Chapter Eleven: The King - 2

272 44 7
                                    

"Hyung, kau tahu di mana Yerim?"

Dengan wajah yang basah akibat keringat, napas yang memburu hingga bahu bergerak naik dan turun, serta ekspresi menakutkan dari wajah pucat dan lelah, seorang Park Jongseong bicara layaknya habis melihat hantu. Dia tidak sabar hanya untuk sedetik jeda, menodong jawaban dengan mata yang melotot. 

Topik yang dipilih sangat acak namun efektif, konsentrasi pada permainan terpecah. Fokus ditodong kasar, mereka tidak bisa lagi memusatkan pemikiran pada kemenangan. Seorang Jay berhasil membuat mereka teralihkan.

"Maksudmu apa?" tanya Jake. Dia masih berusaha bermain walau intensitas matanya menatap layar ponsel berkurang drastis. 

"Aku bertanya pada kau, Hyung." 

Jawaban disambit secepat kilat dan tidak ditujukan oleh penanya. Pemuda itu kembali menodong Heeseung. Kini sudah hilang fokus ketiga pemain, namun tidak miliknya. Dia masih sibuk bermain. Atau dia sedang bertingkah menyebalkan dengan sengaja mengabaikan pertanyaan itu. That's really him. Buruk sangka tidak bisa dicegah karena semua orang tahu kalau pemuda itu bukanlah tipe orang yang sangat bergairah untuk memenangkan sekadar permainan online. Namun dia bertingkah seperti itu. Sangat jelas bahwa dia sengaja.

"Kau pasti tahu sesuatu, kan? Kau selalu tahu tapi kau menyembunyikannya dari kami."

Heeseung, selalu tenang dan damai. Tergesa-gesa bukanlah identitasnya. Di saat semua orang merasa ingin segera mendengar jawaban, pemuda itu justru bersantai. Dia seperti tidak mendengar apa-apa, bermain dengan fokus untuk mencapai kemenangan yang tinggal sedikit lagi. Kawan-kawan satu timnya saat ini lebih manusiawi, tentu merasa bingung dengan keadaan di mana jelas pemuda itu sedang menyulut emosi kawannya yang satu lagi. Si Park Jongseong terlihat tak main-main sekarang. Dengan pilihan topik sensitif, mereka waspada.

Permainan berakhir tiga puluh detik kemudian, kemenangan diraih. Waktu setengah menit itu tidak berarti, namun bagi seseorang yang menunggu, itu sangat mencekik. Perasaan itu bisa saja diwujudkan oleh Jay kepada Heeseung. Namun tepat waktu, akhirnya perhatian berhasil didapatkan juga.

"Maksudmu apa?" ucapnya dengan nada bicara yang bisa dikatakan membuat hati jengkel. "Yerim? Dia ada di apartemennya, kan? atau mungkin di tempat kerja," lanjutnya acuh setelah melihat waktu dari jam tangannya..

"No, she's not!" Jay mengeluarkan ponselnya tergesa-gesa. "My friend told she didn't show up at her work for three days! Aku coba hubungi dia tapi dia tidak menjawab. Pesanku juga diabaikan. Aku cari dia ke apartemen tetapi tempat itu terkunci!"

Heeseung terkekeh kecil, "mungkin dia sedang pergi ke desa untuk mengunjungi keluarganya."

"SHE DON'T HAVE ANY FAMILY!"  Pemuda itu meledak-ledak, matanya menyala dan merah. Ketiga orang kawan yang saat ini tidak tahu apa-apa hanya bisa memegang dada karena terkejut akan emosi yang berlebihan. "Hyung, aku tahu kau tahu sesuatu! Kau selalu tahu tentang apapun yang terjadi dengan Yerim, tapi kau menyembunyikannya."

"Hei," Nada bicara Heeseung berubah menjadi lebih menjengkelkan lagi. Pemuda itu membalikkan sedikit tubuhnya untuk menatap si lawan bicara. "Kau ini kenapa?" Dari gaya bicaranya, dia mungkin terdengar seperti orang yang sedang menantang. Sungguh, sebuah pemandangan yang asing bagi mereka. "Mana aku tahu dia di mana. Dia bukan lagi urusan kita, kan?"

"Jangan berbohong! Aku tahu kau masih menemuinya tanpa sepengetahuan kami!"

"Kau ini kenapa?" Jake ikut campur, mulai takut dengan suara sang kawan yang kian meninggi dan lepas kendali. "Kau tiba-tiba datang dan bersikap seperti kerasukan."

"Kau juga sama saja! Aku tahu kau pergi bersamanya waktu itu!"

"Apa yang kau katakan?"

"Jangan coba-coba menipuku, Jake. Kau sama saja!"

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang