Prolog

28 2 0
                                    

Pengantar

Life after life, sebuah serial cerita ringan yang ditulis berdasarkan karya novel penulis terkenal.

Konsep ceritanya memiliki beberapa kesamaan dengan maha karya tersebut, namun dikemas dengan premis berbeda tanpa maksud tertentu, hanya berniat menghibur dan sebagai apresiasi Saya terhadap Sang penulis.

Salut untuk Rifujin na mogonote-sensei dengan karya berjudul Mushoku Tensei Jobless Reingkarnation

Silahkan ambil posisi duduk paling nyaman dan nikmati.

Selamat membaca, semoga anda tidak kecewa.

..

..

Prolog: Dendam dan kelegaan


Aku adalah seorang pria berusia tiga puluh delapan tahun tanpa semangat hidup dan keyakinan. Aku pria yang baik, namun tengah berada dalam sisi terburuk kehidupan, tanpa kekayaan yang memadai, tanpa orang tua dan pada posisi merenungkan hidupnya.

Aku menjadi narapidana selama enam bulan. Sebelumnya Aku adalah orang ambisius, penuntut keadilan, pekerja keras dan menyayangi adik perempuannya. Dan kemudian Aku tiba-tiba di tangkap dan dijebloskan ke penjara, seluruh bentuk tindakanku yang kurang ajar di ungkapkan. Itu adegan yang cukup untuk membuatku menjadi pidana mati.

Menjelang hari eksekusi, Aku di berikan kebebasan memilih makan malam sesukanya. Itu tidak membuatku senang, malahan ini semakin membuatku ketakutan -- itu, lah tanda hari kematianku semakin dekat. Pada akhirnya Aku memilih pizza keju -- yang selalu ingin kucoba setidaknya sekali, namun Aku tidak benar-benar menikmatinya. Tanganku terlalu gemetaran saat meraih setiap potongan, Aku mencoba dan gagal menahan diri terap tenang.

Hari eksekusi tidak pernah diberitahukan padaku sejak awal. Rencananya: mereka akan datang di tengah malam saat Aku tidur, lalu membawaku pergi ke tiang eksekusi. Aku tidak bisa tidur, tiap malamnya selalu dihantui oleh ketakutan dan antisipasi kedatangan algojo.

Itu mengerikan, apa kalian tidak memiliki rasa kasihan, sama sekali?

Apa yang sebenarnya Aku lakukan salah?

Aku hanya mencari uang untuk biaya pengobatan adikku. Aku dan adikku tumbuh tanpa orang tua dan warisan untuk di andalkan, yang kami miliki hanya satu sama lain. Aku tidak mau kehilangannya, aku tidak siap hidup sendiri. Di negara yang korup ini, tidak ada yang peduli pada kesengsaraan kami. Pengobatan di tagih dengan harga selangit, terlepas dari kondisi keuangan seseorang.

Tanpa uang, adikku tidak akan di rawat.

Yang artinya dia akan mati.

Gajiku dari kerja serabutan tidak cukup. Makanya Aku masuk ke dunia kriminal.

Eksekusi mati ini bukan hanya membuang nyawaku, adikku juga akan meninggal pada akhirnya. Tanpa uang dariku, tidak akan ada perawatan dan dirinya akan meninggal perlahan. Skenario terburuknya, dia akan dilemparkan dari rumah sakit karena tidak melunasi biaya rumah sakit, lalu mati di jalanan.

Takdir kematiannya akan lebih kejam dari pada milikku sendiri.

Hahahahahahaha, ini sangat lucu. Dia hanya anak polos, lugu dan periang. Dia tidak pantas menerimanya.

Namun kami hidup di negara yang salah. Negara yang tidak mampu menunjang harapan hidup wargannya.

Hah... memikirkan itu membuatku semakin merindukannya lagi. Senyuman dari pipi merah muda dan suara tawanya, aku merindukannya. Tolong limpahi saudaramu ini dengan cintamu. Aku membutuhkan penyejuk hati.

... Sekarang apa yang harus ku lakukan?

Aku tahu jawabannya adalah: tidak ada. Tidak ada yang bisa ku lakukan, jika saja aku bisa keluar dari sini, aku akan mengambil adikku, mengumpulkan semua uang kami dan pergi ke luar negri. Itu akan menjadi perjalanan rumit dan bahaya, namun inilah satu-satunya langkah yang benar untuk dilakukan jika ingin bertahan hidup.

Lalu kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya; Bagaimana cara melarikan diri dari sini?

Ini adalah penjara teraman di negara ini, tentunya tidak seaman negara lain, meskipun. Penjaga akan pura-pura tidak melihat jika aku memberi sejumlah uang, hanya saja tidak ada uang di kantongku sekarang.

Aku di hantam kenyataan. Tidak ada yang bisa di lakukan sekarang, kecuali menungu hari eksekusi.

Dan kemudian Aku memperhatikan sesuatu: beberapa orang berjalan ke arah sel tempatku di kurung -- bersenjata lengkap.

Aku tahu inilah akhirnya. Kemudian yang ku lihat adalah kegelapan, kepalaku di bungkus sesuatu. Tubuhku terombang-ambing terseret ke arah di manapun yang tidak ku tahu. Aku tidak melawan... sejujurnya tidak bisa. Hanya diam-diam mengutuk siapapun yang bertanggung jawab.

"Berdoalah supaya rohmu dapat di Terima di sisiNya."

Dalam kegelapan suara itu tergiang di kepalaku bersamaan dengan suara kendaraan melaju. Jangan katakan hal bodoh seperti itu padaku! Tidak ada Tuhan untuk berdoa, bahkan jika ada, Ia hanya akan menutup telinganya dari teriakanku. Seperti yang dilakukannya selama ini.

Mobil berhenti dan aku di seret ke luar. Agaknya, ini, lah tempat eksekusinya. Aku tidak bisa melihat apa-apa, tubuhku dipaksa berdiri dengan di ikat pada tiang.

Suara seseorang mendekat lalu pengelihatanku kembali. Ada lima orang tentara berseragam langkap, aku tidak bisa melihat wajah mereka di kegelapan malam. "Maafkan aku!" kelimanya berbicara serentak.

Aku ingin berteriak di hadapan wajah orang-orang ini. Hanya saja tengorokanku terasa sesak, seluruh tubuhku gemeteran tidak berhenti. Bahkan kandung kemih berada di ambang kebocoran. Satu-satunya tanggapanku hanya tersenyum bodoh pada algojo yang akan membunuhku.

Ada satu hal yang mengganguku sejak awal. Di hadapan iblis pencabut nyawa, aku memaksa berbicara.

"Apa aku tidak di beri kesempatan menyampaikan pesan?"

"Kau tidak berhak menerimanya." Datang jawaban kasar.

"Kau... benar." Jadi aku hanya tersenyum masam sambil menelan ludah. Aku ingin tahu siapa iblis sebenarnya di sini? perilaku dan tindakan mereka tidak lebih baik dariku. Aku memang membunuh banyak orang, tapi aku melakukannya secepat dan sebersih mungkin, supaya korban tidak merasakan penderitaan. Dan inilah yang dapatkan atas belas kasihnku.

"Bersiap!"

Nafasku semakin cepat seiringan dengan detak jantungku. Mungkin inilah yang dirasakan seseorang yang berada di ujung hidupnya. Satu-satunya yang kupikirkan menjelang akhir hidupku adalah senyumannya dari pipi bertaburkan rona mawar. Pada akhirnya aku tidak menyesal, bahkan hingga sampai detik ini, aku tidak menyesali perbuatanku. Jika diberikan kesempatan mengulang kembali hidupku dari awal dan di suruh bertobat, aku tidak mau. Aku akan tetap melakukan apa yang ku lakukan sebelumnya.

"Tembak!"

Suara ledakan, sebuah cahaya kemerahan muncul dari moncong senapan. Apakah aku akan melihat kehidupan berkedip di depan mata, seperti yang dikatakan orang-orang? Itu terjadi dalam kedipan mata, jadi aku tidak tahu. Semuanya terlalu cepat.

Aku di hantam oleh peluru panas dan bersarang di dadaku. Udara di paksa keluar dari paru-paru setelah kejang kekurangan oksigen. Rasa panas menyebar dari dada ke seluruh tubuh, mungkin otakku sudah kacau, mengira rasa sakit berlebihan yang tak tertahankan sebagai sensasi panas.

Menjelang akhir kesadaran, gambar statis seorang gadis tersenyum di ruangan putih memenuhi pengelihatanku. Itu hanya sepersekian detik kilas balik kecil dari hidupku.

Hal terakhir yang ku pikirkan bukan dendam atau kemarahan, tapi ... kelegaan yang aneh. Dan kemudian Aku mati.


..

..

to be continued

..

..

Life after Life

Write by: Psycho-man

.

Life After LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang