PENGHUJUNG KISAH

12 3 2
                                    

Happy Reading✨

Kartika POV

Aku tak pernah menyesal mengenal lelaki itu. Lelaki yang pernah kutemui saat aku di Yogyakarta. Dia pecinta musik dan musisi jalanan, walau orang memandangnya sebelah mata tapi aku memandangnya dengan penuh kehormatan. Seluruh bumantara juga tahu jikalau kita pernah bersama menjalin asmaraloka dan merajut sebuah asa. Ia—sebut saja namanya Raja Dipanegara. Raja selalu bersenandung dengan gitar kesayangannya ketika aku harsa ataupun terluka. Setiap kali aku mengingatnya, atmaku bergejolak seperti menginkannya kembali tetapi itu tidak akan mustahil.

Aku masih ingat kalimat darinya ketika kita sedang makan nasi gudeg yang ada di pinggir jalan. "Kartika, ingatlah! Akan ada pelangi setelah hujan, dan akan ada kemenangan setelah peperangan." ucap Raja sambil meraih tanganku lalu menggenggamnya. "Maaf telah membuatmu terluka, terima kasih karena telah mau denganku dan mau menemaniku." tambahnya. Ia mengelus-elus punggung tanganku sebelum sesaat perpisahan itu tiba.

Itu adalah acara makan dan pertemuan terakhirku dengannya sebelum akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan Yogyakarta dan menetap di Bali. Pada malam itu aku menghabiskan malam bersama dengan berkeliling di sekitar jalan Malioboro. Raja memberiku hadiah sebuah kalung untuk kenang-kenangan. Kami berpelukan, berjabat tangan, setelah itu kami berpisah untuk selamanya. Sampai saat ini aku sudah tidak dapat melihatnya lagi. "Raja, kau lelaki baik. Semoga kau mendapatkan perempuan yang lebih baik dariku." ucapku terakhir kalinya di bandara Yogyakarta.

Selang beberapa bulan kemudian, aku terbiasa menjalankan kehidupanku dengan sendirian di kota orang. Kata orang, melupakan seseorang itu mudah dengan cara kita tidak melihatnya lagi. Namun yang kurasakan berbeda, aku masih selalu teringat tentang Raja. Aku begitu mencintainya dengan tulus dan aku menerima Raja apa adanya. Namun Raja selalu merasa tidak percaya diri ketika bersamaku.

Aku dengan Raja memang tak sepadan dari segi ekonomi, namun perasaan, hobi, makanan, dan tujuan kita yang sama. Aku tidak masalah jika dirinya hanyalah seorang musisi jalanan, karena itu tidak membuatku menjadi seseorang yang buruk. Selama aku bersamanya, Raja selalu memberikan hal yang positif. Membuat diriku selalu giat belajar hingga menjadi juara kelas karena kepintarannya yang diatasku. Ia juga menjadi idola satu sekolah.

Setelah berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan, mengikuti volunteer ketika libur kerja hingga berkeliling kota, nyatanya hal itu tak bisa membuatku lupa dengan dirinya. Hingga tiba berbulan-bulan lamanya akupun tersadar, bahwa aku tidak bisa seperti ini terus. Demi ketenangan hati dan pikiran, aku akan merelakannya. Aku akan menyimpannya didalam memori pikiranku tersendiri, kini aku telah merelakanmu, Raja. Biarkan semesta yang berencana dan rasa yang akan menentukan jalan pulangnya.

Cerita kita kemarin hanyalah sebuah sastra yang indah. Terdapat dua insan yang hidup dan bernyawa di dalamnya. Saling menjelma rasa namun berubah ketika perpisahan itu tiba. Menjadikan sebuah atma hidup dalam dua dimensi yang berbeda. Aku ingin berterima kasih pada Raja dan Yogyakarta karena telah mengajariku cara untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain. Kalian begitu indah untukku singgah disana.

Terima kasih, karena kita telah sampai di penghujung kisah. Kisah yang berakhir tidak begitu indah, tapi ini ada sebuah pengalaman terbaik dalam hidupku. Pengalaman yang membuat diriku mengerti, kalau mencintai seseorang tidak harus memilikinya. Sempat memiliki dirinya sudah membuatku senang walau sesaat. Berbahagialah dengan siapapun nanti perempuan yang bersamamu, Raja. Dari diriku, Kartika Rahayu. Aku telah menutup seluruh buku kisah tentangku dan dia.

Selesai.

Penghujung Kisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang