33 | Badai Yang Menanti

3K 386 19
                                    


Selama dua bulan Agies di akademi, belum ada masalah besar yang terjadi. Akan tetapi bakat sihir serta bakat berpedangnya masuk ke dalam jajaran terbaik di akademi untuk murid baru. Sedangkan Laysen belum terlalu menonjol karena memang perkembangannya sedikit lambat dalam cerita aslinya pun.

Nike sebelumnya berpesan kepada Agies untuk pintar-pintar dalam bergaul. Karena itu Agies tidak sembarangan dalam memilih teman. Bahkan sampai saat ini pun bisa dibilang dia tidak punya teman selain Laysen walau banyak yang mencoba mendekatinya.

Nike jelas berharap Agies bisa membuat koneksinya sendiri selama di akademi, dan Agies menyadarinya. Akan tetapi belum ada banyak hal yang bisa menarik perhatiannya, kecuali satu orang yang menurutnya mungkin bisa berguna, dia adalah Leric.

***

"Bagaimana, nona? Apakah tehnya sesuai selera Anda?"

Pak tua botak itu berdiri dengan gelisah di depan seorang gadis yang duduk di meja tamu paling mewah. Dia tersenyum dengan penuh tekanan sambil memutar-mutar tautan jemarinya. Di belakangnya juga ada seorang pria paruh baya yang merupakan pelayan pribadi pak tua botak itu.

"Semua minuman di dunia ini sama saja, terasa seperti sampah!" Ucap gadis itu dengan nada tenang sambil menumpahkan isi tehnya ke atas meja.

Pak tua botak -- Raja Kerajaan Astaville -- langsung ketakutan. Gadis di depannya ini adalah gadis misterius yang tiba-tiba datang dari langit dan mengacak-acak penjagaan dalam istana. Melebihi kemampuan dari Marquess Arizon Alranas dari Kerajaan Wipuria, gadis bertudung itu benar-benar sangat kuat. Semua ksatria terbaik milik Kerajaan Astaville yang berada di istana dikalahkan dalam sekejap mata. Orang itu menakutkan karena tidak diketahui apa motifnya tiba-tiba datang ke sana. Tapi yang jelas, setelah dia menunjukkan kemampuannya yang mengerikan itu, dia berbicara kepada Raja Kerajaan Astaville secara langsung di depan banyak orang, dan menawarkan sebuah tawaran yang menarik dan menguntungkan.

"Ah, maafkan kami, Nona! Segera minuman yang lain akan dihidangkan. Tunggu sebentar-- PELAYAN! CEPAT SIAPKAN SEMUA MINUMAN TERBAIK YANG ADA DI DAPUR ISTANA. SEMUANYA!" Teriak Raja Astaville.

Para pelayan yang bertugas segera berlari ke dapur.

"Tidak perlu," ucap si gadis misterius. "Kita lanjutkan saja pembicaraan kita yang tadi. Karena aku sudah cukup kenyang sekarang," lanjutnya sambil menopang dagunya dengan satu tangan di atas meja. 

Mata Raja Astaville berbinar. Ini menakutkan tapi merupakan pertaruhan yang menguntungkan.

"Baik, Nona. Jadi apakah yang Anda katakan di halaman istana tadi benar? Apakah Anda akan menjadi kekuatan dari Kerajaan Astaville selama kami menyediakan kebutuhan Anda?"

"Ya, benar. Aku tidak butuh menyandang nama bangsawan ataupun nama raja sekalipun. Cukup sediakan keperluanku dan kamar yang nyaman. Serta berikan aku wewenang di atas bangsawan manapun. Dengan begitu aku akan membantumu balas dendam kepada Kerajaan Wipuria yang telah mencuri bagian wilayahmu," jelas gadis itu.

Mendengar hal itu raja Astaville langsung berjingkrak senang. Tawarannya memberikan banyak keuntungan baginya. Secara dilihat dari kekuatan gadis tersebut, dia bisa saja meratakan seluruh keluarga kerajaan dengan sesuka hatinya, tapi dia malah memilih untuk membuat tawaran kepadanya.

"Baiklah, Nona. Syarat yang Anda berikan akan saya penuhi selaku raja dari kerajaan ini. Selama Anda benar-benar bisa membantu saya balas dendam."

Gadis itu tersenyum licik meskipun tidak terlihat secara keseluruhan. Tetapi rambut ungu panjangnya bersinar terang di bagian ujung-ujungnya.

'Aku akan menghancurkan kerajaan itu. Kerajaan dimana banyak sampah yang menghancurkan kehidupanku dulu,' batin gadis itu.

Dengan itu kesepakatan mereka terbentuk.

"Esiliana, panggil aku dengan nama itu."

"Saya mengerti. Segera saya akan menyiapkan kamar yang nyaman untuk Anda."

"Bagus, lakukan sekarang karena aku lelah."

Dengan segera Raja Astaville dan pelayan pribadinya lari keluar untuk memberi perintah langsung kepada pelayan lain di luar.

Gadis misterius itu tersenyum. Tidak ada yang tahu dia siapa. Mungkin jika ada orang yang tahu siapa dia, itu hanyalah Nike. Bahkan Nike pun belum tentu tahu siapa dia.

***

Belakangan ini Nike sibuk mengasah kemampuan berpedangnya dengan Roan. Dia tidak ingin kekurangannya dalam pondasi dasar berpedang menjadi celah untuk musuh menghabisinya. Dia tidak menggunakan sihir untuk latihan ini.

Dia sekarang sudah terlihat biasa di dunia. Dengan tubuh Nike yang dia tempati sekarang, dirinya juga terlihat memukau dan sedikit lebih dewasa dari sebelumnya. Meskipun masih diremehkan bangsawan lain karena posturnya yang tidak terlalu besar. Padahal di dalam setelan jas yang biasa dia gunakan terdapat tubuh yang cukup terlatih untuk remaja 17 tahun.

DUK!

Pedang kayu Nike terlepas dari tangannya dan melayang ke udara lalu terjatuh ke tanah.

"Anda kalah lagi, Duke," Ucap Roan masih berdiri.

"Ahh, sial!" Nike terduduk di atas lapangan dengan kaki lurus tetapi lutut yang sedikit tertekuk. Nafasnya terengah-engah dan keringat mengalir dari dahinya. Para ksatria di kediaman itu takjub dengan gerakan Nike yang lincah. Meskipun belum bisa mengalahkan Roan.

"Duke, Anda sangat hebat!!"

"Woahh!!"

Mereka bersorak meskipun Nike tidak menang. Teknik dasar menyanjung majikan. Mereka berlari mendekat ke arah Nike.

"Padahal Duke kita sekuat ini, tapi para ksatria dari kediaman lain meremehkan tuan kita di bar. Aku sangat tidak terima. Mungkin mata mereka buta!" Celetuk salah satu ksatria disana. Yang lain pun ikut mendukung.

Mendengar hal itu Roan tersenyum.

"Tenang saja. Perburuan musim ini akan segera diselenggarakan oleh raja. Kita akan melihat orang-orang yang banyak omong itu terbungkam dengan hasil yang didapatkan Duke nantinya."

"Anda, benar pelayan Roan. Meskipun kami tidak bisa ikut dan melihatnya secara langsung, tolong ceritakan dengan detail kepada kami setelah pulang!" Ucap salah satu ksatria dengan senang. Dalam pekerjaan mereka yang berat, menyombongkan kekuatan tuan mereka adalah salah satu hal yang menyenangkan bagi mereka.

Melihat Roan dan para ksatria berbincang dengan akur, Nike berpikir itu berisik. Tapi dengan ini dia bisa merasa tenang.

'Acara perburuan yang diselenggarakan oleh raja akan segera diadakan. Meskipun aku malas, tapi aku tidak bisa absen kali ini. Sudah berapa kali raja mengingatkanku akan hal ini. Yah, mau bagaimana lagi,' batin Nike.

Angin yang tenang akan segera pergi. Dan duri pada mawar yang indah segera tumbuh. Jika tidak hati-hati, seseorang akan terluka dan bisa mati jika salah memakannya.

***

Tbc.

🗿 hehehe baru muncul lagi

Im sorry 😎🍜

Lets goo!

Become The Villain's Brother (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang