"Biar mama yang antar kamu hari ini,"
Perhatian Kamal yang sebelumnya sibuk memasang tali sepatunya, menjadi teralihkan untuk menatap kehadiran Tania yang baru saja keluar dari kamarnya. Tampak Tania sudah berkemas dengan kemeja yang digulung pada lengannya dan juga rok panjang yang tampak simple. Senyum terbit pada wajah cantik Tania.
"Mama ga sibuk sekarang?" Kamal kini menepuk celananya setelah menyelesaikan tali sepatunya. Diam diam ia juga melirik ke arah Teguh yang memandang kosong kedalam rumah.
"Engga sayang. Makanya," Tania dengan gemasnya mengaitkan lengannya ke lengan putranya, "Ayo kita berangkat sekarang. Nanti telat lagi,"
Tanpa aba aba wanita yang akan menginjak usia 40 itu menarik lengan Kamal dengan halus masuk ke mobil. Menyisakan Teguh yang masih menatap kejadian langka itu di depan pintu rumah.
Sesampainya di mobil, Kamal segera berteriak ketika menyadari bahwa Teguh yang masih termenung itu, "Guh lo ga berangkat? Ayo masuk,"
Teguh menatap Kamal. Tidak, lebih tepatnya Tania yang berada pada sisi kemudi. Wanita itu menatapnya dengan tatapan menusuk. Tania bukanlah tipikal orang tua yang bisa menyempatkan dirinya untuk mengantarkan anaknya ke sekolah layaknya para ibu lainnya. Tidak, sejak awal orangtua mereka sibuk dengan berbagai kesibukkan. Oleh karena itu Teguh bingung dengan sikap Tania yang menawarkan untuk mengantarkan Kamal pagi ini. Teguh tau bahwa sedari awal ia tidak diajak.
Namun melihat kembali arti dari tatapan itu, sepertinya Tania ingin menyenangkan hati putranya hari ini. Oleh karena itu Teguh memutuskan mengikuti nalurinya. Ia memasuki mobil dengan perasaan tidak nyaman.
"Bekal Kamal udah mama siapkan di kursi belakang,"
Kamal melirik arah bangku Teguh. Lebih tepatnya kursi disamping Teguh yang terdapat kotak makanan. Tanpa sadar ekor mata Teguh juga melirik kotak makan disampingnya.
Sebuah tupperware berwarna hitam.
"Makasih ma, cuma satu ma? Buat Teguh mana ma?"
"Gue-"
"Punya Teguh udah dalam tasnya sayang, mama masukin dalam tasnya pas kamu mandi tadi,"
Mata Kamal bertemu dengan Teguh. Lalu Kamal membalas senyuman Teguh yang memamerkan tasnya itu. Selanjutnya Kamal memutar kembali tubuhnya menatap jalanan.
"Oiya, nanti mama jemput juga ya," Kamal beralih menatap Tania hendak bertanya lagi, namun Tania seakan sudah mengetahui pertanyaan sang anak, dia dengan lekas menjawab, "Kan kamu ada jadwal check-up hari ini. Lagian jarang banget mama ngantar kamu check up kan."
Mobil itu berhenti di perempatan lampu merah. Tania memanfaatkan kesempatan itu untuk mengusap surai lebat Kamal disebelahnya, "Maaf mama selalu sibuk, Kamal pasti kesepian kan?"
"Mama tenang aja, ada Teguh-"
"Tapi Kamal pasti merasa kurang kalo mama sibuk kan? Bagaimana pun juga Kamal masih butuh mama. Mama aja butuh Kamal, pastinya Kamal butuh mama juga kan?" Tania seakan tak ingin mengangkat topik Teguh, dengan cepat ia memotong ucapan Kamal.
"Apalagi kamu masih sekolah dan butuh bimbingan, mama kadang merasa gagal merawatmu dengan baik," Lalu Tania mengelus dada kurus Kamal, "Pasti sesak rasanya kalo kambuh tapi mama ga ada di sisi Kamal 'kan?"
Dari belakang Teguh mengamati interaksi ibu dan anak yang tampak akrab itu. Walaupun didominasi oleh Tania, tapi Teguh bisa menangkap raut wajah Kamal yang bahagia disertai mata yang sendu. Entah apa yang dipikirkan Kamal sekarang, namun jika Teguh berada di posisi itu, pasti Teguh bahagia. Karena, sampai sekarang pun Teguh belum pernah menemui ibu kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Occasion
FanficByan hanya butuh perhatian, Teguh tidak butuh apa apa selain abangnya, dan satu sisi lainnya ada Kamal yang selalu tercukupi. Namun mereka tidak tau kalau Byan mampu hidup bahkan tanpa orang tua dan saudaranya, tidak tau kalau Teguh juga butuh peng...