1.8

3 0 0
                                    

Tanpa basa basi Rian mendekatkan dirinya kepada Satria. Dan hal berikutnya sangat mengejutkan Satria kerna Rian memeluknya tiba tiba dan meneteskan air mata.

"Eh eh, lu kenapa?" Tanya Satria panik, dan bingung dengan apa yang terjadi.

"Gue gapapa, biarin kayak gini sebentar ya" Ucap Rian lembut namun masih di dengar oleh Satria.

Merasa Rian memang membutuhkan hal tersebut, Satria membalas pelukan Rian. Memposisikan dirinya bersandar di pohon dengan badan Rian yang lebih kecil di dekapannya. Rian masih menteskan air matanya dengan isakan kecil yang samar.

Satria tidak keberatan dengan hal tersebut, malah dia berusaha menenangkan Rian dengan mengelus kepalanya sambil beberapa kali mencuri cium kepala Rian.

'Wangi' Pikir Satria.

Suasana hening, isakan Rian tidak terdengar lagi, nafasnya sudah kembali beraturan,.

"Heh malah tidur, dasar. Untung gue suka sama lu" Ucap Satria membelai surai hitam Rian dengan lembut.

Semilir angin yang sejuk dan suasana yang tidak terik membawa Satria ikut memasuki alam mimpi bersama Rian. Melupakan bahwa dia harus masuk kelas, dan memilih tidur siang di bawah  pohon bersama Rian.

Waktu berjalan dengan cepat, hingga insan tuhan bernama Satria akhirnya bangun dari tidurnya. Melihat jam di tangannya menunjukkan pukul 4 sore. Dia pun membangunkan Rian.

"Ri, Rian bangun udah sore" Ucap Satria lembut.
Rian membuka matanya, melihat wajah Satria yang tersenyum tampan melihatnya.

"Eh maaf gue jadi ketiduran, jadi ngerepotin lu deh" Ucap Rian merasa tidak enak atas perbuatannya.

"Gapapa santai aja, lagian gue juga lagi senggang" Ucap Satria berbohong.

"Udah sore, lu mau kemana abis ini?" Tanya Satria.

"Gue kayaknya balik aja" Jawab Rian.

"Yaudah ayok gue anterin kalo gitu" Ucap Satria menawarkan.

"Ok deh boleh" Jawab Rian santai.

"Lu ga mau sok nolak dulu gitu, basa basi?" Tanya Satria.

"Ga ah, buang waktu toh gue juga mau di antar sama lu" Ucap Rian menjelaskan.

"Hahahaha, yaudah tunggu bentar gue ambil motor" Ucap Satria dan pergi keparkiran.

Tak lama Satria datang dengan motor sport nya dan satu helm di tangannya.

"Sini pake dulu" Ucap Satria.

"Gue bisa sendiri" Balas Rian.

"Udah sini ah, gue pakein" Ucap Satria dan memasangkan helmnya di kepala Rian.

"Nah kan udah, cepet naik. Pegangan ya, yang kenceng" Ucap Satria.

Satria menancapkan gas motornya dengan kencang, hingga mau tak mau Rian harus memeluk pinggang Satria dengan erat. Sebuah senyuman terulas di wajah tampan Satria yang melihat hal tersebut. Sangat jarang dia membolehkan orang untuk duduk di boncengen motornya kecuali keluarga.

Perjalanan terasa begitu lama untuk Rian bahkan dengan kecepatan motor Satria. Hingga sampailah mereka di depan gedung kosan Rian.

"Lu mau mampir dulu apa gimana?" Tanya Rian.

"Ga usah lain kali aja mampirnya, gue langsung cabut aja" Ucap Satria yang sedang merapikan helm Rian.

"Oh ya udah hati hati" Ucap Rian.

"Lu juga, cepet sembuh " Balas Satria mengelus pipi lebam Rian.

Rian hanya tersipu mendapatkan perlakukan seperti itu dari satria. Menyaksikan motor Satria yang keluar pagar dan menghilang. Entah kenapa Rian merasa hangat disekitar Satria.

ALGORITMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang