⛈️ JEMIMA BAGIAN 30 ⛈️

66 4 0
                                    

Jemima Bagian 30
Masing-masing ada penyembuhnya

"Pelan-pelan, mima" Dikta menuntun Jemima keluar dari mobil, ia menopang tubuh gadis itu karena sempat terhuyung beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan-pelan, mima" Dikta menuntun Jemima keluar dari mobil, ia menopang tubuh gadis itu karena sempat terhuyung beberapa kali

"Aku gendong aja ya?" Jemima yang lemas hanya mengiyakan saja

"Makasih mas" ujar Jemima saat Dika merebahkannya dikasur

Saat pulang tadi, Tsabita dan Kalan izin untuk berbelanja bahan makanan dan meminta tolong Dikta untuk mengantar Jemima pulang terlebih dulu

Dikta mendudukan dirinya disamping kasur, Jemima merebahkan kepalanya dipangkuan Dikta, ia memeluk perut Dikta sambil terisak pelan, tubuhnya sangat lemas namun tangisannya tidak bisa terbendung

"Nangis aja gak apa-apa" Dikta mengelus rambut panjang jemima, harum bayi dan strawberry yang menjadi candunya

"Bagas-- dia ninggalin aku-- aku gak tau bisa terbiasa atau nggak"

Dikta telah menebaknya dari awal, ketidak hadiran Bagas dari awal padahal bocah itu yang paling posesif jika menyangkut tentang Jemima membuat Dikta berspekulasi kalau Bagaslah yang memiliki masalah dengan Jemima

"Masih ada aku, jangan hancur seperti ini" Dikta mendudukan dan mengusap sisa-sisa air mata dipipi jemima

"Gak ada siapapun yang bisa menggantikan Bagas, termasuk mas Dikta" lirih Jemima

Dikta tersenyum kecut, ia tidak akan menyerah meskipun tau jika ada laki-laki lain yang menjadi prioritas gadisnya ini

"Sepertinya kamu salah paham, Mima"

"Dari awal aku tidak ingin menjadi peran pengganti, aku peran baru yang akan melengkapi cerita, aku tidak bisa seperti Bagas tapi aku akan mengisi kekosongan yang ada hingga kamu terbiasa"

Dikta menarik pelan Jemima ke pelukannya, didekapnya tubuh gadis itu dengan erat "aku cinta kamu, jangan hancur karena laki-laki lain, itu menyakitiku" bisik Dikta

"Kamu hanya merasa bersalah karena tidak bisa membalas perasaannya, bukan salah kamu, jangan menyakiti diri sendiri karena kesalahan yang tidak pernah kamu buat" ujar Dikta, ia hanya tidak ingin Jemima merasa bersalah, ia mengenal tabiat Jemima yang sangat tidak peka tapi bukan berarti gadisnya harus disalahkan karena tidak menyadari perasaan seseorang

⛈️⛈️⛈️

Disisi lain, terlihat Bagas yang sedang merokok, ia sangat kacau hingga nikotin pun tidak bisa membantunya

"Bagas!"

Bagas melihat kehadiran gadis yang akhir-akhir ini selalu bersamanya

"lo ngerokok lagi? Ini masih area sekolah, kalau sampai ketahuan guru gimana?!"

"Matiin nggak!"

"lo berisik banget, Aruna" Bagas mematikan rokoknya, bukan karena perintah Aruna namun ia tidak akan merokok jika ada wanita dan anak kecil

"Kalau ada masalah jangan lari ke hal-hal nggak guna kayak gini, bukannya lo mau jadi pemain sepak bola?" Tutur Aruna

"Gue bingung harus nyari ketenangan dimana lagi" pandangan kosong Bagas seolah menelusup jauh entah kemana

"Kita ke pantai yuk" ajak Aruna

"Ngapain?" Tanya Bagas

"Gue pengen ngasih tau lo, dimana gue biasa dapet ketenangan"

Bagas hanya menurut saat Aruna menyeretnya menuju pantai

Lokasi pantai memang tidak jauh, mereka hanya butuh waktu 40 menit untuk sampai

Aruna mengeluarkan kain putih yang sering ia gunakan saat pergi kepantai "nah udah, duduk sini"

Bagas mendudukan dirinya disamping Aruna "pas banget kan? Kita datengnya pas senja"

"lo tau gak sih, persamaan kita apa?" Tanua Aruna

"Kita sama-sama penuh luka, Gas"

Aruna meremat jarinya, ia tidak pernah menceritakan masalahnya kepada siapapun, namun dengan lelaki ini, ia merasa aman

"Tiap gue sedih, gue cuma butuh lebih banyak matahari terbenam" cerita Aruna

"Kenapa?" Tanya Bagas

"Biar gue selalu ingat, orang bilang kalau senja itu mengajarkan kita bahwa keindahan tak harus datang awal"

"Gue selalu percaya itu, dan itu yang gue yakini biar bisa tetap hidup"

Bagas menatap Aruna, ketara sekali kesedihan mendalam yang dirasa gadis itu "lo cantik layaknya langit jingga itu"

"Warna cantik itu gak akan pernah ada kalau tanpa Bagaskara. Jangan redup atau nggak, gue bakal hilang"

"Gue iri banget sama cewek yang bikin lo kayak gini, tapi gue juga bersyukur setidaknya lo gak butuh dia sebagai obat dari rasa sakit lo"

"Bukannya lo yang mau peran jadi dokter?"

"Jangan bercanda deh, Gas! Lagi adegan mellow dramatis gini"

Aruna, gadis yang sedari awal jatuh dalam pesona Bagaskara, indah namun berusaha ia gapai

Dari awal Arunalah yang memohon kesempatan untuk membantu Bagas bangkit, bukan karena iba... namun karena ia peduli.

 namun karena ia peduli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MISI JEMIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang