#3. Bye My First

28 4 0
                                    

Adelia Renjani melangkah dengan semangat di koridor sekolah. Masih dengan tas ransel di punggung ia menuju papan pengumuman. Tahun ajaran baru saja dimulai kembali setelah libur kenaikan kelas, kini Deli sudah duduk di bangku kelas dua SMP. Karena sistem pembagian kelasnya di acak tidak sama seperti kelas satu, Deli harus mengecek papan pengumuman untuk melihat dikelas mana ia ditempatkan.

Berdesakkan dengan siswa siswi lain yang juga ingin mengetahui dimana kelasnya, Deli yang mungil tubuhnya bisa dengan mudah menerobos sampai ke depan barisan mading. Matanya memindai cepat pada kertas-kertas berisi informasi, setelah mendapatkan apa yang ia mau gadis itu mundur membiarkan yang lain memiliki kesempatan untuk melihat mading.

Adelia Renjani — 8 D

Gadis itu langsung menuju kelas barunya. Meski teman sekelasnya diacak lagi, ternyata masih ada satu atau dua orang teman Deli yang berasal dari kelas yang sama saat kelas satu. Salah satunya adalah Alec.

"Hai, Alec. Kita sekelas lagi," ujar Deli seraya melambai pada anak laki-laki yang tampaknya sudah memilih tempat duduk. "Mau duduk bareng?" Tawar Deli melihat bangku di samping Alec masih kosong.

"Aku udah duduk sama Gilang, maaf ya, Del. Anaknya lagi sarapan dulu di kantin, jadi bangkunya masih kosong."

"Iya gak apa-apa. Aku duduk disini aja," kata Deli seraya menyambar tempat duduk disamping Alec dibarisan yang berbeda.

Tak selang lama teman sekelas lain bergegas masuk kedalam kelas. Deli memindai teman-teman barunya dari tempat duduk. Bangku di sebelahnya masih kosong, ia penasaran siapa murid yang akan bertanya padanya untuk duduk bersama. Sampai bel sekolah berbunyi, Deli masih belum mendapatkan teman sebangku. Gilang teman sebangku Alec bahkan sudah berada di kelas. Deli cemberut karena tidak ada teman yang mau duduk dengannya. Apa murid dikelasnya ini berjumlah ganjil? Kalau begitu Deli tidak akan dapat teman sebangku sampai tahun ajaran berakhir.

Deli sudah pasrah dengan nasibnya yang tidak memiliki teman sebangku, tidak apa-apa, ia sudah berkenalan dengan teman yang duduk didepan dan dibelakang mejanya. Sampai seorang guru memasuki kelas, kemungkinan adalah wali kelas mereka tahun ini diikuti seorang gadis dibelakangnya, Deli tersenyum karena gadis itu langsung tertuju pada bangku kosong disamping Deli.

"Hai?" Sapa Deli dengan senyum ramah.

Gadis itu balas tersenyum. "Aku kesiangan, dan mading jauh banget dari parkiran sepeda! Omong-omong, aku Sesa Aruna." Kata gadis itu seraya mengulurkan tangan pada Deli. Deli meraihnya.

"Adelia Renjani, biasa dipanggil Deli."

Sesa hanya mengangguk. Kemudian mereka fokus pada wali kelas yang mulai memperkenal diri, menginstruksikan kepada seluruh kelas untuk mulai membuat struktur organisasi dan jadwal piket. Kelas hari itu sibuk meski bukan dengan materi pembelajaran.

Mereka tidak tahu bahwa sejak saat ini dan seterusnya mereka akan jadi sahabat dekat.

☘️

Helaan napas terhembus dengan kencang, dadanya naik turun kelelahan, tubuhnya membungkuk dengan kedua tangan bertumpu dilutut. Hari ini pelajaran olahraga, Deli tidak suka dengan pelajaran olahraga karena akan membuatnya berkeringat. Materi pelajaran kali ini adalah lari marathon mengelilingi lapangan upacara sebanyak lima kali, meski baru tiga kali putaran, Deli sudah mengeluh. Beberapa temannya pun sudah melambaikan tangan tidak kuat dan minggir ke pinggir lapangan. Deli juga hendak melakukan hal yang sama mengingat Sesa pun sudah berteduh sejak putaran ke dua.

"Semangat Deli!" Seru seseorang. Deli menoleh kearah suara melihat Alec mengepalkan tangannya kedepan gestur memberi semangat dengan senyum merekah sambil lanjut berlari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Short Love Story About DeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang