sebelas

744 77 38
                                    


di ruangan kelas terdapat seorang pemuda manis yang menelungkupkan kepala nya, terlihat pemuda manis itu tengah tertidur.

BRAK !!

Suara keras dari pintu yang tertutup membuat pemuda manis itu sedikit terganggu, namun pemuda manis itu berfikir mungkin itu hanya angin.

sampai suara gebrakan meja terdengar.

pemuda manis itu terbangun dari tidur nya, dan melihat ke arah pintu.

di sana terlihat seorang pemudi yang Ardha tau bernama Kalila.

Ardha menatap ke arah pemudi yang terus berjalan ke arah nya, sampai—

PLAK

—suara tamparan itu menggema, Ardha yang masih mengumpulkan sedikit nyawa nya hanya bisa ter bengong.

"LO GAY SIALAN"

"maksud lo?"

PLAK

Kalila kembali melayang kan tamparan, dan terkekeh pelan.

"GARA-GARA LO AKSARA SEKARANG NGE JAUH DARI GUE, GAY SIALAN"

"lah..."

"bukannya dari awal dia ga mau deket ama lo ya tapi lo nya aja yang sok deket" lanjut Ardha yang di selingi tawa kecil.

"SIALAN"

PLAK

kali ini suara tamparan itu berasal dari Ardha.

"BERANI-BERANINYA LO KE GUE BAMSAT"

"kenapa gue harus takut ke lo, emang lo siapa ?"

"GUE ANAK KEPALA SEKOLAH DAN LO HARUS TUNDUK SAMA GUE"

"cih, ogah"

"LO ??!"

"apa, mau nampar nih tampar"

Karena merasa di permalukan Kalila segera keluar dari sana dengan kaki yang di hentak-hentakkan.

"AWAS LO"

"mami takut" ejek nya.



"Cok lo di suruh ke ruang kepsek" ucap Mahathir.

"sekarang ?"

"yoi"

Ardha berjalan dengan tenang ke ruang kepsek, ia sudah tau kalau ini kelakuan si nenek lampir.

kira-kira drama macam apa yang akan ia persembahkan.

TOK....TOK....TOK....

Ardha mengetuk pintu setelah mendapat jawaban dari dalam ia membuka pintu tersebut.

"kenapa pak"

"duduk, suruh orang tua mu kesini" ucap kepala sekolah Ardha.

Dengan cekatan Ardha menelepon mami dan papi nya agar bisa menyempatkan waktu agar bisa ke sekolah nya ini dan menyaksikan drama yang menarik.

beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka dan muncullah sepasang suami-isteri.

"ada apa ya ?" ucap pria paruh baya.

"saya panggil bapak dan ibu kesini karena anak bapak sudah berani nampar anak saya"

"benar begitu ?" tanya pria paruh baya itu ke anak nya.

"...."

"punya bukti ?" ucap pria paruh baya itu.

"pipi anak saya memerah terdapat bekas tamparan"

"lalu kau ingin apa ?"

"saya ingin anak bapak keluar dari sini" ucap Kalila.

"kau siapa ? pemilik sekolah ini ?" tanya wanita paruh baya yang sedari tadi diam.

"saya anak kepala sekolah disini" ucap Kalila dengan sombong.

"cih, sombong"

"kamu keluar kan anak saya, saya cabut jabatan kau" ucap papi Ardha.

"memang kau siapa ?" ucap kepala sekolah Ardha.

"saya Matthew Margaretha"

setelah mendengar itu Pak Candra atau kepala sekolah Ardha terkejut namun ia masih bisa sedikit menutupi keterkejutan itu, namun sayang nya Papi Ardha mengetahui nya.

"jangan kaget begitu, kau ingin mengeluarkan putra ku kan ? keluar kan saja"

"dan ku pastikan besok kau dan putri yang kau agung-agung kan itu tidak akan pernah menginjak kan kaki di sini kembali"

Matthew berdiri dari duduk nya dan merangkul pinggang istri nya.

"ayo pulang"

mereka bertiga keluar dari ruangan itu meninggal kan Kalila dengan sang ayah.

"BODOH, KAU MEMBUAT KU MALU SAJA"

"AKH KENAPA KAU SELALU MEMBUAT MASALAH, BAHKAN KAU HAMPIR MEMBUAT KU DI CABUT DARI JABATAN KU"

"BAJ*NGAN KENAPA KAU SANGAT BODOH HAH, KITA HAMPIR MENJADI GELANDANGAN GARA-GARA TINGKAH KONYOL MU ITU"

PLAK

"KAU SAMA SAJA SEPERTI IBU MU, PEMBAWA SIAL"

PLAK

DUGH

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang