hari pun berlalu kini hubungan ara dan chika seakan sudah selesai, chika yang pada dasarnya belum mempunyai rasa pada ara dan lebih memilih masa lalunya. sedangkan ara yang sangat mencintai chika namun tak diakui
"jadi gimana ra? masih mau lanjut? " ucap mira
"gatau deh mir, chika juga kayak udah lupa sama gue"
"anjir putusin aja lah ra " ucap olla
"tapi gue sayang sama dia la"
"emang dia sayang sama lo? " ucap flora yang hampir tak pernah buka suara dan kini tiba" dia membuka suaranya, mungkin karena ia sudah muak dengan temannya ini
"ra?kumenahan rasa sakit, rasa sakit" ucap olla dan lulu sembari memegang dada mereka
ara pun hanya menghela nafas melihat mereka seperti itu, akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Melihat chika dan tian yang sangat bucin adalah rutinitasnya, seperti halnya saat ini ara bersama jmt sedang berjalan menuju parkiran dan melihat chika dan tian sedang berduaan.
Dia yang dulu diposisi itu sekarang hanya memandang kekasihnya bersama orang lain. ara yang sudah muak pun menghampiri mereka
"permisi kak"
"eh ara ada apa ya? " ucap tian
"boleh bicara sama chika sebentar ga?"
"oh boleh aja.. aku tunggu dimobil ya sayang" ucap tian pada chika
sayang?? apa maksutnya ini?
ara pun segera menarik tangan chika untuk menjauh dari tian
"apa?" ucap chika
"chik, sebenernya salahku apa sampe kamu perlakuin aku kayak gini"
"hah? maksut kamu? "
"chik, aku ini pacar kamu. Kamu gatau betapa sakitnya hati aku liat kamu berduaan sama tian hah!? aku udah sabar chik tapi kamu malah keterlaluan"
"ck apasih, kak tian itu orang baik ngapain kamu cemburu sama dia, aku ga suka orang yang cemburuan"
"apa apaan ini? chika membela tian? " batin ara
"kalo kamu ga mau aku deket sama kak tian ya udah kita selesai aja" ucap chika
"gitu ya, ya udah makasih atas waktunya. Kalo kamu butuh aku hubungin aku aja, aku pasti nerima kamu dengan baik" ucap ara yang bergetar menahan air matanya agar tak keluar
chika yang melihatnya pun sedikit merasa bersalah, namun mau bagaimana lagi. Jujur ia lebih menyayangi tian dari pada ara karena mungkin tian lebih lama mengenal chika
"maaf ra"
"hehe gapapa kak, aku sadar diri aja. Semoga langgeng kak"
ara pun pergi menuju arah jmt, chika yang melihat aksi peluk pelukan antara jmt dan ara pun tau jika ara sedang menangis. Chika pun segera pergi menuju Arah mobil milik tian dan mereka pun pulang meninggalkan area sekolah
"sialan si chika" ucap adel
"udah del tenang dulu" ucap oniel
"ra kita pulang aja ya" ucap mira dibalas anggukan oleh ara
akhirnya mereka pun mengantar ara pulang menuju rumahnya, sesampainya disana shani yang melihat anaknya dalam keadaan menangis pun seketika panik dan khawatir namun itu semua hanya berlalu sesaat setelah para jmt menceritakan apa yang terjadi
"ya allah teganya" ucap shani
"ya udah bun kita pulang dulu ya udah sore soalnya" ucap adel
"oh iya hati hati di jalan ya"
karena hari sudah menjelang malam akhirnya para jmt pun segera pulang
melihat para jmt yang sudah pergi pun shani menuju kamar ara untuk mengecek bagaimana keadaan anaknya
"ara"
"iya bun? "
"udah ya sayang jangan nangis lagi"
"hiks hiks kak chika jahat banget bun sama ara"
"iya bunda tau, tapi mungkin ini jalan terbaik buat kalian berdua nak" ucap shani menenangkan ara, namun ara bukannya berhenti menangis malah tambah terisak
"ara.. ara sayang ga sama kak chika? "
"s-sayang hiks"
"ya udah kalo gitu ara pantau aja kak chika nya dari jauh ya? meskipun ara ga terima kalau kak chika nya sama orang lain tapi ara ga boleh jadi orang pendendam oke? "
"hiks iya bun" ucap ara yang dihadiahi pelukan oleh bundanya tersayang
"cobaan apalagi ini ya Tuhan" batin shani
.
.
.keesokan paginya ara pun sedang berada di jalan menuju sekolah, terlihat para jmt yang sudah menunggu kehadiran dari ara
"eh ra udah dateng lo" ucap lulu
"hm"
"duh kok jadi dingin gini sih" ucap olla
"apaan dah met"
"nah ni baru ara yang kita kenal"
"ilih ilih"
"ya udahlah ayo masuk udah telat nih" ucap mira
"yok"
namun belum saja mereka sampai dikelas ara mendapatkan telepon dari seseorang yang tak dikenal
"eh gue angkat telpon dulu yak"
"ok"
*ditelpon
"ada apa"
"maaf bos mengganggu waktunya, apa yang harus kita lakukan dengan penghianat ini? "
"bunuh saja"
"baik bos"
ternyata secara diam" ara bukannya seorang yang lemah seperti kelihatannya, ara sebetulnya adalah seorang yang kejam dan tak mempunyai hati yang dengan teganya membunuh orang, namun bukan sembarang orang akan ia bunuh. Ia hanya membunuh orang yang pantas untuk dibunuh saja
setelah sesi menelepon itu selesai ara pun segera bergabung kembali dengan para jmt
disisi lain kini chika sedang bersama dengan csnya yaitu kami
"chik lo serius mutusin ara? " ucap ashel
"hm'
" terus lo lebih milih kak tian? " ucap kathrina
"hm"
"lah chik lo punya masalah hidup apaan dah sampe ninggalin ara kek gitu"
"ck ya lo liat aja sikapnya, udah selalu telat, gayanya kayak berandalan apalagi kalo sama para jmt, terus keliatannya juga kek bukan orkay" ucap marsha
"tu denger kan lo semua" ucap chika
"tapi lo yakin? "
"apaan sih shel ah udahlah laper gue mau makan"
"eh chik tungguin gue"
"gitu ya chik ternyata"
segini dulu ye