Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Semua siswa berkemas setelah beberapa pengumuman dari OSIS.
"Okta dan Firman, temui saya di lapangan." Ucap Majid dengan tegas.
"Baik Kak." Kami membalas dengan berbarengan dengan lesu.
Kak Majid, mengajak Kami untuk ke lapangan. Dan tebak siapa yang kutemui? Yap bener, si bangsat yang namanya Satria. Perasaan dia dimana mana deh, setan atau apa si dia? Keluhku.
"Keknya bakalan dijemur kita." Okta berbisik.
"Ahh ga mau. Capek." balasku.
Kak Majid memberhentikan kami di depan Satria dan beberapa cewek dan cowok. Kalau kuamati, mereka semua anak Paskibra karena mereka semua ikut menyeleksi anggota baru tdi pagi. Aku menghela nafas.
"Kuserahkan mereka padamu." ucap Majid ke Satria. Aku langsung berkeringat gugup.
Kulihat Satria cuma mengangguk, kemudian menatap kami berdua.
"Kudengar ada yang tidak bisa diam," Satria menekankan kata aktif sambil melirik ke arahku "selama penjelasan Senior. Ayo jawab."
Aku dan Okta menggangguk dan menjawab pelan "Iya Kak."
"APA, AKU TIDAK DENGAR!" ucap Satria menaikkan suaranya. Sialan, ini anak kenapa si pikirku.
"IYA KAK." Kita berdua kompak menjawab, namun suaraku pecah dan terdengar cempreng.
"Sialan" ucapku dalam hati.
"Bagus, ngaku." Satria mengelilingi kami berdua, seperti burung elang yang melihat mangsanya. "Sekarang kalian harus terima konsekuensinya."
Aku menelan ludah, gugup.
"Bersihkan ruangan Paskibra kami, yang bersih. Buang sampahnya, pel lantainya. Mengerti?" ucap Satria menepuk pundak kami.
"Siap Kak" Kami berbarengan menjawab.
"MENGERTI!" Satria menaikkan suaranya.
"SIAP KAK!"
"Bagus. Mardiyah, beri mereka sapu dan alat kebersihan. Aku tunggu satu jam dari sekarang." Ucap Satria dan dia pergi meninggalkan kami.
Kak Mardiyah mengantarkan kami ke ruangan Paskibra sambil berbicara pelan. "Maaf dik, Ketua Paskibra kami galak. Lagi PMS kayaknya." ucap dia.
Okta dan Aku terkekeh geli dan mengikuti Kak Mardiyah.
"Aku ga tau kenapa dia selalu ngasih aba-aba ala paskibra, kan kita disuruh pell doank." keluhku sambil mengepel ruangan.
"Sabar, namanya juga Ketua Paskib." ucap Okta yang saat ini sedang mengelap kaca depan.
"Kayaknya tuh orang emang Gabut ato gimana sih. Ga ada kerjaan lain selain ngurusi Paskibra."
"Udah, ngomong mulu. Cepet kelarin. Kita tinggal buang sampah doank."
"Iya sabar." Aku segera menyelesaikan pekerjaan mengepel lantai.
Setelah selesai dengan pekerjaan Kami masing masing, Aku dan Okta bergotong royong membawa keluar sampah yang isinya banyak. Jujur, aku tidak pernah melakukan olahraga beban. Faktanya, aku malah tidak pernah berolahraga. Membawa sampah seperti ini membuatku lelah. Aku melirik Okta sekilas. Dia kuat, keliatan dia sering berolahraga karena jika dilihat, otot bisepnya kelihatan.
"Ahh sialan, dia cakep banget." Ungkapku dalam hati.
Kemudian dia menoleh ke tangannya. Kecil, tidak ada ototnya, dan kurus. Paket lengkap untuk bocah berusia 15 tahun.
"Okta Tolong." ucapku manja ketika kita sampai didepan bak sampah.
"Dasar." ucapnya sambil tertawa, dan melempar sampah sampah itu ketempat sampah.
Setelah urusan sampah selesai, Kami kembali ke ruang Paskibra dengan harapan untuk diijinkan pulang. Namun tak disangka, mereka menemukan Satria sedang tertidur pulas di meja dia. Firman sempat membersihkan meja itu, untungnya.
"Gimana ni, dia malah tertidur." keluhku ke Okta.
"Yaudah bangunin dia cepet." Okta mendorongku masuk.
"Sialan ." Aku terdorong masuk dan berhenti tepat di depan meja dia.
Aku menatap Satria, melihat dari ujung ke ujung. Kalau dia tertidur, dia tampak manis. Matanya kelihatan kalem, ekspresinya juga. Membuat dia seperti dua orang yang berbeda. Aku tak sanggup hati membangunkan dia.
"Kak." aku panggil mana dia pelan.
"Ummmm. " balas Satria dengan suara lembut lalu terbangun dan menatapku. Dia menatapku dengan mata yang lelah.
Aku menambahkan senyum ke dia. "Kami sudah selesai, boleh pulang kan?"
Satria seperti tersentak kaget dan segera mengusap matanya. "Sudah beres kan?" Nada suara dia normal, membuatku sebal.
"Sudah."
"Baik, silahkan pulang. Jangan diulangi lagi ya." Satria memberikan tanda mengusir kami. Kemudian aku secepat tenaga berlari keluar. Kemudian aku menoleh kembali ke Satria
"Terimakasih Kak."
Aku tertawa kecil sambil berlari ke Okta.
"Kenapa terburu buru si?"
"Gapapa, cuma pengen balik. Ayok buruan"
Dan kami berduapun kembali ke kelas dan bersiap siap untuk pulang. Aku sendiri tidak tahu perasaanku sendiri. Tidak kusangka, Ketua Paskibra galak itu cakep juga ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Di Sekolah. [END]
RomansaBoyxBoy [please do not report!] Kisah Firman yang menjalin sebuah percintaan terlarang dengan seniornya, Satria. Dimana kisah cinta mereka berdua dipenuhi drama anak Sekolahan. Original Story by me.