dengan weekend kali ini, Gita harus mengekori Zaid untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Dahayu. Mulai dari Venue sampai fitting baju, Gita dan Feni diwajibkan ikut.
"Bagus mana?" Tanya Zaid mencoba nemancing Gita yang diam saja dari tadi.
Gita tidak berbicara, tapi masih berpendapat dengan menunjukkan mana yang bagus. Antara tuxedo warna putih atau hitam dan pilihan Gita jatuh pada warna hitam.
"Alasannya?" Tanya Zaid.
"Gak tahu pah" Jawab Gita ketus, dia sudah lelah dan perutnya lapar.
"Mas, Gita gak suka kah?" Tanya Dahayu berbisik pada Zaid.
Zaid spontan menggelengkan kepalanya dan menjelaskan memang Gita orangnya seperti itu. Sedangkan Gita sendiri yang samar-samar mendengar percakapan kedua orang tua itu jelas tidak enak pada Dahayu.
"Tante, coba ini" Kata Gita pada salah satu gaun pengantin.
Sejak awal memang dia sudah tertarik pada gaun tersebut, cuma malas saja untuk berbicara.
"Wihh bagus juga pilihan kamu" Puji Feni.
Gita hanya tersenyum saja, setelah Dahayu mengambil gaun yang Gita rekomendasi, Gita duduk pada sofa yang ada di ruangan tersebut. Tak lama Zaid menghampiri Gita dan duduk bersama seraya menunggu Dahayu berganti, sedangkan Feni sibuk sendiri memilih ini itu.
"Kamu kenapa?" Tanya Zaid.
Gita melirik ke arah Zaid dan menggelengkan kepalanya.
"Kangen Shani ya?" Goda Zaid sambil menyenggol lengan Gita.
"Apaan sih pah?" Sinis Gita.
Ngomong-ngomong soal Shani, dia dan Shani sudah resmi pacaran. Sekarang dia harus ditinggal oleh Shani ke Singapura. Gita kesal, bukan karena ditinggal, tapi karena Shani sedari malam kemarin belum mengabarinya. Gita berkali-kali berpikir jika Shani sangat sibuk disana, tapi tetap saja dia merasa kesal.
Gita berkali-kali mengecek ponselnya, banyak pesan masuk, tapi tidak ada yang menarik untuk Gita balas. Mau lumayan penting pun, tetap tidak Gita balas. Lagian yang dia tunggu itu chat dari Shani, malah yang ditunggunya itu yang gak muncul-muncul. Gita sebenernya ingin chat ulang Shani, tapi dia berpegang pada gengsi dan prinsipnya kalau dia bukan tipe orang yang chat ulang ketika chatnya belum dibalas.
"Oh iya" Kata Zaid seraya memasukkan ponselnya pada saku celana, "Masih ingat kan tentang perjodohan kamu" Lanjut Zaid.
Muka Gita malah semakin ditekut saja.
'Apalagi ini ya Tuhan' Batin Gita.
"Nanti jemput dia di Bandara ya, jadi habis ini kamu pulang sendiri. Biar Feni ikut papah" Tutur Zaid.
Sebelum Zaid mendengar penolakan dari Gita, Gita malah ditinggal begitu saja. Gita berdecak kesal, dia memutarkan matanya malas lalu menghempaskan dirinya pada sofa. Moodnya benar-benar hancur.
Mungkin beberapa hari yang lalu terlalu bahagia karena Shani, sekarang malah tiba-tiba dijatuhkan. Dia lupa soal perjodohan konyol yang Papahnya tiba-tiba tentukan, belum lagi dia selalu tidak dibiarkan untuk protes sama sekali. Sekarang dia jadi bingung harus bagaimana, tidak mungkin juga baru beberapa hari pacaran dengan Shani harus sudah dia akhiri. Lagian tak sudi dia melepaskan Shani untuk seseorang yang belum dikenalnya.
*
Gita setia mengikuti ketiga orang yang berjalan lebih dulu, dia beberapa kali dipanggil untuk jalan lebih cepat. Namun, dia terlalu capek untuk menyesuaikan langkah dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of VS || GitShan [Season 2]
FanfictionGita sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi murid biasa saja. Dia bertekad menjadi siswi biasa saja yang tidak terlalu menonjol, dia sudah tidak peduli lagi dengan kegiatan organisasi atau pun lomba-lomba yang sebelumnya sudah dia rencana...