Part 4 - I Don't Love You

169 7 1
                                    

You said move on
Where do I go
I guess second best
Is all I will know

[Chorus]
Cause when I'm with him
I am thinking of you
Thinking of you
What you would do if
You were the one
Who was spending the night
Oh I wish that I
Was looking into your eyes

(Katy Perry - Thinking of You)

Aku turun dari mobil Orion dan membuka gerbang rumahku. Orion turun dari mobil dan mengikutiku masuk ke rumah. Baru saja sampai di depan pintu rumah, aku mendengar hiruk pikuk di dalam rumah. "Ribut ya?" tanya Orion dari arah belakangku. Aku membeku untuk kesejuta kalinya. Aku bisa gila jika berlama-lama dengan Orion. 

"I..iya. Biasa sih" ujarku sambil membuka pintu rumah. "Aku pulang" ujarku sambil mempersilahkan Orion duduk di ruang tamu. Aku berjalan ke arah ruang keluarga yang bergabung dengan ruang makan yang luas. "Siapa tuh dy?" tanya papa yang sedang duduk dengan joystick di tangan. Ia sedang bermain Playstation  dengan Reno. 

"Orion, pa" ujarku berjalan ke arah kulkas. Aku mengambil orange juice dan dua gelas. "Kamu ajak ke sini aja, daripada di luar" Aku mengangguk, menyetujui usulan papa yang kini tengah berdiri sambil merenggangkan otot-ototnya "Pause dulu Ren, papa mau ngobrol sama calon mantu" ujar papa santai sambil berjalan ke arah ruang tamu. 

Aku hanya menganga mendengar papa berkata begitu. Tiba-tiba mama keluar dari kamar. Kamar mama dan papa ada di lantai bawah dengan kamar Reno, sedangkan kamarku dan kamar Bang Dean ada di lantai 2. "Mantu mama? Orion? Mana?" tanya mama. Aku yang sedang minum jus terbatuk-batuk, seiring mama menyambut Orion dan papa masuk ke ruang keluarga. 

Astaga, mama sama papa kok tiba-tiba begini?

"Duduk nak Rion. Kamu sudah makan?" tanya mama. Rion menggeleng sambil tersenyum. Aku membeku menatap senyumnya itu, begitu tulus dan membuatnya bertambah tampan. Ketika pandangan kami bertemu, aku mengalihkan pandanganku. Malu karena tertangkap basah menatapnya. 

"Bukannya anaknya yang ditanya, sudah makan atau belum Melody sayang?" cibirku. Mama hanya terkekeh geli dan berjalan ke arah meja makan. "Ayo makan, kamu kan minta disimpenin nasi goreng" ujar Mama sambil mengambil sepiring nasi goreng yang masih hangat. Ia pasti menyimpannya di rice cooker. 

Aku duduk disamping Orion yang tengah menerima nasi dari mama. Aku tersenyum lalu memulai memakan nasi gorengku. "Jadi, kapan kamu mau melamar ody, Rion?" tanya papa dengan raut wajah serius. Aku terbatuk-batuk mendengar penuturan papa. "Apa?" ujarku sambil minum. "Secepatnya, om" ujar Orion dengan santai. 

"Hah?" ujarku menatap Orion dengan ekspresi terkejutku. Ia tersenyum mengangkat bahunya. "Lagipula, saya sudah di rekrut oleh perusahaan tempat saya magang sekarang om." Papa tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Saya tidak salah pilih menantu berarti" ujar papa diplomatis.

"Apa? Lamar? Pa, aku baru 19 tahun" ujarku menatap papa jengah. "Yah, itu terserah kamu dan Orion, kalau papa sih maunya Orion jadi mantu papa. Tapi papa tetap memberi kalian andil untuk memilih" ujar papa dengan gaya diplomatisnya, membuatku kembali menyantap nasi gorengku dengan penuh tanda tanya. 

Setelah berbincang-bincang, tepatnya hanya Orion dan Papa, Orion memutuskan untuk pulang karena hari sudah beranjak malam. "Wah, kamu bisa juga kerja di kantor om. IPK kamu sementara berapa?" tanya papa sambil beranjak dari tempat duduknya, Orion pun ikut beranjak. "IPK saya 3,8 om sementara ini" ujarnya. Aku menganga. 

"Serius kamu, Ri?" ujarku sambil memasang wajah takjub. "Kamu mau lihat? Besok ya" ujarnya. Aku tertawa kecil. "Mau" Aku masih menatap takjub lelaki yang ada di hadapanku ini, Ia begitu sempurna, ternyata sikap pemaksa dan pendiam itu begitu menutupi kesempurnaannya. 

The Melody of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang