Chapter 7

306 34 7
                                    


———·.·.·.·———·.·.·.·———·.·.·.·———

Ruangan remang dibalik lemari yang sudah rapuh, Freen dan Becca bersembunyi dari para bodyguard suruhan tuan Armstrong, mereka berdiri saling memeluk satu sama lain karena ruangan yang sangat sempit.

Freen berkali-kali mengamati keadaan disana dengan jantung yang berdetak begitu cepat entah karena apa.

“Aku takut..” bisik Becky namun masih didengar oleh Freen.

“Tutup matamu dan jangan lepaskan pelukanmu.” jawab Freen pelan sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Becky.

Fay bersembunyi diruangan Becky sebelumnya, dia berdiam diri disana dalam posisi pintu yang terkunci dari luar, sehingga siapapun yang melihatnya tidak akan curiga karena memang kunci itu selalu ditinggalkan diluar dengan keadaan masih menempel.

Freen melihat para bodyguard itu berpencar dan itu adalah kesempatan untuknya buat keluar dari sana, tapi sebelum itu entah ide gila dari mana dia ingin sedikit bermain dengan salah satu bodyguard itu.

“Sebentar, kmu tunggu disini dulu..” kata Freen sambil melepaskan pelukannya pada Becky.

“Mau kemana?”

“Shuuutt.. kamu disini dulu oke? Aku gak lama.”

Setelah mengatakan itu Freen keluar dari balik lemari dan berjalan mengendap-endap mengikuti bodyguard yang memisahkan diri itu.

SLAP SLAP SLAP
Freen memukul punggung bodyguard itu tiga kali, hingga akhirnya bodyguard itu pingsan tak sadarkan diri.

“Badan gede digituin aja langsung KO..!” gumam Freen sambil menepuk tangannya, setelah itu dia melangkah mendekati kamar Becky sebelumnya dan membuka kuncinya.

“Phi Fay.. kembalilah.. situasi sudah aman..”

“Hm.. terimakasih Freen.. aku ke bawah dulu kalilau begitu, kamu hati-hati.. jagain nona Rebecca, aku gak mau dia kenapa-kenapa..”

“Tenang aja phi Fay.. aku akan menjaganya..”

Setelah itu Fay pergi dari hadapan Freen dan Freen melangkahkan kakinya mendekat kearah Becky yang berdiri masih dengan wajah ketakutan.

“Ayo..”

“Aku takut..”

“Gak usah takut, ada aku.. aku akan jagain kamu nanti..” kata Freen tersenyum sambil mengulurkan tangannya kearah Becky.

“Ck Freen! Cepet bodoh! Keburu mereka tau posisi kita!” Ucap Heng tak sabaran.

Freen tidak menggubris perkataan Heng, dia kembali mengulurkan tangannya kearah Becky dan diterima oleh Becky.

“Kamu pegang aku..” kata Freen sambil membuka jendela yang sedikit rapuh itu.

Setelah itu Freen melihat kearah bawah dan melihat kedua sahabatnya sudah ada dibawah menunggunya.

Mata Freen mencari-cari sebuah tali atau apalah untuk membantu dia dan Becky turun dari atas sana. Karena tidak menemukan tali, akhirnya dia mengambil gorden dan menyambungnya hingga gorden itu sampai bawah sana. Tak lupa dia mengikat pada pijakan yang sekiranya kuat untuk menahan dia dan Becky.

“Kamu bisa turun?” tanya Freen namun di jawab gelengan oleh Becky.

Akhirnya Freen menggendong tubuh Becky begitu saja dan turun menggunakan sambungan gorden itu.

“Jangan lihat kebawah, tutup matamu dan pegang leherku dengan erat..” kata Freen.

“Hm.” jawab Becky.

Perlahan Freen menurunkan tubuhnya menggunakan gorden yang telah dia ikat menjadi panjang tadi.

Setelah susah payah, mereka berdua akhirnya sampai dibawah dengan segera Heng membukakan pintu mobil untuk mereka berdu.

Tangan Freen memerah akibat gesekan antara kulit dan kain gorden. Membuat Becky tak tega akhirnya mengusap tangan itu.

“Apa ini sakit?” tanya Becky.

“Hm? Tidak..” jawab Freen jujur.

“Bagaimana bisa..? Ini merah lhoo..?”

“Tenang Nona.. dia sudah biasa seperti itu..” kata Nam. “Oh iya siapa namamu?” tanya Nam lagi.

“Hm.. Namaku Rebecca Patricia Armstrong, panggil saja Becky..”

“Armstrong?”

“Heem..”

“Tapi berita mengatakan kalau keluarga Armstrong tidak mempunyai keturunan seorang perempuan.. ini aneh..” kata Nam heran.

Freen yang melihat ekspresi sedih dari Becky akhirnya mengalihkan pembicaraan.

“Kita langsung pulang ke Thailand..”

“Hah? Kau sajalah sana.. aku masih ingin disini..” jawab Heng.

“Sekarang atau tidak sama sekali?!” Kata Freen tegas.

“Ck oke oke.. kita pulang!” Jawab Heng pasrah.

Freen yang merasa capek akhirnya menidurkan dirinya hingga tak sadar kepalanya jatuh dipundak kurus milik Becky, membuat Becky menoleh kearah Freen.

‘Cantik dan tampan.. dia juga keren, apakah dia yang Engkau kirim untuk menyelamatkan aku Tuhan? Kalau iya..? aku benar-benar berterimakasih kepada Engkau..’ batin Becky sambil memandang wajah Freen.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di bandara, tapi sebelum itu Heng mengabari orang-orang yang ada di markas dulu, kalau mereka langsung pulang ke Thailand.

Mereka menaiki jet pribadi dengan Freen yang duduk disebelah Becky sedangkan Nam bersama dengan Heng.

“Kalo capek tidurlah..” kata Freen sambil melihat kearah Becky.

“Hmm.. terimakasih sudah mau menolongku..”

“Kemabali kasih Nona..”

“Tolong panggil nama saja..”

“Baiklah Becky..”

Entah kenapa ketika Freen memanggil namanya jantung Becky berdetak dengan kencang seperti jantung itu ingin melompat keluar dari badan Becky.

“Kau tahu? Akhir-akhir ini aku sering memimpikan mu..”

“Hah?”

“Hm.. awalnya aku kira itu hanya bunga tidur biasa, tapi lama kelamaan mimpi itu terus menerus datang ketika aku menutup mata, mau itu sebentar atau lama..” kata Freen berhenti sejenak.

“Dan kau tahu? Aku bahkan tidak mengenalmu sebelumnya.. kau pun sama bukan?” Kata Freen lagi.

“Hm..”

The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang