Putih punya agenda. Dia ingin ... koreksi, menuntut, diriku mengikuti pelatihan khusus. Padahal aku punya rencana yakni, cari pekerjaan. Sekalipun punya uang, tapi menjadi bagian dari suatu masyarakat tidak ada salahnya. Minimal aku bisa mengeruk informasi. Namun, tidak. Putih bersikeras menyuruhku mempelajari teknik pertarungan.
[Manusia, kamu tidak boleh lengah.]
Lengah? Sejak kapan aku pernah menurunkan kewaspadaanku? Aku selalu merasa tengah diburu baik oleh manusia, pemburu vampir, maupun vampir. Sama sekali tidak bisa merasa tenang.
Pada akhirnya aku mengikuti kemauan Putih. Lagi pula, dia adalah sumber kekayaan tidak terbatas. Jangan sampai aku kere dan perlu mengais uang selayaknya budak kapitalis. Capek!
Pertama, Putih menyuruhku melakukan meditasi. Aku pun duduk bersemedi; kaki terlipat, tangan menyatu seolah hendak berdoa, memejamkan mata, dan kosongkan pikiran.
Kedua, Putih mengirimiku panduan menggunakan kekuatan. Persis orang nonton televisi. Potongan gambaran demi gambaran pun terjalin di dalam benak. Awalnya sempat kesulitan, tapi perlahan aku mampu mengikutinya.
Ketiga, praktik.
[Coba bayangkan kamu sedang membentuk udara di sekelilingmu menjadi sekeping es.]
“Putih, apa kamu pernah ikut pelajaran sekolah? Bagaimana caranya mengubah udara menjadi es? Lebih mudah mengubah air menjadi es.”
[Kamu mau mencoba atau kubekukan semua uang yang ada di sini?]
“Siap, Bos! Laksanakan!”
Aku pun berkonsentrasi membayangkan udara di sekelilingku. Kubayangkan udara-udara itu memiliki kelembapan. Perlahan suhunya mendingin, tercurah di telapak tanganku, dan sedikit demi sedikit membentuk wujudnya sesuai keinginanku.
Di atas telapak tanganku terkumpulah butir-butir es seukuran pasir. Perlahan menumpuk dan aku punya ide membuka bisnis es serut rasa buah.
[Sekarang ubah semua butir es tersebut menjadi kepingan es yang tajam.]
Dasar. Dia tidak memberiku metode “lengkap” cara mengubah es serut jadi jarum. Aku, kan, hanya bisa membayangkan melalui kemampuan imajinasi.
“...”
Anehnya butiran es pun berubah wujud mengikuti kehendakku. Semuanya menyatu, berkumpul membentuk keping tajam. Kemudian aku iseng menginginkan bentuk lain. Sebuah belati.
Kepingan tajam pun meliuk-liuk. Perubahan terjadi dan terbentuklah sebilah belati.
[Kamu bahkan bisa mengubahnya menjadi apa pun.]
“Uang!”
[Kecuali uang. Apa kamu berniat masuk penjara gara-gara pemalsuan uang?]
Tidak puas sekadar menyuruhku berlatih membuat senjata, Putih menyuruhku latihan menembakkan senjata. Untuk yang satu itu aku perlu ke taman. Aku sengaja memilih waktu dini hari agar tidak memancing kecurigaan. Bermacam bentuk kupakai: panah, corong, pedang, piring, bahkan palu. Rasa-rasanya aku seperti si penyihir es ganteng, tapi mesum yang ada di Fairy Tale. Bedanya, dia seksi. Seksi dan sedikit sinting.
Kutembakkan panah es ke sasaran. Pohon, kaleng, kadang daun. Apa pun yang menarik perhatianku. Latihan sekian hari itu sangat melelahkan dan menguras tenaga. Barangkali karena kondisi fisikku yang terbilang menyedihkan.
Untuk ukuran cewek dua puluh tahun, aku masuk kategori kurang gizi. Tubuhku kurus, kulitku kering, dan yaaah tanda-tanda anak kurang beruntung. Bulan Darah membatasi pergerakan anak-anak yang memiliki batu darah, terutama yang indah dan unik. Semua manusia Klan Bulan Darah “pasti” memiliki batu darah, hanya saja tidak semua batu darah sakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL OF THEM WANT TO KILL HER (Tamat)
FantasyKenapa sih orang-orang tertarik isekai ke novel, film, komik, atau dimensi mana pun? Seolah pindah dunia itu semudah pindah kontrakan yang kalau tidak cocok bisa mengajukan keluhan ke empunya indekos. Berharap bisa disukai oleh semua tokoh ganteng d...