Pertemuan 2.

92 10 1
                                    

Satria POV.

================================================================================

Pagi itu aku disuruh bertugas untuk didepan Sekolah. Sang Ketua Osis secara personal memintaku untuk berjaga karena hari ini juga bertepatan dengan Hari pertama MOS di SMA. Dengan nafas berat, aku rapihkan bajuku, menatap ke arah kaca di ruang Paskib. Aku mengamati diriku yang menggunakan seragam Osis dengan tali Peluit berwarna kuning meliuk-liuk serta Sabuk khas kepolisian sudah terlihat rapi. Aku mengecek arlojiku. 06:29 pagi. Segeralah aku beranjak menuju pintu Gerbang.

Tidak ada kejadian menarik, cuma Orang Tua yang mengantar anaknya sekolah. Semuanya terlihat sama di mata Satria. Kecuali satu orang. Yapp, I have my eyes on him. Aku melihat dia turun dengan bersemangat dari motor ibunya, melihat kearah sekolah singkat, lalu pamitan ke ibunya.

"Anak itu pendek untuk ukuran Anak SMA kelas 1". Aku menatapnya, tetapi dia menatapku balik. Apa ini? Akhirnya aku memutuskan untuk mengalihkan pandanganku dari dia. Setelah beberapa detik, aku cek kembali. Dia sudah tidak ada. "Syukurlah!"

Apel Pagi Hari Senin berjalan dengan lancar, Satria bosan dengan semua Kata Sambutan itu. Isinya bullshit pikir Satria. Untunglah dia tidak perlu berpanas-panasan krna memang apel ini hanya untuk kelas 10 yang baru.

"Hey, kita harus mencari anak anak baru untuk paskibra kita." Ucap Mardiyah yang duduk disamping Satria.

"Iya, sabar dikit bisa kan? Apel belum selesai." Ucap Satria

"Ngerti. Aku tak sabar mau lihat anak anak kelas 10."

"Kau kan salah satu pembimbing mereka, mata dijaga ya." ucapku sambil menepuk jidat gadis itu dengan pelan. Dia cemberut.

Sambutan sudah selesai, sesuai rencana, aku dan teman teman Paskibra beranjak bangkit dan menyebar untuk mencari anak anak baru. Yang mereka cari untuk paskibra tahun ini adalah yang pasti harus tinggi, ideal proposional, dan disiplin. Paskibra SMA N Kendal sudah terkenal dan terbiasa mengirim utusan hingga provinsi. Tahun ini mereka Target untuk tembus Nasional.

"Kamu keluar barisan." Ucap Satria melihat anak cowok kelas satu yang tingginya menyamai dia.

Satria melanjutkan tugasnya sambil menatap berkeliling, mencari anak yang dia lihat tadi pagi di Gerbang sekolah.

"Kamu, keluar barisan" Ucapnya lagi ke anak perempuan di depannya. Kemudian, di pelipis matanya, dia melihat bocah itu. Dia berdiri jinjit penasaran, melihat kedepan. Tentunya penasaran kenapa teman temannya disuruh keluar. Mengingat Ketua Osis tidak memberikan arahan apapun setelah apel selesai. Dia pendek sekali, tingginya tidak sampai leher teman sebelahnya. Rasa penasaran itu memenuhi diriku, kuputuskan Aku berjalan kearahnya.

Aku mengamati temannya dulu, "Ini anak tinggi banget dan punya potensi." ucap Satria dalam hati.

"Kamu keluar barisan." Ucap Satria pada anak itu.

Saatnya memberikan analisa ke anak pendek ini. Satria mengawasi dia sedikit lebih lama. Dia mengamati matanya, hidung, bibir, sampai ke bawah kaki dia. Kulihat nama dia. "Firman Santoso". Oke nama yang bagus. Kuputuskan untuk menyudahi pengamatanku ke sipendek dengan memberikan senyum jahat ke dia.

Aku membungkukkan ke ara telinga dia dan berbisik "Kau ga nyasar dek." ucapku

Aku bangkit, dan memberikan senyuman yang paling jahat ke anak itu, kemudian berjalan menjauh ke arah dia. Kemudian dia meneruskan pekerjaannya sebagai salah satu anggota Paskibra.

Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang