WINTER 3

196 24 2
                                    

“DIA bilang kau gadis yang menarik?” Yuna menegaskan sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“DIA bilang kau gadis yang menarik?” Yuna menegaskan sekali lagi.

“Ya,” jawab Jie. Ia mengerutkan kening dan menggigit bibir sambil berpikir. “Oen, menurutmu apa maksudnya?”

Mereka berdua sedang berada di salah satu kafe.
Kafe itu lumayan ramai karena hari itu hari Minggu dan banyak anak muda yang berkumpul. Pelanggan biasa ditambah lagi orang-orang yang istirahat setelah sibuk berbelanja untuk menyambut Hari Natal yang tinggal tiga minggu lagi. Sejak awal bulan Desember toko-toko di sepanjang jalan kota Seoul dan semua pusat perbelanjaan sudah mulai memasang hiasan Natal. Lagu Natal pun terdengar di mana-mana.
“Menurutku dia tidak bermaksud apa-apa,” sahut Yuna ringan sambil mengangkat bahu. “Hanya basa-basi.”

“Begitukah?”

“Tentu saja. Jangan terlalu dipikirkan,” sahut Yuna. “Pelukis memang suka bertingkah aneh-aneh.”

“Dia pelukis?” tanya Jie heran. Kemarin ia lupa menanyakan apa pekerjaan laki laki itu, tetapi Min Yoongi tidak terlihat seperti pelukis. Yah, tentu saja, Jie sendiri belum pernah bertemu dengan pelukis mana pun, jadi ia sendiri tidak yakin. Ia merasa laki-laki itu lebih cocok berprofesi sebagai... sebagai... entahlah. Yang penting bukan pelukis. Pelukis itu kan biasanya terlihat kacau, rambut berantakan, lusuh dan... Nah, tunggu dulu. Bukankah itu penampilan Min Yoongi ketika Jie pertama kali bertemu dengannya? Jie masih ingat dengan jelas sosok Yoongi yang berdiri tegak di ambang pintu. Dengan rambutnya yang acak-acakan dan penampilannya yang berantakan, ia kelihatan seperti pelukis dalam bayangan Jie. Ia juga...

“Siapa? Min Yoongi?” Yuna menyela lamunannya, lalu mengibaskan tangan. “Bukan, bukan. Dia fotografer. Dia sendiri yang bilang begitu.”

Jie langsung menghentikan imajinasinya yang mulai melantur ke mana-mana. “Tapi tadi Oen bilang dia itu pelukis.”

Yuna mengernyit dan menggeleng. “Tidak. Maksudku tadi seniman. Pelukis dan fotografer sama-sama disebut seniman, bukan?”

Jie membuka mulut hendak membantah, tapi kemudian mengurungkan niat. Kadang-kadang ucapan Yuna memang sulit dipahami dan Jie sudah terbiasa. Akhirnya ia hanya bergumam, “Kurasa memang begitu.”

“Aku heran kenapa dia tiba-tiba datang ke Seoul,” kata Yuna. “Dia sangat terkenal di Amerika, kau tahu? Bahkan di Seoul ini dia sudah dibanjiri tawaran pekerjaan, tapi katanya dia tidak ingin bekerja dulu untuk sementara ini. Dia mau
berlibur.”

Jie menatap Yuna dengan kagum. “Bagaimana Oen bisa tahu semua itu?”

Yuna hanya mengangkat bahu dan tersenyum. “Aku pintar menggabung gabungkan informasi yang ku terima.”

“Jungkook!”

Kepala Jie berputar ke arah suara melengking itu dan matanya terpaku pada gadis remaja bertubuh ramping dengan rambut panjang dicat oranye yang sedang melambai kepada teman laki-lakinya yang duduk di meja tidak jauh dari meja Jie.

WINTER [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang