BAB 16: SECERCAH HARAPAN

16.9K 1.4K 54
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Siang itu, Rudi tidak masuk kerja karena hari libur. Dia duduk di bawah pohon sambil terus mengamati proses pembangunan rumahnya. Terhitung sudah hampir tiga minggu pekerjaan di rumahnya di lakukan. Dan kini sudah hampir selesai seluruhnya. Hanya tersisa beberapa bagian kecil yang memang perlu di rapikan lagi.

"Assalamu'alaikum."

Rudi langsung menoleh dan tersenyum melihat siapa yang datang.

"Waalaikumsalam." Jawab Rudi.

Dia berdiri dan menyalami tamunya yang ternyata adalah Rama.

"Dari mana ini tadi Pak Rama?" tanya Rudi dengan ramahnya.

"Dari peternakan, kebetulan pulang lewat sini. Lihat rumahnya sudah mau selesai, jadi saya singgah sebentar mau lihat-lihat." Ucap Rama sambil turun dari motorya.

"Oalah begitu, mari silahkan duduk sini kalau mau lihat-lihat." Rama pun ikut duduk bersama Rudi. Ikut mengamati aktivitas sibuk para tukang yang tengah bekerja itu.

"Perasaan hari apa itu saya lewat sini, baru mulai. Kok ini sudah mau selesai. Cepat ya kerjanya." Ucap Rama lagi.

"Alhamdulillah cepat Pak, juga lancar semuanya."

"Ambil tukang dari mana ini?"

"Pak Slamet yang cari, saya pasrah semuanya sama beliau."

" Oalah Pak Slamet. Memang bagus kerjaannya, saya juga pernah pakai jasanya, alhamdulillah puas. Lihat orang renovasi rumah kok saya tiba-tiba kepikiran, kalau saya renovasi rumah juga bagaimana ya," ucap Rama sambil sedikit berfikir. Tapi tiba-tiba seperti mendengar ceramahan istrinya, Rama memilih melupakan niatannya. Hanya niatan yang tiba-tiba terbesit. Dan mungkin obrolan kosong yang tidak perlu di tanggapi serius.

"Ya tidak papa Pak, kalau mau merenovasi. Nanti setelah dari saya pindah ke tempat Pak Rama tukangnya. Mungkin mau menambah kamar untuk cucu kan juga bisa."

Rama langsung tertawa mendengar ucapan Rudi. Cucu, cucu dari mana. Anak-anaknya saja seperti tidak ada yang berencana menikah dalam waktu dekat. Terlalu dini jika membicarakan kamar untuk cucu.

"Jangan-jangan ini direnovasi karena ada yang mau datang. Atau bikin kamar anak-anak." Ucap Rama dengan berguraunya.

Kali ini gantian Rudi yang tertawa. Tidak di katakan iya. Namun, ucapan laki-laki di hadapannya itu Rudi aminkan dengan segenap hati.

"Siapa juga yang mau sama saya Pak," ucap Rudi dengan tawa di akhir kalimatnya.

"Kenapa begitu bicaranya. Berarti benar ini sepertinya. Ayo disegerakan saja, saya siap jadi saksinya." Ucap Rama lagi. Apalagi melihat Rudi tidak menyangkal dugaannya. Justru Rudi langsung tersenyum mendengar ucapan Rama. Dia memang berencana menjadikan Rama sebagai bagian penting dalam pernikahannya kelak. Namun, bukan sebagai saksi pernikahan yang dia inginkan.

"Saya ini duda Pak. Status saya tentu saja menjadi pertimbangan yang berat bagi pada orang tua. Kira-kira orang tua mana yang akan membiarkan anak gadisnya menikah dengan duda yang pernah gagal dalam rumah tangga sebelumnya." Ucap Rudi terdengar getir pada Rama.

"Kok jadi berkecil hati begitu to Mas. Rendah hati boleh, rendah diri tidak boleh." Sahut Rama.

"Bukan berkecil hati Pak, saya hanya sedang berfikir logis saja." Jawab Rudi lagi.

Rama lalu tersenyum, seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun, kembali berfikir apakah hal tersebut harus di katakan atau tidak.

"Duda itu kan hanya status. Kegagalan dalam berumah tangga itu ada di masa lalu. Siapa orang yang tidak punya masa lalu. Dan siapa juga yang tidak pernah gagal. Yang terpenting itu kan sekarang dan bagaimana kedepannya. Yang sudah lalu lebih baik di tinggalkan sebagai pelajaran, bukan terus di fikirkan dan menjadi penghambat masa depan. Yang harus kita lakukan itu terus berbenah diri agar tidak melakukan kesalahan yang sama." Ucap Rama akhirnya.

JODOH KE 2 PAK LURAH (TAMAT & PINDAH DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang