(30). Untuk Yang Tersayang (END)

54 18 7
                                    

🌻🌻🌻

Walau ragamu sudah tak disini, kebaikanmu pada banyak orang akan selalu dikenang. Selamanya.

-Krisan Putih-

¤¤¤

(seminggu yang lalu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(seminggu yang lalu)

"Kak, kalau aku gabisa ikut Kakak, Ayah sama Ibu pulang ke rumah kita, jangan lupa ambil hadiah dari aku ya Kak, ada di atas meja di kamar aku".

Bisikan itu masih terngiang-ngiang di telinga Narayan. Sudah seminggu lamanya, namun ia belum punya keberanian untuk mengunjungi kamar adik semata wayangnya itu.

Ia menarik napas panjang, bahunya seketika luruh saat ia menghembuskannya. Bengkak di bawah matanya belum hilang, dan pipinya semakin tirus kali ini.

Dengan langkah lemah, ia mengumpulkan keberanian untuk berjalan menuju kamar adiknya di samping.

Ceklek...

Langkah pertamanya disambut wangi vanilla yang lembut, yang bahkan belum habis, tanda baru diganti seminggu yang lalu, mungkin sebelum mereka pergi ke rumah sakit.

Ia memilih untuk duduk disisi tempat tidur, mengusap selimut putih yang selalu memeluk adiknya setiap malam. Matanya mulai berkaca-kaca.

Sesuai perkataan adiknya, Narayan menuju meja belajar di sudut kamar, yang dilihat dari sisi manapun terlihat sangat rapi.

Disana, ada tiga bingkai berukuran 10R, disertai amplop kecil masing-masing. Dibagian paling atas, ada lukisan seorang laki-laki dan perempuan, yang tak lain adalah Ayah dan Ibunya, Narayan melihat sekilas lalu menaruhnya di samping, artinya lukisan itu harus diberikan pada Ayah dan Ibunya nanti.

Narayan tersenyum tipis ketika melihat bingkai berikutnya, disana ada lukisan wajahnya sendiri, ia kembali tersenyum sedikit lebar melihat satu tangkai bunga ditambahkan oleh adiknya disana.

Narayan tersenyum tipis ketika melihat bingkai berikutnya, disana ada lukisan wajahnya sendiri, ia kembali tersenyum sedikit lebar melihat satu tangkai bunga ditambahkan oleh adiknya disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain itu, ada amplop kecil berwarna biru, ia pun pelan-pelan membukanya, karena tak ingin sobek sedikitpun.

Ia memejamkan matanya sejenak, bersiap untuk membaca kalimat-kalimat yang terlihat cukup panjang

KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang