Now we sit silent facing each other
I keep thinking in my head
Should I say this or not
Althought I don't want to
Park Jaehyung
Sejak sepuluh tahun lalu hingga sekarang, menghabiskan waktu dengan Park Jaehyung memang tidak pernah ada kata tidak menyenangkan. Mencoba segala hal baru bersama, mencicipi makanan di sebuah restoran terkenal, naik gunung dadakan, jalan-jalan merekam suasana perkotaan, dan hal-hal menyenangkan lain yang bisa terlalu panjang jika dijabarkan. Mengabadikan berbagai foto dan kenangan. Menyenangkan; kuulang tiga kali sebagai penekanan bahwa menghabiskan waktu bersama Jaehyung memang terhitung sebagai hari-hari paling bahagia dalam hidupku.Aku suka perasaan antusias yang kurasa setiap akan bertemu dengannya, aku suka tatanan rambutnya yang tampak menggemaskan dan cocok untuknya, aku suka mendengarkannya bercerita sembari menatap legam bola matanya, aku suka sikapnya yang selalu sigap, aku suka pemikirannya yang kerap membuatku kagum, aku suka caranya bercanda, aku suka tiap kali Jaehyung memastikan teman-temannya merasa nyaman jika sedang bersama, aku suka banyak hal tentang Jaehyung. Sederhananya, aku menyukainya.
Meski kadang ada juga hal yang tidak kusukai darinya. Namun aku tidak bisa memikirkannya sekarang. Tidak ada satupun yang terlintas di pikiranku selain, aku tidak suka situasi saat ini.
Duduk berhadapan dengan Jaehyung, ditemani segelas es americano kesukaanku dan air mineral dalam botol minum kesayangannya. Jaehyung tampak diam, menimbang-nimbang. Aku mengalihkan pandangan untuk tidak menatapnya. Lebih memilih mengamati lalu lalang jalanan. Terhitung ramai tapi tentu tak segaduh isi kepalaku kini.
"Aku akan segera menikah," ujar Jaehyung, memecah keheningan. Menarik atensiku untuk kembali memandang wajahnya. Tak terbaca ekspresi apa pun di sana atau aku saja yang mungkin kesulitan mengartikan.
Aku tersenyum. Kabar bahagia semacam itu, tentu harus diberi sambutan yang baik. "Kau sudah mengabarkan pada kami sejak dua bulan yang lalu. Iya Jaehyung, aku pasti dengan senang hati akan menjadi pendamping mempelai wanitamu. Kau tenang saja." Aku berusaha memastikan nada bicaraku sudah cukup ceria untuk pembicaraan ini.
Memang sudah selayaknya begitu, bukan? Hari bahagia seorang teman, memang sudah sepatutnya dirayakan. Jaehyung tak menanggapi apa pun. Dia terdiam cukup lama, sebelum akhirnya berujar. "Aku ... tidak menyakitimu, kan?"
Yang benar saja?
"Yang benar saja kau, Park Jaehyung! Jangan terlalu percaya diri. Memang setampan apa dirimu?" Tampan sekali. Benar-benar tipeku. Tinggi badannya, bentuk senyumnya, caranya mengambil swafoto. Sayang sekali, sejak awal aku selalu tahu jika pada dasarnya segala hal yang ada pada dirinya itu tidak ditakdirkan untuk menjadi milikku.
Sejak sepuluh tahun lalu hingga sekarang, aku selalu tahu. Sejak kali pertama Jaehyung memberi tahu tentang tipe ideal pasangannya, sejak kali pertama Jaehyung menceritakan tentang gadis yang mencuri perhatiannya, sejak kali pertama Jaehyung menanyakan pendapat tentang pemikiran wanita, aku selalu tahu. Akan ada satu hari untuk aku menyadari, kesempatanku berbagi kenangan dengan Jaehyung harus berhenti cukup sampai di sini. Jaehyung telah memilih perempuannya. Seseorang yang diizinkan untuk menemani perjalanan hidupnya lebih panjang dari yang pernah kami lewati. Selamanya. Biar bagaimana pun, posisiku dalam hidupnya hanya sebagai seorang teman. Akan begitu mudah menghapus jejak-jejak yang pernah kami tapaki bersama; apalagi hanya sebatas foto-fotonya.
Tidak ada yang spesial. Pada dasarnya, teman dekat memang tidak ada apa-apanya dibanding teman hidup. Sudah sewajarnya begitu, bukan?
Seperti tanah yang mengeras setelah hujan, perasaan menyedihkan ini pasti tidak akan bertahan lama. Jadi, untuk kebahagiaan Jaehyung yang sebenarnya, juga untuk diriku sendiri, aku tersenyum sekali lagi dan memantapkan diri. "Jae, ini sebenarnya memalukan, tapi kuakui, aku memang pernah menyukaimu." Jaehyung tampak tidak terkejut. Namun, dia hendak menjawab jika aku tidak bergegas menimpali, "tapi pernah adalah kata yang sama artinya dengan tidak lagi. Aku tidak lagi menyukaimu saat ini. Berbahagialah."
Aku sudah terlalu lama bergantung pada Jaehyung. Jadi, memang sudah benar seperti ini akhirnya. Aku melepaskannya―melupakan perasaanku terhadapnya.
Holding on to you
Will do you no good
I know, I struggle to get you out
The times we had, our dear memories
So I let go, let go, let go.
-121123
KAMU SEDANG MEMBACA
Spotifict✓
Short Story"Why do you always listen to music so loud?" "To silence the loud thoughts inside me."