Setelah mengulur waktu sepuluh menit untuk merapikan berkas meeting hari ini, pada akhirnya waktu dua puluh lima menit habis untuk membahas perencanaan pembangunan hotel di Chicago.
"Sialan gara-gara Eliza pergi aku sendiri yang harus repot," gerutunya seraya menatap layar iPad dalam pangkuan.
Banyak sekali deretan kata yang tercoret, bahkan diganti. Fokus seorang diri di dalam ruang meeting sampai tak menyadari jika waktu makan siang sudah tiba.
Ponselnya bergetar. Alarm untuk makan siang. Dominic meraih ponsel lalu mematikan alarm tersebut. Hendak menaruh kembali ke atas meja, pikirannya tiba-tiba saja ingat Eliza.
Pria dewasa itu membuka layar kunci menggunakan sensor wajahnya. Membuka album foto untuk melihat foto Eliza yang terakhir kali dikirim.
Dada Eliza terekspos. Tanpa bra. Kedua putingnya hanya terhalangi sisi kemeja putih yang dikenakan. Dominic mengerjapkan mata.
"Sial. Eliza tidak boleh pergi dariku," ujar Dominic seraya mematikan ponsel
Kembali fokus terhadap iPad-nya, setelah menyelesaikan semuanya ia menaruh iPad tersebut di meja kerja. Bergegas menuju rumah Eliza.
"Tunggu kau Elizabeth Stewart. Aku akan membawamu kembali," tekadnya seraya memakai seatbelt. Cepat-cepat membelah jalanan Las Vegas yang begitu panas untuk siang hari ini.
Sementara itu. Di kediamannya, Eliza menangis di atas meja makan. Bekas tissue berhamburan di lantai. Seperti gadis yang baru saja putus cinta, perempuan berusia dua puluh dua tahun tersebut nampak tersedu-sedu.
"Sudah lah, Za. Aku yakin Jonas tidak akan meninggalkanmu. Jonas bukan tipe orang yang cepat terbakar emosi," ujar Christy teman satu rumahnya menenangkan.
"T-tapi, aku sudah menghubunginya tapi tidak dijawab," jawab Eliza masih terisak. "B-barusan aku coba hubungi lagi nomornya tidak aktif ...."
Christy menghela napas panjang. Mengusap bahu temannya tersebut. Pintu rumah terdengar dibuka. Keduanya menoleh.
Muncul Gilbert pacarnya Christy seraya membawa dua kresek sedang di kedua tangannya.
"Sesuai pesanan kamu. Donat coklat yang dijual di depan toko bunga Nyonya Rosemary," ujar Gilbert seraya menyimpan satu kantong kresek di hadapan Eliza.
Eliza membuang ingusnya tanpa rasa bersalah. Christy dan juga Gilbert meringis. Eliza menarik tissue yang baru. Mengusap hidungnya yang sudah memerah.
"Terima kasih, Gilbert," ujar Eliza seraya membuka kotak donat coklat kesukaannya tersebut.
"Sama-sama." Gilbert menarik tangannya Christy untuk menuju kamar.
"Aku sudah beli apa yang kamu mau," bisik Gilbert menggoda pacarnya itu. Christy memekik tertahan.
"Bergerigi?" tanyanya antusias.
"Tentu." Gilbert mencolek hidungnya Christy gemas. Perempuan yang satu umur dengan Eliza itu nampak melingkarkan tangannya di pinggang Gilbert.
Kembali ke Eliza. Perempuan itu sedang mengunyah donat coklat yang baru dua kali digigit. Ketukan pintu di depan rumahnya membuat Eliza menoleh.
Tanpa menaruh donat yang berada di tangannya, Eliza beranjak untuk membukan pintu. Dominic berdiri dengan gagahnya. Kedua tangan pria dewasa tersebut masuk kedalam celana.
Rambut yang disisir rapi nampak mengkilap untuk seusianya. Wajah yang sudah jelas rupawan berhasil membuat Eliza terpesona beberapa saat.
Dominic meniup wajahnya Eliza yang membuat perempuan itu mengerjap. Eliza menatap tidak suka Dominic. Hendak menutup pintu tapi kakinya Dominic sengaja masuk kedalam rumah agar pintu tidak bisa ditutup; pengganjal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...