HIDDEN YOU PART 7

6.4K 520 12
                                    

Berkeliaran di sekolah mencari Nakusha, Azalea mulai kehilangan semangat. Sekolah semakin sepi, sebab selama MPLS, selain siswa baru, hanya ada guru dan OSIS. Kemudian setelah setengah jam berkeliaran, Azalea baru mengingat sesuatu.

Nakusha tidak terlihat selama seharian! Apakah hari ini dia tidak bersekolah? Namun itu tidak mungkin! Pasti Nakusha mendekam di ruang OSIS karena tugas-tugasnya.

Azalea yang telah memusatkan perhatian pada ruang OSIS pun bergegas menuju lantai dua di mana ruangan tersebut berada. Untuk menambah kesan di hati Nakusha, Azalea mengetuk pintu terlebih dahulu, bersikap sangat sopan, sebelum salah satu anggota OSIS membuka pintu dan mempersilakannya menuju ruang ketua OSIS yang pintunya masih tertutup rapat.

Pintu terbuka setelah dua kali ketukan Azalea lakukan. Wajah Azalea menjadi cerah melihat Nakusha yang membuka pintu dan bergegas melambai penuh semangat. “Ehan!”

“Ehan?” Alis Nakusha terangkat, sepertinya kurang menyukai dirinya dipanggil seperti itu oleh Azalea. “Nakusha, bukan Ehan.”

“Suka-suka gue dong. Nama lo, kan, Jehan. Biar lebih akrab, kenapa gue gak boleh panggil lo Ehan?” Azalea menyengir, berjalan melewati Nakusha dan tanpa dipersilakan langsung duduk di sofa yang tersedia di sana. “Lagi ngapain?”

Nakusha menatap sosok yang menyelondong seenaknya itu tanpa riak di matanya. Dia kembali menutup pintu, berjalan menuju sofa dan duduk di hadapan Azalea. “Ada yang perlu lo bicarain sama gue? Gimana sama formulir pengaduannya?”

Azalea sudah menduga pertanyaan itu akan keluar dari bibir indah Nakusha! Azalea menahan senyuman terbit di bibirnya, mengeluarkan kertas lipatan yang telah kusut kepada Nakusha dan menyodorkannya dengan dua tangan.

Tatapan laki-laki itu sedikit rumit, perlahan mengulurkan tangan menerima kertas itu, menyandarkan punggung ke sofa, lalu membuka lipatan kertasnya untuk membaca tulisan di dalam sana.

Ada sedikit riak kuat di mata Nakusha. Tulisan tangan sosok di hadapannya kecil, ramping dan rapi, terlihat sangat imut. Dan untuk pengaduannya… Nakusha kembali mendongak, menatap Azalea dengan ekspresi seperti biasa.

“Jadi lo gak tau siapa yang bully lo?”

Gadis itu mengangguk semangat. Ekspresinya sama sekali tidak mencerminkan seseorang yang mengalami bullying.

“Kalau gak ada pelaku yang jelas, gimana OSIS bertindak?”

“Lindungi gue,” jawab gadis itu tegas.

Alis Nakusha terangkat samar. Dia menilik penampilan Azalea dari atas hingga bawah, lalu memalingkan muka setelah melihat celananya lebih pas dibanding kemarin. “Kira-kira rambut lo kapan dibawah tujuh senti? OSIS punya gunting, bisa bantu lo pangkas rambut.”

“GAK!” Azalea bergegas menolak tawaran Nakusha. Dia menyentuh kepalanya, ekspresinya menjadi buruk membayangkan rambutnya lebih pendek dari ini. “Gue gak mau! Gue bisa ke salon.”

“Sama OSIS gratis.”

“GAK!”

Nakusha duduk mencondongkan tubuhnya ke depan, menopang tubuhnya menggunakan dua siku di atas pahanya. “Hasil potongan rambut dari OSIS gak pernah jelek.”

“GAK MAU!” Azalea segera menutup telinganya menggunakan tangannya, matanya terpejam erat seolah bertekad tidak mau mendengar bujukan laki-laki itu.

Sudut bibir Nakusha sedikit terangkat, reaksi sosok di hadapannya benar-benar menghibur. Dia mendorong pelan kacamata di pangkal hidungnya, menyembunyikan senyum tipisnya. “OSIS—”

Seakan takdir tidak pernah membiarkan mereka berbicara berdua, ketukan keras sekali lagi mengintrupsi pembicaraan mereka.

Sebelum Nakusha mempersilakan orang di luar masuk, pintu terbuka keras, dua laki-laki masuk dengan wajah penuh memar dan seragam kusut.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang