~Terungkap~

1.6K 91 5
                                    

Sudah tiga minggu Sheira dirawat dirumah sakit dan sampai saat ini masih belum juga sadar. Terkait kondisi Sheira, luka dan lebam diwajahnya mulai membaik. Sampai saat ini Bella juga masih bolak-balik rumah sakit untuk menjaga suaminya.

Pagi hari dia sudah berada dirumah sakit, siang dia akan pulang, sorenya akan kembali kerumah sakit, dan malamnya akan pulang. Sheril juga setiap sabtu dan minggu akan ada di Jakarta untuk menjaga kakaknya. Selama Sheira sakit, Bang Boby bertanggung jawab atas kafe dan salah satu pegawai Bella bertanggung jawab atas butik.

Sekarang, Bella sedang berada di ruangan Sheira. Bella selalu mengajak Sheira berbicara. Dia juga menceritakan kesehariannya.
Hingga waktu menunjukan pukul sepuluh siang, Bella masih berada dirumah sakit, tapi dia berada diluar ruangan Sheira. Sambil menunggu waktu makan siang, Bella memainkan hpnya. Tak lama hp Bella berbunyi karena ada seseorang yang menelpon.


Bella pov

Hp ku berbunyi, ternyata Lexa menelponku dan menyuruhku untuk pulang kerumah karena ada hal penting yang ingin disampaikan. Beberapa saat kemudian, sopir telah menjemputku dan segera membawaku pulang. Sesampainya dirumah, ternyata ada papa, mama, dan Lexa yang sedang berkumpul diruang keluarga.

“Ada apa Lex? Kenapa lo nyuruh gue pulang?”. Tanyaku.

“Gue udah tau siapa yang nyelakain Sheira Bel”. Kata Lexa yang membuatku terkejut.

“Siapa Lex?!”. Tanyaku sedikit emosi karena aku sudah tidak sabar untuk mengetahuinya.

“Bener dugaan lo, Rio. Rio nyuruh orang buat ngeroyok Sheira”. Ucap Lexa yang membuatku semakin membenci orang itu.

“Gimana lo bisa tau Lex?”. Tanyaku penasaran.

“Jadi gini Bel, om, tante...”

Bella pov end


Flashback

Lexa pov

Saat aku akan ke kantor, ditengah perjalanan aku melihat Rio yang sedang berada di sekitar bangunan rumah kosong. Aku merasa heran kenapa dia ada disana, jadi aku memutuskan untuk mengawasinya. Tidak berselang lama, ada tiga orang yang menghampirinya dan mereka masuk ke halaman rumah kosong itu.

Aku bergegas turun dari mobil dan segera mendekat ke rumah kosong itu. Saat aku akan mendekat, terdapat beberapa orang yang keluar dari persembunyiannya. Ternyata mereka adalah anak buah papanya Bella dan salah satu dari mereka mengenaliku. Kami menyusun rencana untuk menyergap empat orang yang ada didalam.

Aku bersembunyi dibalik tembok dan mengintip mereka. Ternyata mereka tidak masuk kedalam rumah, mereka hanya dihalaman. Mereka berdiri membelakangi gerbang, sehingga aku bisa masuk dan bersembunyi dibalik pohon yang ada dihalaman rumah itu. Kemudian aku merekam pembicaraan mereka melalui hp ku.

“Sial! Polisi udah lebih gencar nyari kalian. Pas gue tanya kalian ngehajar Sheira gak ada satupun orang yang tau, kalian jawabnya gak ada, tapi sekarang polisi lagi nyari kalian sialan!. Gue gak mau tau. Kalau kalian ketangkep jangan berani-beraninya nyebutin nama gue!”. Bentak Rio ke mereka.

“Kalau tau kayak gini, gue gak akan nyuruh kalian! Kerja gitu aja gak becus! Aarggh...!!”. Ucap Rio frustasi.

“Sekarang mending kalian pergi dari kota ini biar gak ketangkep!”. Lanjut Rio sambil melemparkan amplop coklat yang kuduga itu adalah uang untuk mereka melarikan diri. Kemudian aku mematikan rekamannya.

Setelah itu mereka buru-buru melangkah menuju motor. Aku segera memberi kode kepada anak buah papanya Bella untuk menyergap mereka. Saat mereka akan menyalakan motornya, dengan cepat mereka ditangkap dan aku keluar dari persembunyianku. 

“Lepasin brengsek! Kalian siapa!”. Teriak Rio.

“Bagus! Bagus lo udah buat Sheira celaka. Udah puas lo hah!”. Teriaku setelah berada dihadapannya.

“Ternyata lo itu emang bodoh! Suruhan lo itu udah direkam sama seseorang saat mereka ngelakuin hal biadab itu dan mereka bohongin lo dengan bilang kalau gak ada satupun yang tau. Gak yang nyuruh, gak yang disuruh emang sama-sama bodoh!”

Bugh!!!

“Itu buat lo yang udah bikin Sheira koma!”

Bugh!!!

“Itu buat lo yang udah bikin sahabat gue sedih!”

Bugh!!!

Bugh!!!

Bugh!!!

“Itu karena lo udah buat orang yang gue sayang nangis sialan!”

Aku memberinya pukulan bertubi-tubi diwajah dan diperutnya. Aku sangat kesal dengan orang ini.

“Pak tolong bawa para bajingan ini ke kantor polisi. Saya akan menghubungi Om Willy. Biar Om Willy yang nyerahin buktinya ke polisi”. Ucapku.

“Baik non, kami permisi”. Ucapnya yang kubalas dengan anggukan.

Setelah itu aku segera menghubungi Om Willy dan Bella agar mereka segera pulang. Aku akan menunjukan rekaman tadi. Kemudian aku menuju mobilku dan menjalankannya menuju kerumah Bella.

Lexa pov end

Flashback end


“Jadi gitu Bel, om, tante. Mereka udah dibawa ke kantor polisi. Jadi sekarang om harus nyerahin bukti ini agar mereka segera dipenjara”. Ucap Lexa.

“Baik. Apa kamu bisa ikut om ke kantor polisi sebagai saksi?”. Tanya Papa Willy.

“Bisa om”. Jawab Lexa.

“Lex, apa lo gak jadi ngantor?”. Tanya Bella.

“Nggak, lagian mau jam makan siang, jadi sekalian nanti aja kalau nggak besok gue ngantor. Lo tenang aja kerjaan gue hari ini cuma tanda tangan berkas aja”. Jelas Lexa.

“Yaudah kalau gitu papa sama Lexa hati-hati ya. Makasih banyak Lex”. Ucak Bella.

“Iya sama-sama. Lexa pamit dulu ya tante”. Pamit Lexa.

“Iya nak kalian hati-hati”. Ujar Mama Fany.

Setelah itu Papa Willy dan Lexa pergi menuju kantor polisi.


Bella pov

Ternyata benar dugaan ku kalau yang melakukan ini adalah Rio. Aku berharap jika dia dihukum seberat-beratnya.

“Sayang gimana keadaan Sheira?”. Tanya mama yang membuyarkan lamunan ku.

“Masih sama ma”. Jawabku.

“Sabar ya sayang. Semoga Sheira cepet sadar”. Ucap mama.

“Iya ma"

Bella pov end


♡__*To Be Continued*__♡


Sorry for typo🙂🙏

Choice of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang