#01

72 9 1
                                    

Jaeren
© lulliebys

tw // homophobic , harshword



Bandung, 1998

Jalanan macet yang sudah biasa terjadi di hari Senin pagi, membuat Reyhan merasakan dinginnya angin yang berhembus menerpa kulit; bagaimana tidak, pepohonan yang menjulang tinggi menutupi cahaya matahari dan cuaca yang masih sejuk di kota Bandung —membuat siapapun merasakan kedinginan. Sepeda jadul berkeranjang depan yang sudah menemani Reyhan dari awal masuk perkuliahan; dikendarai dengan pelan. Takut karena semakin kencang dirinya melaju semakin dingin udara yang dirinya rasakan.

area Kampus tidak begitu ramai maupun sepi. Beberapa orang berjalan menuju kantin untuk sarapan, dan ada juga beberapa orang yang menunggu di luar ruangan Dosen untuk bimbingan. Reyhan termasuk mahasiswa yang akan melipir dulu ke kantin untuk sarapan; mata bulat cantik nya melihat meja-meja kantin sudah penuh terisi oleh beberapa mahasiswa-i, namun di ujung kantin terlihat dua budak Kampus yang asik bercengkrama satu sama lain. Tanpa berpikir panjang, Reyhan langsung menghampiri kedua sahabat nya tersebut. "Tumben geus aya didieu." Sapaan pertama kali yang diucapkan oleh Reyhan.

"Eh si aa geus nongol geuningan," (eh si aa ternyata udah keliatan) ujar sosok perempuan cantik dengan rambut yang terikat rapi,

"Geus sarapan can?" (udah sarapan belum?) Tanya sosok laki-laki keturunan Jerman di seberang perempuan itu,

"acan. Urang rek meuli bubur heula," (belum, gue mau beli bubur dulu)

"Geus ku urang di pesenkeun ka bu Imas, teu diaduk pan buburna?" (udah gue pesenin ke bu Imas, gak diaduk kan bubur nya?)

"Si Rey mah teu pernah diaduk buburna." (Si Rey gak pernah diakduk bubur nya)

"Enya neng, hanya memastikan. siapa tau si Rey geus ganti komplotan,"

"Urang teu pernah ganti komplotan anjir. Tetep bubur teu diaduk nomor hiji." (gue gak pernah ganti komplotan anjir. tetap bubur gak diaduk nomer satu)

"Sabiru?" Tengah asik bercengkrama perihal bubur; sosok perempuan yang dikenal Sabiru, menoleh kepada pria yang memanggil namanya.

"Iya."

"Gue boleh ngobrol sebentar?"

"Kalo mau ngobrol, ngobrol aja. tuh sebelah Yuda masih kosong." Jawaban malas dari Sabiru, mendapatkan anggukan dari pria baru itu.

"Sabiru, kamu teh orang Bandung?"

Pertanyaan yang sangat aneh untuk memulai pembicaraan. Namun Sabiru tidak terlalu memikirkan; sedangkan Reyhan dan Yuda hanya bisa melirik satu sama lain.

"Lain, aku orang Jakarta." (bukan)

"Oh Jakarta, berarti bisa bahasa Betawi?"

"Ga bisa, bisana basa Sunda,"

"berarti orang Bandung ya?"

"Dibilangin aku orang Jakarta."

"Jakarta bagian mana?"

"Bekasi."

Reyhan dan Yuda menertawakan apa yang baru saja di ucap oleh salah satu sahabat mereka. Mana bisa dari Jakarta jauh ke Bekasi. Kedua anak adam yang sibuk menertawakan Sabiru, mendapat tatapan tajam dari perempuan dengan rambut yang diikat.

90' LOVE | JaerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang