XVI

295 31 1
                                    


Aku selalu percaya cinta tapi aku tidak pernah bisa percaya bahwa aku di cintai.

Itu adalah gemuruh hati Taehyung yang entah sejak kapan pria ini alami. Mungkin sejak belum bertemu Jeongguk namun selalu di abaikan. Selalu tidak terlalu dianggap tapi tetap saja menggerogoti nya tanpa di sadari.
Dia baru saja pulang dari kunjungan rutin ke Psikolog nya tapi tidak menemukan ketenangan sama sekali.

Lagi, Taehyung merasa segala upaya dan usaha nya nihil dan dia gagal.

Kaki jenjang itu menapak lantai kolidor menuju pintu kamar Apartemen yang dia sewa untuk tempat tinggal di sini sementara.

Lalu masuk dan melepas sepatu nya yang di lanjutkan melucuti barang lain yang melekat di tubuh. Menyimpan di tempat seharusnya dan tertata begitu tapi. Sadar betul dia tinggal sendiri dan tidak ada pria manis gemar mengomel di sekitarnya kini.

Kemudian dia bergegas menuju kamar mandi. Membersihkan diri setelah bepergian dari luar adalah kebiasaan Taehyung. Diteruskan dengan makan malam sehat yang dia masak sendiri. Benar-benar sehat dan memang tidak ada selera untuk memesan makanan secara online atau pun dia yang turun ke bawah dan menjajal restoran-restoran di sekitar tempat tinggalnya.

Seperti ketika bersama Jeongguk.

Tidak, Taehyung tidak pernah lagi melakukan hal itu.
Dia hanya akan menjalankan apa yang Psikolog nya anjurkan dengan patuh dan pulang kembali ke Apartemen dalam diam.

Entah karena apa, padahal sejujunya dia adalah seorang yang kaku yang gemar menghabiskan waktu sendirian. Pergi kemanapun dia mau tanpa terkecuali, sendirian.
Karena jika harus bersama orang lain bagi Taehyung itu adalah sebuah beban. Entahlah, dia tidak terlalu tertarik jika harus bepergian banyak orang. Bukan tidak suka, hanya tidak terlalu nyaman.

Mungkin hanya bersama Jeongguk, itu sebuah pengecualian.

Lalu kemudian sepi itu datang lagi menyapa. Membuatnya duduk termenung di balkon kamar pada jam yang seharusnya dia sudah istirahat.

Ini sudah berlalu sekitar hampir menginjak satu tahun. Sebenarnya tidak ada yang berubah, dia tetap bisa menghubungi Jeongguk di penghujung bulan dan banyak bertukar cerita. Anak itu tetap ceria dan Taehyung pun bisa melihat jika mereka melakukan panggilan vidio bahwa paras si manis semakin bertambah dua kali lipat lebih indah. Rambutnya juga dibiarkan memanjang. Taehyung menyukai itu dan Jeongguk hanya membalas dengan gelak tawa ketika Taehyung mengatakan nya.

Seharusnya memang biasa saja karena seperti itu kenyataan nya.

Atau mungkin memang karena Kim Taehyung terlalu peka, dia tahu ada yang berbeda dari Jeongguk namun entah apa itu. Dia masih berusaha mencari tapi dia tidak menemukan apapun sebagai petunjuk.

Keadaan nya masih sama, masih semanis senyuman Jeongguk dan seberisik obrolan anak itu dengan segala pertanyaan aneh nya.

Tapi bagi sisi Taehyung yang lain ini tidak sama. Ada kemelut besar di binar galaksi Jeongguk tapi Taehyung tidak tahu apa itu. Dia paham benar sebagaimana pun Jeongguk berusaha menyembunyikan, Taehyung bisa merasakan perbedaan nya.

Bahkan Taehyung sempat tidak menghubungi Jeongguk di satu penghujung bulan dan itu benar-benar membuat keduanya tidak terlibat kabar sama sekali.
Bukan sengaja, Taehyung hanya sedang mencoba meyakinkan perasaan nya yang mendapat sinyal jika si manis sedikit berbeda.

Nyatanya memang benar, Jeongguk pun tidak menghubungi nya dan dipenghujung bulan berikutnya Jeongguk tidak menanyakan hal itu sama sekali. Tidak menegur apalagi mengomel seperti biasa. Anak itu malah bersikap seakan tidak pernah ada apapun dan meladeni segala ucapan Taehyung tanpa terkecuali.

Taehyung sadar ada yang salah di sini tapi entah apa itu. Dia juga sempat bertanya pada Jeongguk tapi pemuda itu tidak membuka mulutnya sama sekali. Malah diam menilik Taehyung dengan kilat lain di matanya. Kemudian mengalihkan pada obrolan lain hingga pertanyaan Taehyung menjadi opsi ke sekian ratus di obrolan mereka yang terabaikan.

Taehyung pun sempat bertanya pada Jimin. Berjaga-jaga saja jika mungkin Jeongguk bercerita padanya. Namun jawaban Jimin tidak sedikitpun membuat Taehyung puas. Alih-alih mendapatkan jawaban yang dia harapkan, Jimin justru bilang tidak ada apapun yang salah pada si manis Jeon. Anak itu hanya semakin sibuk di Kampus dan kadang sampai benar-benar lupa pada sekitarnya.

Taehyung mau nya mengerti, maunya pahami apa yang mungkin sedang Jeongguk alami di sana. Kebiasaan mereka memang seperti itu kan sebelum nya juga. Terlalu peka satu sama lain sampai bisa mengerti tanpa repot harus bercerita. Tapi itu tetap tidak membantu apa-apa. Tidak membuat keadaan menjadi baik dan tidak menjadikan hati Taehyung lega.

Jeongguk berubah.

Satu kenyataan itu terus mendikte otaknya sampai penuh.

Padahal, meskipun tanpa Jeongguk semuanya akan tetap berlalu seperti biasa. Hanya saja rasanya mungkin akan sedikit berbeda, akan sedikit hampa.

Bukan kah memang sejak pertama kali datang ke tempat ini pun sudah banyak hal yang dia lakukan tanpa Jeongguk. Bukan kah seharusnya dia sudah biasa.

Lantas jika seperti ini adanya, apakah rasa ingin sembuh itu benar-benar hadir dari hatinya atau karena Jeongguk?

Atau mungkin dia tidak lagi di inginkan?

Jeongguk tidak lagi menginginkan nya?

Pemuda itu sudah di miliki orang lain lalu hanya mengikuti permainan Taehyung saja?

Jika begitu, bukan kah itu hak Jeongguk?

Mereka tidak terikat apapun dan Jeongguk berhak melabuhkan hatinya pada siapapun selain Taehyung?

Selain dirinya.

Selain Kim Taehyung dan segala kemelutnya.

Memangnya siapa yang selama ini menginginkan nya jika saja tau Taehyung itu seperti apa.
Jika saja mereka tahu ratusan lapis cangkang yang Taehyung buat untuk melindungi dirinya sendiri.

Jika saja mereka tahu dia tidak normal dan sakit?

Siapa? Siapa yang sudi larut dengan dengan nya?

Jika saja mereka tahu Kim Taehyung tidak sesempurna image CEO yang selama ini sudah dia bangun.

Memangnya siapa? Memangnya ada?

Taehyung merasa tidak, tidak akan pernah ada. Dia tidak pernah percaya jika dia di cintai. Jika dia di inginkan. Jika dia di harapkan. Semuanya selalu berakhir seperti ini.

Seperti sudah tahu kemana akhirnya dan Taehyung akan kembali mengalaminya lagi dan lagi.

Dia muak, tapi tidak bisa berbuat apapun.

Taehyung kembali di landa cemas dan ketakutan berlebihan luar biasa. Semuanya berputar memenuhi otaknya hingga tangan lebar itu bergetar hebat.
Keringat membasahi pelipisnya dan rasa mual yang kuat Taehyung rasa karena kini perutnya terasa di aduk dengan cara yang tidak baik.

Lantas, dengan langkah sempoyongan, Taehyung meraih beberapa tabung obat dari laci dan menelan nya mentah-mentah.

Memaksa kerongkongan nya terbuka lebar dengan air mata yang tidak kunjung berhenti.

Kemudian melempar tubuh payahnya keatas ranjang dan membungkus tubuhnya hingga tidak nampak sama sekali. Lelehan air mata tanpa sadar mengalir deras dari netranya.

Taehyung tahu, jika sampai saat ini, dia masih belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri.

.
.
.
.


AGAIN (Taekook) END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang