Sanji ingin pulang segera. Namun sang ibu tak memperbolehkan. Tentu akan yang lagi pembahasan mereka perlu lakukan.Sejak perlakuan kasar diterima dua hari lalu, Sanji belum bicara sedikit pun dengan ibunya.
Bertemu juga baru malam ini.
Sanji jelas masih muak. Tapi, ia tak memiliki kesempatan kabur dari rumah orangtuanya. Terlalu banyak pengawal yang berjaga.
Sanji ingin rileks. Tidak menambah masalah dengan membarakan amarah sang ibu jika tak dituruti keinginan untuk bicara.
Sudah selama lima belas menit, dirinya harus terkurung di ruang kerja sang ayah. Belum ada tanda-tanda kedatangan ibunya.
Bagi Sanji, waktu berganti lambat. Dan ia tak suka lama-lama dalam kesendirian, dengan perasaan yang semakin tidak tenang.
Namun jika keluar dan bertemu orangtuanya, bukan juga hal menyenangkan untuk dialami.
Jujur saja, saat tadi makan malam bersama Hemmy Weltz rasanya melegakan hati, walau harus berakting memiliki keluarga bahagia.
Interaksinya dengan pria itu justru terjadi secara alami. Terutama suka cara Hemmy menunjukkan perhatian padanya.
Tulus dan terasa spesial.
Sanji sangat nyaman. Tersanjung juga akan sikap Hemmy memperlakukan dirinya tanpa melakukan kontak fisik secara berlebihan.
Brak!
"Saya masih tidak setuju!"
"Dia bukan keturunan sah keluarga Weltz. Ibunya pelacur. Saya tidak akan setuju."
"Tapi, dia bisa memberikan dana kampanye yang saya butuhkan, Nana. Dia adalah solusi dari pendanaan yang saya butuhkan."
"Saya tidak akan bisa menerima dia sebagai menantu! Semua putri saya harus mendapat pendamping dengan keturunan bagus."
"Mengertilah, Nana. Jika saya tidak terima, saya akan kalah dalam pemilihan nanti. Saya juga butuh dana untuk menjadi ketua partai."
"Kamu juga ingin saya menjadi ketua partai."
"Ada anak pengusaha kaya lain yang bisa kita jadikan menantu, kenapa harus dari keluarga Weltz? Papa tahu saya tidak suka mereka."
"Singkirkan dendam pribadimu, Nana. Fokus pada tujuan kita, jalannya masih panjang."
"Tapi, saya tidak akan pernah bisa menerima pemuda itu menjadi menantu saya."
"Oke, kita akan ceraikan Sanji dan Hemmy, setelah saya mendapatkan posisi sebagai ketua partai. Kamu setuju, Nana?"
"Saya tidak bisa membatalkan pernikahan. Itu sudah bagian dari kesepakatan kami buat."
"Tanpa bantuan darimu sekalipun, saya yang akan membuat mereka berpisah. Saya akan carikan suami sepadan untuk putri saya."
"Baik, Nana. Terserah padamu bagaimana nanti, saya akan ikuti. Tapi, untuk sekarang turuti dulu perintah saya."
"Kalau aku tidak akan mau bercerai dengan Hemmy dan aku jatuh cinta pada dia. Apa yang akan Mama dan Papa lakukan?"
Sanji sudah menahan emosi sejak didengar percakapan antara kedua orangtuanya. Tak hanya bisa diam sampai akhir dengan rasa amarah yang tidak tersalurkan.
"Kamu bilang apa, Sanji?"
Sang ibu mulai mendekat padanya dengan ekspresi geram amat tercetak jelas di wajah.
Sanji siap menghadapi kemarahan ibunya.
"Aku tidak akan berpisah dengan Hemmy, aku sudah mulai menyukainya sekarang."
"Aku akan menjaga pernikahan dengan pria itu, sampai maut memisahkan kami."
"Tarik ucapanmu itu, Sanji!"
Semua yang terlontar dari mulut, memanglah tujuan utama ingin memprovokasi sang ibu. Tapi, ada kesungguhan niat tentang memiliki rumah tangga selamanya dengan Hemmy.
"Kamu pikir kamu waras berkata begitu?"
"Aku sangat sadar, Ma." Sanji menekankan kata-katanya dengan nada dingin.
Tatapan tajam dan tanpa hormat pada ibunya.
"Aku bahkan sudah berencana untuk punya anak dengan Hemmy." Sanji pun kembali memancing kemarahan sang ibu.
"Kamu bilang apa, Sanji? Punya anak dari pria yang memiliki darah keturunan kotor?"
Sanji menegakkan kepala, saat ibunya kian berjalan mendekat dengan amarah yang memuncak. Mata berkilat oleh emosi.
Entah apa akan dilakukan sang ibu. Tapi, ia sangat siap menghadapi kemurkaan ibunya.
Dari tas yang dibawa sang ibu, keluar sebuah gunting. Lalu, diarahkan tepat ke perutnya.
Bagian ujung runcing menekan tepat pada kulitnya, lewat kemeja yang dikenakan.
"Saya tidak akan pernah sudi punya cucu dari keturunan darah kotor. Ingat itu, Sanji."
"Jangan pernah berani melahirkan anak kotor yang sudah kamu lakukan sebelumnya."
"Setelah kamu menikah dengan pemuda sombong itu, kamu harus melakukan pengangkatan rahim."
"Lebih baik saya tidak memiliki cucu daripada darah saya bercampur dengan keturunan kotor."
Perasaan Sanji mulai bergemuruh. Bergolak dengan berbagai rasa yang tak bisa membuat ketentraman hati datang karena kata-kata sang ibu begitu kejam padanya.
"Aku sudah pernah melahirkan bayi yang juga berdarah kotor, apa salahnya jika aku ulangi?"
Ibunya langsung mendekat, meniadakan jarak di antara mereka. Gunting dibawa sang ibu sudah tak lagi menusuk ke perutnya.
"Kamu tidak akan bisa hamil lagi, Sanji. Kamu akan melakukan pengangkatan rahim."
"Mama nggak berhak atas tubuhku."
"Selama kamu masih menjadi putri saya, kamu akan melakukan perintah saya."
"Apa pun itu, Sanji."
.................
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Hati Rahasia
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Hemmy Weltz (33th) sudah bertekad kuat akan membalas dendam pada orangtua Sanji Dermawan (28th), karena darah dagingnya dibuang oleh mereka tanpa belas kasih. Kedua politikus sok suci itu akan dihan...