RL 18

616 72 4
                                    

Malam lebih panjang dari satu hari untuk mereka yang bermimpi, dan siang lebih panjang dari malam untuk mereka yang mewujudkan impian mereka.

Wanita itu terlihat masih sibuk dengan segala urusan pekerjaan bahkan di waktu yang sudaha larut seperti ini. Ia beberapa kali memijit kepalanya yang berdenyut hebat dan meminum air putih untuk mengurangi rasa sakitnya.

Ya, setidaknya ia tetap mencoba terlihat kuat walaupun hanya seorang diri. Menghela nafas sebentar, wanita itu melihat ke arah dinding kaca penghubung dimana ruangan sekretarisnya berada.

Ia memperhatikan gerak-gerik sekretarisnya yang sedang duduk termangu di meja kerja.

"Jisoo,ke ruangan ku sekarang" ia memulai panggilan telepon dan tersenyum tipis saat melihat wanita itu menurut padanya.

"Ada yang bisa saya bantu,Ms Park?" Jisoo menunduk begitu berdiri di depan sang CEO, sekaligus sahabat karibnya.

Bagi Jisoo, sangat menyakitkan melihat wajah yang di cintai nya secara diam-diam telah memiliki seseorang di sampingnya dan sudah melakukan pertunangan seminggu yang lalu.

"Sampai kapan akan memanggil ku seperti itu?" Jennie tetap sibuk menandatangani kertas yang berjejer rapi di atas meja.

"Ada apa?" Jisoo bertanya lebih tenang.

"Kemana kau seminggu ini? Tidak ada kabar? Pekerjaan mu berantakan dan juga jadwal ku tidak tentu arah dengan beberapa pemegang saham. Apa kau tahu itu?" Jennie enggan melihat ke arah wanita itu.

"Aku minta maaf"

"Apa hanya itu yang bisa kau lakukan?" Jennie meletakkan kertas dengan sekali hentakan, matanya beralih pandang pada Jisoo.

Sebenarnya Jennie sangat kecewa karena Jisoo tidak hadir dalam pertunangannya, bukankah sebagai sahabat,Jisoo harusnya mendukung penuh dan berada di sampingnya?

Rasa kesal Jennie semakin menumpuk ketika Jisoo hanya diam tanpa pembelaan.

"Kau bahkan tidak mengucapkan selamat atas pertunangan ku. Apakah aku tidak penting bagimu?" Jennie berusaha meredam emosi.

"Sepertinya tidak ada yang bisa kulakukan disini" Jisoo gugup karena ia sangat tahu watak Jennie seperti apa jika sudah di kuasai amarah.

"Aku... Aku harus pergi" Jisoo berbalik.

"Kau tidak boleh kemanapun tanpa persetujuan ku" suara Jennie mendominasi.

"Hanya katakan apa yang harus kulakukan disini" pinta Jisoo sebagai bentuk menghindari perdebatan.

"Kau menghindari ku? Apa aku melakukan kesalahan?" Jennie menarik paksa pergelangan tangan sahabatnya agar berhadapan dengannya.

"Tidak" Jisoo menunduk.

"Tatap aku" tegas Jennie.

Jisoo menurut dengan wajahnya mendongak ke atas dan menatap manik mata Jennie yang selama beberapa menit. Mengapa hatinya begitu sakit? Hanya dengan melihat Jennie secara dekat seperti ini.

"Apa aku melakukan kesalahan?" Suara Jennie lebih lembut dari sebelumnya.

"Tidak"

"Demi Tuhan,ada apa dengan mu?" Frustasi Jennie karena melihat sikap Jisoo yang berubah drastis setelah ia bertunangan.

"Aku yang melakukan kesalahan" akhirnya Jisoo bersuara lebih banyak.

"Kesalahan apa?"

"Aku..." Jisoo berusaha menutupi rasa gugup yang melanda.

"Aku mencintaimu, Jennie"



***



Andai Roseanne tahu dari awal akhirnya begini,ia pasti tak kan mau memperkenalkan Lisa pada kakaknya. Entah apa salah dan dosanya hingga Tuhan mempertemukan dirinya dengan Lisa hingga harus memiliki perasaan yang mencintai Lisa sedalam ini.

Roseanne mengaduk-aduk makanan tanpa minat, sesekali ia menatap layar ponselnya yang berisikan foto Lisa. Sudah seminggu, wanita itu menghindar dan mengabaikan Roseanne secara perlahan-lahan.

Tidak ada lagi momen antara keduanya seperti dulu. Benar-benar seperti orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.

"Apa kau akan membiarkan nasi itu menjadi bubur?" Lisa datang dan memulai percakapan untuk pertama kali setelah seminggu.

"Lisa?" Mata Roseanne terbelalak dan tak menyangka Lisa akan menyapa walaupun tidak sama seperti dulu.

"Bukankah kau penyuka segala jenis makanan?" Lisa duduk di depan Roseanne.

Setelah resmi jadi tunangan,Lisa tidak di perbolehkan lagi untuk tinggal di apartemennya yang lama dan harus berada di dalam jangkauan Jennie.

Sebagai bentuk rasa cinta atau posesif yang berlebihan? Hanya Jennie yang tahu. Dan,Lisa hanya setuju akan semua keputusan yang di ambil oleh tunangannya secara sepihak.

"Makanlah" pinta Lisa. Ia sangat khawatir akan kondisi Roseanne yang tak berselera makan selama beberapa hari ini.

" Apa kau benar-benar peduli padaku?"

"Tentu saja" sahut Lisa.

"Bulshit" umpat Roseanne.

"Apa?"

"Kau mendengarnya. Sama seperti aku mengatakan bahwa aku mencintaimu. Kau mendengar semuanya dengan jelas" Roseanne berusaha meredam rasa sakit hatinya akan sikap Lisa berpura-pura acuh.

"Look" Lisa berdiri dan mendekat secara perlahan di depan Roseanne.

"Kau memang mencintai ku. Tapi Roseanne situasinya sangat rumit. Aku adalah tunangan kakakmu" Lisa memberikan pengertian dan menangkup wajah Roseanne dengan kedua tangannya.

"Bagaimana kita menyelesaikan masalah ini?" Lisa bertanya dan menatap lekat wajah Roseanne yang sudah basah dengan air mata.

Lisa benar, semuanya rumit. Apa yang harus Roseanne lakukan sekarang? Ia bahkan tak memiliki pekerjaan dan uang yang cukup untuk membawa Lisa pergi jauh. Cinta saja tidak cukup untuk menjalani kehidupan yang keras ini. Segalanya butuh uang!

"Aku tidak meminta uang darimu,jika itu yang kau pikirkan" Lisa seperti tahu isi pikiran Roseanne.

"Aku punya banyak uang dan bisa membiayai mu seumur hidup" kekeh Lisa, berusaha menghapus jejak air mata di wajah wanita kesayangannya.

"Apa kau mencintaiku,Lisa?"

"Sangat. Aku sangat mencintaimu" Lisa memejamkan mata akibat belain jemari Roseanne di wajahnya.

"Kau tidak berbohong?"

"Tidak" senyum Lisa.

"Maukah kau tetap mencintaiku?"Roseanne memastikan.

"Aku akan tetap mencintaimu apapun yang terjadi" Lisa mengungkapkan segala perasaan yang ia miliki terhadap wanita itu.

"Aku akan melakukan yang terbaik dan mengubah kebiasaan ku yang selalu traveling tak jelas" ungkap Roseanne semangat.

"Caranya?" Lisa penasaran. Mengapa Roseanne berubah tiba-tiba seperti ini?

"Aku akan menghasilkan uang kemudian meminta kakakku membatalkan pernikahan" Roseanne berkata serius.

"Dengan tiba-tiba?" Tawa Lisa.

"Bukan. Demi kita. Kamu dan aku" jelas Roseanne.

"R&L" Roseanne tersenyum manis.

"R&L?" Ulang Lisa.

"Rosie dan Lisa. Bukankah singkatannya keren?" Kata Roseanne dengan senang.

"Yeah" Lisa tertawa kecil dan menautkan jemarinya secara perlahan di tangan Roseanne.

"R&L"






***







Apakah rencana R&L akan berjalan mulus?

Bagaimana dengan Jennie?

Jennie cinta sama Lisa! Dan,kalian tahu itu 🤪🤣

See y!!

R&L[CHAELISA]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang