[ BAB - 27 ]

27.9K 1.9K 549
                                    

Bantu koreksi typo, ya❤

BAB 27 — NOT AN OPTION













Alam menghirup napas, ia mengumpulkan nyali—sebelum memencet kode digital lock pintu. Ia juga merapalkan basmalah dan ber-istighfar. Honestly, selama mengenal Navella beberapa bulan ini, ia tidak pernah menyaksikan si pemilik senyuman super-duper adiktif itu marah. Tetapi, merasa kali ini ia melakukan kesalahan fatal, Alam jelas tahu apa yang akan ia hadapi.

Alam mendorong pintu, begitu kakinya menapaki keset—ia menengadah, serta menelan ludah.

Melihat Navella berdiri mematung yang berjarak dua meter dari posisinya. Rambut panjang sang istri yang berwarna pink nampak menjuntai. Alam memaksakan diri tersenyum.

Adeuh, Gusti Nu Agung, atmosfer udara di sekitar mereka berdua terasa tidak enak.

Assala—”

Belum menyelesaikan kalimat, Navella berjalan ke arah Alam, menyodorkan kertas pada pria tersebut. Kemudian, mendorongnya agar keluar dari rumah.

Alam mendengar pintu yang dibanting oleh sang istri lagi-lagi hanya bisa menelan ludah. Dirinya membaca kertas HVS yang diserahkan Navella.

Bertuliskan; “Nyebelin!!!!!!”

Seratus persen, Alam yakin Navella melihat dirinya sewaktu mengobrol bersama Anjanina. Oke, Alam bersalah, tetapi ia merasa perlu mengonfirmasi hal ini kepada istrinya.

Secara harfiah, sekarang Alam sudah merasakan yang namanya disuruh tidur di luar. Meskipun, usia pernikahannya belum menginjak satu tahun.

Sebuah prestasi yang memalukan. Sebagai Tuan Tanah yang mempunyai belasan gedung. Navella benar-benar luar biasa berhasil membuat Alam feeling homeless.

Alam menekan bel, yang tak dihiraukan penghuni rumah. Sebenarnya, ia bisa saja kembali membuka pintu dengan akses kode. Namun, ia menghargai cara Navella melampiaskan rasa geram.

Di sisi lain, Navella berbaring di tempat tidur. Ia bersumpah diselimuti keresahan. Entah karena iri, cemburu atau apapun, ia tidak mengerti. Perasaan Navella begitu samar, satu-satunya yang jelas, ia marah ke suaminya.

Telah berlangsung selama dua puluh menit sejak Navella mengusir Alam. Belum ada tanda-tanda si bapak dokter masuk ke kediaman mereka. Navella mengernyit, ia berasumsi suaminya pasti menuju rumah sakit; atau paling tidak pergi menyewa hotel di dekat sini.

Ia melirik jarum jam, pukul empat subuh. Navella pulang setengah jam yang lalu. Dirinya yang sudah beristirahat pun, masih dilanda lelah. Bagaimana dengan Alam yang mondar-mandir rumah sakit dan pulang menghadapi sisi tantrumnya yang amat kekanakan?

Navella bergelut dengan hati nurani serta otaknya. Otaknya merasa apa yang ia lakukan sangat tepat. Sebab, Alam sendiri yang salah, ia menyempatkan waktu di sela syuting demi bertemu suaminya. Eh, bapak dokter justru menikmati momen mengobrol bersama perempuan lain.

Hati nuraninya bertentangan, beralibi bahwa ia tak seharusnya bersikap jahat begini.

Navelle kontan melirik ponselnya yang bergetar. Ia mengira Alam menelepon. Prediksinya meleset, ia mendapati sang suami menandai dirinya di salah satu postingan IG.

Wait a minute, ia mengerutkan kening. Mengambil ponsel yang diletakkan di ranjang, Navella lantas membuka postingan si bapak dokter.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY SOFTLY HUBBY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang