Hari terakhir pekan ujian.Waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua dini hari, tapi Taehyun masih duduk didepan meja belajar, berkutat dengan buku-bukunya. Sekali lagi, ia menguap. Kepalanya sudah terasa amat berat tapi Taehyun belum juga mau beranjak.
Ayo bertahan, besok terakhir. Kau bisa!
Tangannya meraih kaleng minuman yang terletak di samping bukunya, menenggaknya. Tapi kemudian mendesah saat didapatinya kaleng itu telah kosong. Ia akhirnya bangkit dari duduknya, membawa kaleng kosong tersebut dan berjalan kearah tempat tidur. Berjongkok, lantas menyibak kain sprei dan menarik plastik besar dari kolong tempat tidurnya.
Ia meletakkan kalengnya di sana, bersama puluhan kaleng lain yang juga telah kosong. Lalu menarik satu lagi plastik besar yang isinya minuman yang masih utuh, yang selama seminggu ini menemaninya belajar.
Ia kembali ke kursi belajarnya untuk meneguk sekaleng kopi lagi.
Benar, selama seminggu ini, Taehyun rutin mengkonsumsi berkaleng-kaleng kopi pahit. Seingatnya, paman Jang pernah berkata bahwa kopi pahit mampu membuat kantuknya hilang saat ia harus berjaga malam. Maka saat Soobin, atau Siwoo, atau Yeonjun mengajaknya ke minimarket, diam-diam Taehyun selalu menyelundupkan minuman tersebut. Tak jarang ia membelinya dari mesin minuman yang ada di sekolahnya, dan menyembunyikan di dalam tas.
Selama seminggu ini, baik Soobin, Siwoo atau Yeonjun, bahkan Beomgyu selalu menemaninya belajar untuk ujian. Tapi Taehyun belum puas. Hari pertama ujian, Taehyun bahkan hampir tidak dapat menjawab satu soal pun. Maka di hari kedua, Taehyun memutuskan untuk menambah waktu belajarnya diam-diam, dan mulai mengkonsumsi kopi saat kantuknya menyerang.
Ia bertekad untuk belajar dengan giat —walau harus sampai sekarat sekalipun— seperti apa yang Kai katakan.
Dan hasilnya lumayan—meskipun tidak berbeda jauh— setidaknya ia mampu menjawab beberapa nomor dari puluhan soal walau setelahnya ia akan tepar parah.
Taehyun tidak sadar bahwa ia tengah menyiksa dirinya. Ucapan Kai tempo hari sebegitu berpengaruh terhadapnya.
Ia mulai sering kesulitan tidur, nafsu makannya menurun drastis, jantungnya sering berdebar berlebihan hingga rasanya sakit, dan gak jarang perutnya terasa melilit hingga muntah-muntah.
Puncaknya malam ini. Kepalanya terasa semakin berat dan badannya bergetar hebat. Perutnya perih bukan main hingga bernafas pun rasanya sulit.
Taehyun menyerah. Tubuhnya sudah tidak bisa diajak kompromi. Dengan sempoyongan, bersusah payah ia mencapai tempat tidurnya untuk beristirahat. Tapi belum sempat ia mencapainya, pandangannya sudah berkunang-kunang sebelum semuanya gelap.
Aku mohon, besok terakhir.
Dan kesadarannya benar-benar hilang.
***
Soobin menunduk, meraih tangan Taehyun yang terkulai lemas untuk ia genggam. Rasanya hangat, untunglah demamnya sudah agak turun hingga suhu tubuhnya tidak setinggi tadi.
Ia tatap wajah damai adiknya, yang justru membuat hati Soobin tidak damai. Pasalnya, Taehyun belum juga sadarkan diri sejak Soobin menemukannya tergeletak di kamarnya. Saat itu, rasanya jantung Soobin mencelos hingga ke lambung mendapati adiknya pingsan dengan wajah pucat dan suhu tubuh yang tinggi.
Tanpa pikir panjang, dengan hati yang kalut, ia melarikan Taehyun ke rumah sakit seorang diri. Tidak perduli penampilan berantakannya yang baru bangun tidur, Soobin bahkan tidak perduli saat orang-orang memperhatikannya ketika ia tiba di rumah sakit dan meneriaki dokter untuk segera menangani adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIP
FanfictionBUKAN LAPAK BXB‼️😠 _________________________________________________________________________ Diusia 6 tahun, Soobin harus merasakan kehilangan untuk kali pertama. Ayahnya pergi, entah kemana. Tanpa pamitan, tanpa kata perpisahan. Hanya sebuah guci...