Episode 1: Pertemuan Pertama

16 4 1
                                    

Malam itu begitu gelap dan tidak menyenangkan, dengan angin dingin dan hujan bertiup dari barat. Udara yang begitu kental dengan kelembapannya membuat suasana terasa berat dan menyesakkan.
Suara guntur yang menggelegar di kejauhan, sesekali disertai petir yang menerangi langit, sekilas menampakkan area sekitar dalam kilatan cahaya-cahaya yang menyilaukan.

Renna, dikala itu diliputi amarah di dalam benak perasaannya, semua perasaan penyesalan atau simpati sama sekali tidak ada. Dalam kegelapan dan hujan lebat, dia hampir tidak bisa melihat sosok di depannya, tapi itu tidak masalah.

Yang penting adalah apa yang harus dilakukan. Tanpa ragu-ragu ataupun rasa belas kasihan, dia menyerang pria itu dengan begitu brutal diatas akal sehat dan segalanya, tidak peduli dengan konsekuensi yang mungkin akan menghadapinya kelak.

Suara hujan dan guntur yang menggelar kuat menjadi latar belakang yang tepat untuk terjadinya kekerasan mengerikan tersebut. Renna melangkah mundur dan mengamati apa yang baru saja dia perbuat, entah mengapa dia mulai merasakan perasaan itu lagi, rasa kepuasan yang menyelimuti dirinya.

----------------


Di malam yang sama, dari kejauhan terdengar suara angin bertiup melalui pohon. Seiring turunnya hujan, trotoar perlahan mulai terasa licin dengan kubangan guyuran dari air hujan. Dia terengah-engah saat berlari, tubuhnya sangat sakit dan rentan akibat kejaran oleh seorang polisi dengan luka tembakan yang ada dikaki kanannya itu. Malam yang dingin dan hujan mengelilinginya, dengan suara guntur dan kilat menyambar di kejauhan.

Tetesan air hujan yang deras itu mengguyur kepalanya, membasahi pakaian yang berlumuran darah dan rambutnya, membuatnya menempel di kulitnya. Hanya satu yang ada di dalam benak pikirannya saat ini, yaitu..

'Aku harus tetap bersembunyi dari kejaran polisi itu dan harus berada dalam bayang-bayang kegelapan hingga ufuk fajar tiba.'

Jantungnya berdebar begitu kencang saat dia berlari melewati gang yang gelap dan sempit dengan kakinya yang terluka akibat luka tembakan peringatan dari polisi itu, jauh dari jalanan ataupun jangkauan warga-warga sekitar dengan seorang polisi yang mengejarnya. Jalanan sepi, satu-satunya suara hanyalah suara langkah kakinya sendiri dan hujan mengguyur kepalanya.

Saat dia bersembunyi di gang yang gelap, dia bisa merasakan detak jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal, dan terengah-engah. Dunia di sekelilingnya masih tampak membeku dalam waktu. Hanya suara air hujan yang menetes ke trotoar memecah kesunyian yang mencekam.

"Apa yang barusan terjadi.. kenapa aku bisa berada di dalam situasi ini ya?" gumam Renna yang sedang duduk meringkuk dan mengeryitkan dahinya menahan rasa sakit dengan kaki kanannya yang terluka akibat luka tembakan peringatan polisi yang sedang mengejar-ngejar nya.

Lalu, dia teringat kembali dengan situasi dia sebelumnya, saat dia menyadari bahwa dia sedang memegang sebilah pisau dengan tubuh seorang pria yang tergeletak tak bernyawa dengan darah yang mengalir dari tubuhnya dan percikan darah itu mengenai dirinya dihadapannya.

"Bagaimana bisa aku.. enggak, itu tidak mungkin!" gertak Renna yang menyangkal itu semua adalah perbuatannya.

"Kenapa hal ini bisa terulang kembali..? Kenapa aku bisa.. terjebak di situasi seperti ini lagi sih?! Aku bahkan tidak ingat apapun.." lirih Renna yang meratapi nasibnya dan hujan yang mengguyur badannya dengan hawa angin dingin dari hujan menggelitik badannya.

"Duh, mana sakit banget ini kaki kananku, bisa-bisanya pas aku berlari meninggalkan pria yang tergeletak tak bernyawa itu, tiba-tiba saja aku dikejar polisi itu dan langsung menembak kaki kananku.. padahal kan dia belum mendengar kisah yang sebenarnya terjadi, dasar polisi bodoh!" Renna mendengus kesal.

"Tapi.. omong-omong, kenapa penampilan ku berantakan kayak gini sih?! Jelek banget, padahal aku baru saja beli gaun tunik ini pakai uangku sendiri dengan jerih payahnya dari gajih pertamaku sebagai karyawan magang." bentak Renna dengan dirinya sendiri saat melihat kondisinya dengan gaun tunik yang kacau dan robek di bagian kerah dengan berlumuran percikan darah di seluruh gaun tuniknya itu.

Saat guntur bergemuruh dan malam semakin larut, dia bisa merasakan tubuhnya gemetar ketakutan dan menggigil kedinginan saat dia masih bersembunyi, menghindari polisi itu datang untuk menangkapnya. Hujan pun terus mengguyur tanpa henti, semakin mengaburkan pandangannya dan membuat hawa dingin malam dan hujan semakin terasa. Tiba-tiba, dia mendengar suara seperti langkah kaki mendekati dirinya dari kejauhan.

----------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Lawbreaker's Last RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang