Eliza membuang napas berat. Dia menatap pesawat terbang milik Dominic yang terparkir di depan sana. Perempuan itu bertanya-tanya seberapa kayanya Dominic sampai punya pesawat terbang sendiri.
Jika punya pesawat terbang sendiri, berarti punya bandara sendiri dong? tanya Eliza menerka-nerka dalam hatinya.
Sang sekretaris itu menolehkan kepalanya ke arah Dominic yang ternyata menatap kosong; lurus kedepan entah memikirkan apa yang jelas Eliza masih kurang yakin jika Dominic hanya memikirkan tentang pekerjaan saja.
Jika Eliza tahu burungku pakai pengamanan, dia pasti mentertawakanku, batin Dominic.
Pria dewasa itu kalut dengan perasaannya sendiri. Kemarin malam ketika Eliza sudah benar-benar terlelap, ia pergi menuju kamar Peter. Papanya itu sudah tidur, akan tetapi ketukan yang tiadak henti membuatnya bangun mau tidak mau.
Dominic berbisik kepada Peter untuk meminta pengaman. Peter yang mendengar anak semata wayangnya itu minta pengaman malah memicingkan mata konyol. Menggoda Dominic; memberikan rekomendasi gaya untuk dilakukan bersama Eliza.
FLASHBACK ON
"Hm. Papa punya rekomendasi posisi untuk kamu coba bersama Eliza," ujar Peter sedikit berbisik karena posisi keduanya kini berada di depan pintu kamar. Eveline tadi bangun, hanya saja disuruh tidur lagi oleh Peter.
"Papa, aku ha—"
"Ssstt!! Ini rekomendasi dari orang tua. Dengarkan!" potong Peter cepat.
Dominic yang mendengar itu lantas membuang napas panjang. Mau tidak mau ia harus mendengarkan Peter berbicara walaupun ia sudah tahu apa yang dibicarakan oleh papanya tersebut.
"Ini paling mudah. Semua orang pasti sudah tau," ujar Peter. "Misionaris. Kamu di atas. Biarkan Eliza membuka kakinya lebar-lebar. Ganjal saja pinggangnya pakai bantal agar Eliza bisa cepat hamil."
Cih! Siapa juga yang ingin punya anak dari Eliza? Perempuan cerewet dan tubuh yang tidak menggairahkan mana mungkin dapat pasangan hidup, batin Dominic mengomentari sosok sekretarisnya tersebut.
"Doggy Style, kamu tahu, 'kan?" tanya Peter yang dijawab dengan anggukan pelan nan kecil dari anak semata wayangnya tersebut. Peter mengangguk sekilas.
"Agar lebih puas lagi. Biarkan Eliza menghadap ke sandaran ranjang. Kamu tarik sedikit pinggang Eliza begitu kamu menghentak lubangnya. Kamu juga bisa menarik salah satu tangannya Eliza ke belakang agar gairah kamu, bahkan Eliza semakin terasa ... panashh ...."
Peter mengibaskan kerah kemeja tidurnya seperti orang gerah ketika mengucapkan kata panas. Dominic yang melihat papanya seperti itu hanya meringis; merasa jijik sendiri.
"Terakhir. Ini terakhir," ujar Peter kembali serius. Sedangkan Dominic masih setia untuk mendengarkan papanya berbicara di menuju tengahnya malam.
"Woman on Top. Wahh, Papa suka sekali posisi ini jika bercinta bersama Mama kamu, hihihi," ujar Peter terkikik malu sendiri membayangkannya.
Dominic memejamkan mata. Menahan untuk tidak memukul wajah Papanya tersebut saking kesalnya. Namun, ia tersenyum kecil, nampak terpaksa begitu Peter kembali berbicara.
"Kamu cukup berbaring saja. Memandangi wajah Eliza yang kenikmatan dari bawah. Biarkan dia yang bergerak di atas kamu," final Peter yang membuat Dominic kembali mengulas senyum tertekan.
"Jadi, Papa punya pengaman atau tidak?" tanya Dominic yang membuat Peter mengerjap. Menepuk keningnya konyol.
"Lupa. Ada-ada. Papa masih ada simpan di laci. Tunggu sebentar," pamitnya masuk kedalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...