lima belas

5.5K 311 11
                                    

15. Hadiah Rega

_____________________________________

Ranaya sudah pulang dari rumah sakit. Berkat bujukan mautnya, Roy dan Elvin mengizinkannya. Karna jujur saja, Renaya hampir mati kebosanan di rumah akit itu.

Ia berdiri dari lesehannya di kasur menuju balkon kamarnya. Sedari tadi dia mendengar suara lalu lalang motor atau mobil di bawah sana.

Dia berdiri di pembatas balkon. Dapat dia rasakan angin malam menyapa kulitnya.

"Kira-kira, masalalu kaya gimana sampe bikin ni tubuh punya trauma?" Beonya sendirian.

Dia heran saja, hidup Renaya ini terlihat nyaman sekali. papa Roy yang royal, kaka Elvin yang baik walaupun ngeselin, riwayat keluarga ini juga dulunya harmonis kan?

"Seenggaknya kasih gue ingatan biar ga jadi dongo begini, Bocah!" kata Renaya.

Walaupun memang benar Renaya dapat sebagian ingatan Renaya, Tapi itu masih abstrak sekali. Dia harus menyusun kepingan ingatan yang acak itu bukan?

"Wait..." Renaya termangu.

Sebelum dia kehilangan kesadaran kemarin, dia melihat sesuatu. Renaya menunduk sembari menekuk alisnya berusaha mengingat kembali.

"kenapa harus dia, jor? kenapa harus dia pelaku di balik semua ini?!" terdengar suara tangis isak wanita

Renaya mengangkat pandangannya. Dia ingat!

"Jor?" Renaya memiringkan kepalanya berfikir.

"Siapa Jor?"Monolognya pelan.

Renaya menggeleng sebentar, lalu menutup matanya kembali untuk mengingat sesuatu yang lain.

"kenapa harus begini fakta yang gue terima?! gue ga sanggup buat balas semuanya, Jor"

Renaya meringis, dia tetap memaksakan dirinya untuk mengingat semua yang dia liat.

"pembantaian itu terjadi karna dia Jor, tapi gue gak bisa balesin semuanya. gue gak sanggup.." kali ini, Renaya melihat bayangan seseorang yang menangis di balkon rumah dengan telpon di telinganya.

kini Renaya membuka mata sepenuhnya.

"Pembantaian?" Renaya terdiam memikirkan itu.

Renaya memijit keningnya pening, kenapa semakin dia masuk kedalam malah semakin rumit saja?

Gadis itu tanpa sengaja melihat pada depan gerbang rumahnya yang terbuka. Renaya menyergit heran, Itu bukan mobil Papanya ataupun Kakanya.

"Apa kerabat papa ya?"gumamnya menerka.

tok tok tok..

Atensi Renaya teralih pada pintu kamarnyanyang tertutup, masih dengan tatapan bingung dia menghampiri pintu kamarnya. Di depan kamarnya berdiri pelayan yang menunduk.

"Kenapa?" tanyanya to the point.

Pelayan itu nampak berfikir. "Anu non, itu--"

Renaya semakin mengerutkan keningnya.

"Di bawah, banyak kiriman barang buat nona" Ujarnya lagi. Kini Renaya benar-benar di buat kebingungan.

"Perasaan Renaya gada belanja online." Kata Renaya yang membuat pelayannya ikut berfikir. Kalo bukan Renaya, terus siapa?

Ting!

Suara notifikasi mengalihkan atensi Renaya serta pelayannya. Dia mengambil ponselnya yang terletak di meja belajar.

Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang