.
.
.
.
.
Setelah hari itu, Arini benar-benar tidak lagi datang ke rumah Danu, karena tempat itu adalah satu-satunya kesempatan untuk bertemu Danu.
Tidak ada kemungkinan lain yang bisa membuat mereka bertemu. Dunia mereka berbeda, sangat berbeda. Seumur-umur Arini bahkan belum pernah bertemu Danu secara kebetulan ketika berada diluar.
Namun rekor itu runtuh juga ketika suatu hari Arini dan teman-temannya memutuskan untuk menjual hasil kerajinan tangan mereka di Car Free Day.
Saat itu, Arini tanpa sengaja bertemu tatap dengan Danu yang dikelilingi teman-temannya. Mata mereka benar-benar langsung bertemu.
Bagaimana mungkin? diantara sekian banyak manusia yang ada disitu, ia malah menatap kearah Danu.
Namun Arini yang dengan cepat menguasai dirinya langsung mengalihkan tatapan kearah lain. Cepat-cepat ia kembali menyibukkan diri dengan kegiatannya, sebisa mungkin mengabaikan Danu dan keinginan untuk melirik kembali kearah pria itu.
.
.
.
Setelah waktu itu, kebetulan bertemu Danu kembali Arini alami. Hal yang dulu terasa begitu mustahil namun sekarang terasa mudah.
Hari ini Arini mengantar temannya ke salah satu toko buku terdekat dengan sekolah mereka. Mata gadis itu berbinar menatap deratan buku yang begitu banyak.
Arini yang lumayan gemar membaca melihat-lihat beberapa jenis buku yang menarik minatnya, mulai dari Novel sampai dengan biografi tokoh. Tapi Arini harus puas hanya dengan membaca sampulnya saja, ia tidak akan mungkin bisa membeli buku-buku itu sekarang.
Setelah beberapa lama melihat, gadis itu kemudian menatap sedih pada buku-buku yang harus diletakannya kembali.
Ketika berbalik dan hendak menyusul temannya, Arini sangat kembali dibuat terkejut saat menemukan Danu yang berdiri tak jauh didepannya, lagi-lagi dengan mata mereka yang saling bertubrukan.
Ini terlalu kebetulan, bagaimana bisa mereka bertemu disini?.
Jika dulu, Arini mungkin akan merasa kegirangan saat menemukan pria itu seperti ini, namun sekarang tidak lagi.
Karena jarak yang dekat, Arini tidak mungkin pura-pura tidak melihat atau bersikap abai seperti yang lalu, apalagi Danu juga masih menatapnya. Maka dari itu, Arini memutuskan untuk tersenyum tipis sekedar menyapa Danu dan seorang gadis cantik disampingnya.
Perasaan yang ia miliki selama ini tentu tidak begitu saja menghilang sebagaimana ia menginginkannya. Debaran kuat itu masih sangat terasa, bersamaan dengan denyut sakit yang menyertainya. Apalagi ketika melihat langsung Danu dengan gadis yang mungkin saja kekasih pria itu.
Arini kemudian kembali mengikuti temannya menuju kasir. Ia melewati Danu dengan kepala menunduk dan tak menyadari jika pandangan pria itu terus saja mengikutinya.
"siapa Dan?" tanya gadis disamping pria itu penasaran.
"oh, keluarga jauh"
"kaku banget sama adek sendiri" goda gadis itu menyenggol lengan Danu.
Namun pria itu tak bergeming, hanya terdiam seolah memikirkan sesuatu.
"tunggu sebentar" ujar Danu tiba-tiba kemudian mengambil beberapa buku yang ia yakini tadinya diletakkan kembali oleh Arini.
Danu lalu berjalan menjauh dan berdiri pada sisi kasir yang kosong. Pria itu menatap sekilas pada Arini yang berdiri tak jauh darinya. Tampak gadis itu tengah fokus bermain ponsel tanpa menghiraukan sekitar.